Pilpres 2019
Maruf Amin Buka Opsi Islah Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu
Sejak 1965, kata Maruf, kasus tak kunjung terselesaikan sebab bukti-bukti yang sulit ditemukan
Penulis:
Dennis Destryawan
Editor:
Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon wakil presiden nomor urut 01 Maruf Amin membuka opsi Islah untuk menyelesaikan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat masa lalu.
Islah dalam kajian hukum Islam adalah memperbaiki, mendamaikan, dan menghilangkan sengketa atau kerusakan. Berusaha menciptakan perdamaian; membawa keharmonisan; mengajurkan orang untuk berdamai antara satu dan lainnya; melakukan perbuatan baik; berprilaku sebagai orang suci.
Baca: Contohkan Tragedi 1965, Arsul Sani Nilai Tak Mudah Selesaikan Pelanggaran HAM Berat di Masa Lalu
Menurut Maruf Amin, penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu tidaklah mudah. Sejak 1965, kata Maruf, kasus tak kunjung terselesaikan sebab bukti-bukti yang sulit ditemukan.
"Maka kemungkinan pendekatan yang kita bangun itu, ada yang sifatnya pendekatan melalui proses yudisial pengadilan ada juga non-yudisial. Namanya melakukan islah," kata Maruf Amin di Rumah Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (8/3/2019).
Maruf Amin menjelaskan, dalam agama Islam, islah menjadi salah satu solusi.
Dalam ayat Al-Quran, ucap Maruf Amin, menyebutkan tiga kebaikan dari pembicaraan manusia, yakni bersedekah, dua menyuruh berbuat baik, dan ketiga mengislahkan.
"Bagaimana mengislahkan? Harus ada kemauan semua pihak," tutur Maruf Amin.
Tidak mudah, menurut Maruf Amin, untuk mencari korban hilang. Ia memberi contoh kasus pembunuhan Presiden Amerika Serikat ke-30 John F Kennedy.
Pelaku pembunuhan Kennedy, hingga kini belum ditemukan.
Meski begitu, ucap Maruf Amin, pemerintah harus terus berkomitmen untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu.
Baca: Jokowi Akan Lebih Progresif Dalam Menyelesaikan Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu Jika Terpilih Lagi
Pelaku-pelaku kriminal seperti itu memiliki kepintaran. Termasuk dalang dibalik penculikan para aktivis 1998 yang sampai saat ini belum ditemukan.
“Kita juga ada kesulitan yang sama, yang menyiram Pak Novel Baswedan,” ujar Maruf Amin.