PSI: DPR Periode Ini Perlu Diganti

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyayangkan perdebatan di publik hanya fokus pada pemilihan presiden (Pilpres), dan mengesampingkan pemilihan legislatif (Pileg).

Ketua DPP PSI Tsamara Amany mengaku heran dengan elite-elite partai politik yang marah dan kecewa dengan pidato Ketua Umum PSI Grace Natalie.

Tsamara mengatakan, Grace ingin membuka diskusi terkait upaya antikorupsi dan membangun toleransi, yang sudah dilakukan partai politik.

Sampai saat ini, menurut Tsamara, hanya jawaban menuduh PSI berkhianat yang dilontarkan oleh elite-elite partai politik.

"Padahal sebenarnya apa yang disampaikan oleh Grace adalah murni membuka perdebatan publik tentang bagaimana sikap parpol jelang pemilu ini,” ujar Tsamara saat konferensi pers di kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Kamis (14/3/2019).

Baca: Polisi Tangkap Pelaku Curanmor yang Telah Beraksi 4 Kali di Jakpus dan Bekasi

Tsamara mempertanyakan konsistensi partai politik dalam pencegahan serta upaya pemberantasan korupsi.

Tsamara menantang seluruh partai politik menjawab secara substansial konsistensi partai politik terhadap anti korupsi ketimbang memaksa Ketua Umum PSI meminta maaf.

"Soal korupsi, itu adalah kenyataan dan tidak bisa dipungkiri partai-partai nasionalis mendukung hak angket KPK. Data data ini lebih baik dibantah, dijawab, daripada kemudian meminta Grace meminta maaf," katanya.

Juru bicara PSI Dara Adinda Kesuma Nasution mengajak parpol saling adu gagasan di pemilihan legislatif.

PSI ingin menekankan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tak kalah penting dibanding pemilihan presiden (Pilpres).

"DPR periode ini perlu diganti dengan segala performa buruk di berbagai riset. PSI ingin menempatkan Pileg sesuatu yang penting dan menempatkan gagasan di sana," kata Dara.