Pilpres 2019
Sandiaga Uno: Sudah Saatnya Indonesia Menghentikan Impor Pangan
Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno menilai, di era Pemerintahan saat ini ketahanan pangan masih lemah.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno menilai, di era Pemerintahan saat ini ketahanan pangan masih lemah.
Sandiaga mengatakan Indonesia sebagai negara yang kaya sumber daya alam sudah sepatutnya bisa swasembada pangan.
"Setiap Pemerintahan negara manapun harusnya punya ketahanan pangan yang kuat. Indonesia ini saya rasa masih kurang baik," ujar Sandiaga dalam sebuah acara diskusi publik bertajuk 'Global Food Security Challenge and Opportunity', di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (25/5/2019) malam.
Baca: Iran tangkap 30 peserta kursus privat yoga karena berpakaian dan berperilaku tidak pantas
"Di Indonesia sendiri pangan hanya 6 persen yang dikuasai oleh Bulog. 94 persennya dikuasai kartel, mafia impor. Kita ini pemecah rekor, rekor impor. Impor beras, jagung, gula, bahkan garam," imbuh Sandiaga.
Karenanya, menurut Sandiaga, di masa kepemimpinan berikutnya Pemerintah harus stop impor untuk hal-hal yang bisa diproduksi bangsa Indonesia.
Baca: Jadi Tim Hukum BPN Prabowo-Sandi di MK, Anies: Bambang Widjojanto Cuti 1 Bulan
"Mulai dari hulu ke hilir kita mencanangkan bahwa kita ingin mandiri secara produksi dan untuk bahan-bahan yang kita bisa produksi sendiri sudah saatnya kita menghentikan impor pangan," kata Sandiaga.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan saat ini pasar pangan di Indonesia hampir 100 persen dikuasai kegiatan kartel atau monopoli.
Hal itu tentu merugikan masyarakat.
Baca: Jadi Tim Hukum BPN Prabowo-Sandi di MK, Anies: Bambang Widjojanto Cuti 1 Bulan
Menurut Buwas, produk-produk pangan Bulog saat ini hanya mengusai pasar sebesar 6 persen.
Sedangkan sisanya 94 persen dikuasai kartel.
"Karena 94 persen pasar bebas di masalah pangan dikuasai kartel-kartel, Bulog negara hanya menguasai 6 persen" ujar Buwas di Gedung Bulog, Jakarta, Selasa (21/5/2019) lalu.
Pasokan aman
Menjelang Bulan Ramadhan, untuk sementara ini Bulog tidak menggelar operasi pasar karena stok pangan masih aman serta harga-harga bahan pokok masih terkendali.
"Kami sementara ini tidak ada (operasi pasar). Lihat saja kalau ada gejolak harga baik karena kebutuhan banyak. Kita langsung turun operasi," ucap Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau Buwas, Jumat (3/5/2018) usai menghadiri rapat terbatas soal persiapan menghadapi Idul Fitri di kantor presiden, Jakarta.
Mantan Kabareskrim ini menjelaskan pasokan daging ayam hingga daging kerbau sudah banyak.

Pihaknya tinggal menunggu perintah, apabila ada kenaikan harga signifikan yang meresahkan masyarakat, daging tersebut akan dipasarkan melalui operasi pasar.
"Daging sudah banyak, daging kerbau minggu depan datang lagi 7 ton dari India. Kami tinggal tunggu perintah, begitu ada kenaikan yang meresahkan warga, ya kami turunkan," paparnya.
Baca: Sebut Software Situng Perlu Diperbaiki, BPN: Jika Banyak Kecurangan Solusinya Bisa Dihentikan
Buwas yang juga mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) ini meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan meningkatkan harga mauppun kelangkaan barang.
Baca: Seru Debat Habib Bahar Smith-Profesor Saksi Ahli: Soal Zinah hingga Hukum Islam dan Hukum Negara
Khusus untuk ketersediaan beras, Buwas menjelaskan saat ini persediaan beras Bulog ada 2,1 juta kilo. Pastilah ini aman sampai Lebaran selesai.
"Sekarang kebutuhan beras di pasar melimpah. Di Pasar Induk Cipinang kan melimpah, tidak mungkin disuplai lagi. Di wilayah lain juga melimpah jadi bulog tidak perlu operasi pasar sementara ini. Jadi semua sudah oke lah, tidak ada yang erlu dikhawatirkan," tegasnya.