Sabtu, 4 Oktober 2025

Pilpres 2019

Keluarga Korban Penculikan 98 Dukung Jokowi Dalam Pemilu 2019

Dalam pernyataan sikapnya, IKOHI mengajak masyarakat untuk tidak memilih calon presiden yang mereka anggap menjadi dalang penculikan yakni Prabowo

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Johnson Simanjuntak
Fahdi Fahlevi/Tribunnews.com
Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para keluarga dan korban penculikan dan penghilangan paksa 97-98 yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) menyatakan sikap politik untuk Pilpres 2019.

Dalam pernyataan sikapnya, IKOHI mengajak masyarakat untuk tidak memilih calon presiden yang mereka anggap menjadi dalang penculikan yakni Prabowo Subianto.

Dalam konferensi pers tersebut hadir kedua orang tua Ucok Munandar Siahaan, Petrus Bima Anugerah, Faisol Riza, dan kakak dari Suyat dan Wiji Tukul. Serta korban penculikan yang selamat, Mugiyarto, Aan Rusdiyanto, dan Faisol Riza.

"Dari penculikan ini yang kami identifikasikan bahwa penculiknya adalah Danjen Kopassus yang bertanggung jawab adalah Danjen Kopassus Prabowo. Sampai sekarang dia menjadi capres maka itu saya menganjurkan jangan pilih capres pelanggar HAM," ujar Suyadi, kakak dari Suyat, di Hotel Grand Cemara, Gondangdia, Jakarta Pusat, Rabu (13/3/2019).

Sementara itu, Paian Munandar Siahaan, ayah dari Ucok Munandar Siahaan, mengatakan pihaknya mendukung Joko Widodo pada Pilpres 2019. Menurutnya, Jokowi tidak memiliki keterlibatan dalam kasus ini.

Baca: 4 Fakta Terbaru Ledakan Bom di Sibolga, Gunakan Bom Lontong Hingga Kata Polisi Soal ISIS

"Nah dari dua kandidat ini yang paling bisa kami terima adalah Pak Jokowi karena mempunyai harapan, karena tidak memiliki keterlibatan dalam kasus ini hanya waktunya belum tepat," tutur Paian.

Mereka mengaku juga melakukan aksi menolak Prabowo pada 2014 lalu. IKOHI sempat melayangkan pernyataan sikap kepada KPU untuk menggugurkan agar Prabowo tidak diikutsertakan dalam pilpres waktu itu.

Seperti diketahui, Komnas HAM mencatat pada periode 1997 hingga 1998, sebanyak 23 aktivis pro demokrasi menjadi korban penculikan dan penghilangan paksa. Sembilan orang kembali, satu orang meninggal, dan 13 orang hilang tanpa diketahui keberadaannya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved