Jumat, 3 Oktober 2025

Pilpres 2019

Rekonsiliasi Politik Tidak Harus Menunggu Jokowi dan Prabowo Bertemu

Dorongan untuk segera melakukan rekonsiliasi politik usai penyelenggaraan Pemilu 2019 terus menguat dari berbagai elemen masyarakat.

Tribunnews.com/ Fransiskus Adhiyuda
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handoyo Budhisejati 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dorongan untuk segera melakukan rekonsiliasi politik usai penyelenggaraan Pemilu 2019 terus menguat dari berbagai elemen masyarakat.

Upaya membangun kembali persatuan bangsa yang terbelah karena pilihan politik harus menjadi perhatian utama semua pihak dan karena itu rekonsiliasi tidak harus menunggu Joko Widodo dan Prabowo Subianto bertemu.

"Tentu saja di tengah situasi politik saat ini, kita tak henti-hentinya mendorong agar ayolah elit politik kita segera bersatu kembali, bergandengan tangan, hentikan saling mencela atau memprovokasi karena tentu saja ada kepentingan bangsa yang lebih besar yang harus kita utamakan daripada kepentingan kekuasaan semata," kata Ketua Umum Vox Point Indonesia Yohanes Handoyo Budhisejati di Jakarta, Selasa (28/5/2019).

Baca: Jubir PSI: Anak-anak yang Ikut Aksi 22 Mei Atas Arahan Guru Ngaji Perlu Direhabilitasi

Lebih dari itu, Handoyo menilai, makin cepat rekonsiliasi terjadi, maka ruang bagi para perusak bangsa dan negara atau yang selama ini kita anggap sebagai penumpang gelap bisa kita batasi.

"Sehingga tidak perlu juga kita menunggu dua negarawan kita Pak Jokowi dan Pak Prabowo bertemu dulu meski kita berharap agar keduanya sesegera mungkin bertemu," tambahnya.

Kehadiran pihak ketiga, kata Handoyo, yang ditengarai memiliki 'agenda lain' sebagaimana keterangan pihak kepolisian menurut Handoyo adalah hal serius yang harus segera disikapi termasuk oleh elit-elit politik saat ini.

Baca: Sotis Hotel akan Kembangkan Bisnis di Kawasan Indonesia Timur

"Kalau situasi politik kita terus memanas maka ruang bagi kelompok ketiga ini tentu saja makin besar. sebaliknya jika kita semua solid sebagai bangsa maka ruang gerak mereka juga bisa kita batasi. Apresiasi kita tentu saja pada aparat TNI dan Polri yang secara cermat bisa mengantisipasi lebih awal," lanjut Handoyo.

Bagi masyarakat, lanjut Handoyo, rekonsiliasi bisa juga mulai dari elit-elit partai politik di kedua kubu, para pengurus partai dari pusat sampai daerah, organ-organ partai, relawan-relawan kedua pasangan calon, tokoh-tokoh agama, akademisi, aktivis kemanusiaan untuk membangun kembali komunikasi yang mungkin selama proses penyelenggaraan Pemilu sempat tersumbat.

Baca: Ketua DPR Sebut Generasi Muda Kunci Kekokohan Bangsa Indonesia

"Berbagai pihak kita dorong agar sungguh-sungguh menahan diri untuk tidak saling memprovokasi, terutama di media-media sosial. Ada harga mahal yang harus dibayar jika kita membiarkan situasi politik saat ini kita biarkan terus membara. Dan sama saja kita memberi tempat bagi pihak ketiga yang ingin bangsa ini hancur," tegas Handoyo.

Berbagai komunikasi elit partai politik yang belakangan terjadi kata dia adalah sinyalmen positif yang harus didukung.

Pertemuan antara Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua Umum PAN Zulkfli Hasan dengan Presiden Jokowi adalah tradisi politik yang baik.

"Bukan soal bergabung dengan koalisi atau tidak tetapi lebih dari itu ada komunikasi yang dibangun setelah sebelumnya bertarung. Ini tradisi politik yang sehat. Pilpres selesai, semua kembali normal, bahwa sekarang ada jalur ke MK ya kita tinggal tunggu saja. Demikian pula para pemuka masyarakat atau agama agar sama-sama menciptakan suasana di masyarakat jadi tenang kembali. Ini bentuk dukungan yang nyata bagaimana kita mencintai bangsa ini menjadi lebih maju lagi ke depannya," kata Handoyo.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved