Sabtu, 4 Oktober 2025

Pilpres 2019

Peneliti LIPI: Kondisi Bangsa Tak Menentu, Butuh Pemimpin Kuat dan Menyatukan

"Apabila tidak, maka tren itu kemungkinan besarnya akan berlaku lagi pada 17 April 2019," ujar Leo Agustino

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kontestasi pemilihan presiden (Pilpres), tinggal menghitung hari.

Saat ini, kedua kandidat akan saling beradu argumen dalam debat capres keempat dengan topik 'Ideologi, Pemerintahan, Keamanan dan Hubungan Internasional'.

Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Zuhro menilai kempat topik tersebut sangatlah krusial. Terlebih saat ini Indonesia sedang menghadapi proxy war.

"Mengapa bangsa ini kayaknya menggeliat tak tentu, ini siapa yang mengadu antar kita," urai Siti di Jakarta, Jumat (29/3/2019).

Sosok yang akrab disapa Wiwiek ini menegaskan Indonesia harus dipimpin oleh sosok yang kokoh dan mampu menyatukan daerah-daerah, dari Sabang sampai Merauke serta mempertahankan kedaulatan dari berbagai ancaman.

Terkait latar belakang dari kalangan pengusaha, militer atau sebagainya tak jadi soal dengan catatan semua atribut tersebut harus diputus ketika dia menjadi pemimpin negara.

"Filosofi dan pemikiran yang seperti itu yang secara intelek. Ketika mereka menjadi presiden atau bupati, jadi bukan presiden dan bupatinya partai itu saja atau kelompok itu saja dia adalah pemimpin seluruh masyarakat," katanya.

Karena itu, Wiwiek mengingatkan perlunya kedewasaan dalam berpolitik, khususnya bagi para pejabat serta elit politik.

Hal ini untuk mencegah disharmoni menjelang Pilpres seperti munculnya tudingan Pancasila akan dihapus jika kelompok tertentu berkuasa.

"Ini kan enggak masuk akal, karena bukan Indonesia kalau bukan Pancasila. Mungkin, itu kesalahan KPU kalau membolehkan calon ini," katanya.

Melalui Pilpres, Wiwiek berharap akan muncul kontestasi yang menunjukkan kualitas dari visi misi program yang ditawarkan.

"Kami sudah sepakat semuanya, bahwa Pancasila, NKRI, Konstitusi, UUD 1945 dan Bhineka tunggal itu, sudah final itu, dan itu yang memayungi kita berdemokrasi. Bukan demokrasi yang memayungi 4 konsensus dasar itu, terbalik gitu," katanya.

Sementara itu, Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Leo Agustino merangkum hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga survei berwibawa, termasuk CSIS telah menunjukkan kestabilan elektabilitas di antara dua kandidat.

Yakni, elektabilitas pasangan calon 01 berada pada rentang 51-57 persen. Sedangkan pasangan calon 02 berada pada rentang 28-35 persen.

Baca: KPK : Uang Rp 8 Miliar Dalam Kardus Tidak Terkait Logistik Pemilu Jokowi - Maruf Amin

Jika merujuk tren tersebut, maka, menurut dia, dapat disimpulkan bahwa pertarungan 17 April sebenarnya sudah dikatakan selesai.

Kecuali, imbuh dia, ada hal-hal yang sangat luar biasa yang kemudian mengguncang politik nasional.

"Apabila tidak, maka tren itu kemungkinan besarnya akan berlaku lagi pada 17 April 2019," ujar Leo Agustino kepada Tribunnews.com, Kamis (28/3/2019).

Baca: Luna Maya Diminta Tata Janeta Nyanyikan Lagu Sang Penggoda, Raffi Ahmad: Jangan Nangis

Meskipun demikian, kata dia, waktu kurang dari satu bulan ini memang harus dioptimalkan oleh kedua pasangan.

Ia pun mengingatkan, agar paslon 01 yang elektabilitasnya tinggi jangan terbuai.

"Karena mungkin saja mereka 'terpeleset,'" dia mengingatkan.

Baca: Hubungannya dengan Gisel Jadi Perbincangan, Wijin Disebut Denny Darko Sembunyikan Sesuatu

Sebaliknya, paslon 02 yang elektabilitasnya rendah, bisa memanfaatkan sisa waktu untuk mendongkrak elektabilitas mereka.

Sebab, dia menjelaskan, kampanye terbuka seharusnya menjadi momen politik penting untuk menambah keyakinan pemilih pada para pasangan calon.

"Jangan kampanye terbuka ini digunakan untuk hal-hal yang tidak penting karena boleh jadi hal-hal yang tidak penting itu menjadi blunder," tegasnya.

Hal senada juga disampaikan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego, kepada Tribunnews.com, Kamis (28/3/2019).

Baca: Pelaku Nang dan Hendri Cegat Melinda di Jalan untuk Bersenang-senang di Kebun Sawit

"Kalau tak ada rintangan berarti, Paslon 01 memang masih mengungguli Paslon 02," ucap Indria Samego.

Bila melihat hasil survei teranyar ini, kata dia, pemilih masih lebih percaya pada Jokowi ketimbang Prabowo.

"Alasannya jelas, Jokowi Sudah membuktikan, sedangkan Prabowo baru janji," ucap Indria Samego yang juga anggota Dewan Pakar The Habibie Center ini.

Ia pun memberikan catatan, kalau Prabowo masih tetap mempertahankan gaya dan strategi kampanyenya, maka sulit untuk mengejar keunggulan Jokowi pada 17 April mendatang.

"Dengan kata lain, kalau kampanye Prabowo masih itu-itu saja, jangan harap dia bakal mengejar ketertinggalannya," paparnya.

Baca: Video Lokasi Melinda Ditemukan Tewas Sudah Diperhitungkan, Pelaku Mengaku Suka

Catatan buat Jokowi, imbuh dia, bertahan pada gaya dan isi kampanye yang ada, maka itu sudah bisa membuat jarak dengan Prabowo, makin jauh.

"Buat Jokowi, bertahan pada gaya dan isi kampanye yang ada, sudah bisa membuat gap dengan Prabowo, makin jauh," pesannya.

Survei CSIS 15-22 Maret 2019 menunjukkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul dari pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Responden yang memilih Jokowi-Ma'ruf sebesar 51,4 persen, sementara Prabowo-Sandi hanya dipilih oleh 33,3 persen.

"Selisih suara kedua pasangan calon 18,1 persen," kata peneliti CSIS, Arya Fernandez, saat merilis hasil survei di Jakarta, Kamis (28/3/2019).

Kendati demikian, lanjut Arya, masih ada 14,1 persen responden yang menjawab tidak tahu atau merahasiakan jawabannya. Ada pula 1,2 persen belum menentukan pilihan.

Baca: Prabowo Bocorkan Nama-nama Menterinya jika Nanti Terpilih Jadi Presiden, Ada Hinca Pandjaitan

Survei juga mengukur kemantapan responden terhadap pilihannya. Hasilnya, lebih banyak pendukung Jokowi-Ma'ruf yang menyatakan sudah mantap dengan pilihannya, yakni sebesar 84,4 persen. Adapun responden yang sudah mantap mendukung Prabowo sebesar 81,3 persen.

"Tingkat kemantapan pilihan pemilih sudah cukup tinggi. Migrasi pemilih antarcalon diprediksi tak akan banyak terjadi," kata Arya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved