Pilpres 2019
Berebut Swing Voters di Pilpres 2019
Pilpres 2019 diprediksi tidak akan ada migrasi pemilih dari kandidat nomor urut 01 ke 02. Kecenderungannya hanya saling memperebutkan swing voters.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Agenda pesta demokrasi sebentar lagi akan dilaksanakan serentak di seluruh wilayah Indonesia.
Pemilihan umum (pemilu) serentak tahun 2019 ini bisa menjadi arena memperebutkan swing voters.
Swing voters adalah istilah untuk merujuk kepada kelompok pemilih yang pada pemilu sebelumnya mendukung partai A atau calon A tetapi pada pemilu mendatang dapat berubah mendukung partai B atau calon B.
Swing voters sendiri termasuk banyak terjadi di Indonesia karena ikatan psikologis pemilih dengan partai sangat lemah. Bahkan, sangat rendah di seluruh dunia.
Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Adi Prayitno mengatakan untuk pilpres 2019 diprediksi tidak akan ada migrasi pemilih dari kandidat nomor urut 01 ke 02.
Kecenderungannya hanya saling memperebutkan swing voters.
"Artinya tidak ada migrasi pemilih dari 01 ke 02. Kecenderungannya hanya saling memperebutkan swing voters. Jokowi tidak memiliki tren turun, Prabowo juga demikian. Artinya strong voters keduanya tidak ada yang pindah," ujar Adi Prayitno dalam pernyataannya, Senin (15/4/2019).
Kalaupun ada tren kenaikan elektabilitas Prabowo-Sandi, kata Adi, hal itu berasal dari swing voters sebab basis pemilih Jokowi juga trennya naik.
Baca: Apapun Hasil Pilpres 2019, Prabowo Diprediksi Lawan AHY pada Pilpres 2024
"Ini juga bisa diterjemahkan bahwa swing voters mengalami penurunan hingga terkikis menjadi 7 persen," ujar Adi Prayitno.
Diketahui, beberapa hari menjelang hari tenang Pemilu 2019, sejumlah lembaga survei merilis hasil jajak pendapat mereka.
Charta Politika menempatkan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf di angka 55,7 persen, sementara tingkat keterpilihan pasangan Prabowo-Sandiaga sebesar 38,8 persen.
Hasil survei teranyar Saiful Mujani Research Center (SMRC) yang dirilis pada Jumat, 12 April lalu, juga hampir senada.
Jokowi-Ma’ruf Amin unggul dengan 56,8 persen dan pesaingnya 37 persen.
Pasangan capres nomor 01 juga unggul berdasarkan survei Indo Barometer dengan 59,9 persen sedangkan Prabowo-Sandiaga sebesar 40,1 persen.
Lembaga Survei Median juga menggulkan petahana meski selisihnya tipis.
Jokowi-Ma'ruf 47,2 persen dan Prabowo-Sandiaga 39,5 persen.
"Kalau melihat kecenderungan trend survei, tetap Jokowi yang unggul. Di (hasil) survei itu kan nyaris tidak ada pergerakan signifikan melampaui elektabilitas Jokowi, terutama survei-survei yang dikeluarkan oleh lembaga yang secara reguler melakukan survei. Bukan lembaga survei yang hanya muncul 5 tahun sekali," kata Adi.
Merujuk data itu, Adi Prayitno berpendapat, hasil Pilpres 17 mendatang tidak akan jauh berbeda dari kebanyakan hasil survei.
"Kalaupun ada kecenderungan berubah, berubahnya tidak akan terlalu banyak. Misalnya diprediksi menang 10-15 persen, kalaupun toh error, (margin error) survei itu kan 4 persen. Paling jatuhnya menang 10-11 persen. Itu margin error yang masih bisa ditoleransi," jelas Adi Prayitno.