Pilpres 2019
Cerita Dedi Mulyadi: Saat Dijauhi Orang, Maruf Amin Dekati Saya
Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi mengungkap ceritanya dengan Cawapres KH Maruf Amin yang amat berkesan di hati.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, PANGANDARAN - Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi mengungkap ceritanya dengan Cawapres KH Maruf Amin yang amat berkesan di hati.
Dedi terharu dengan sikap Kiai Maruf menerimanya di saat orang lain mencibirnya.
Dedi mengingat saat menjabat Bupati Purwakarta dirinya dijauhi orang lain.
Alasannya karena kebijakan Dedi dipandang aneh dan lain daripada kepala daerah kebanyakan.
Misalnya pembangunan banyak patung bernuansa Hindu di Purwakarta. Padahal Dedi beragama Islam.
"Tiga tahun lalu waktu jadi Bupati, saat semua orang jauhi saya karena nyeleneh dekat sama klenik, eh ada kiai besar datang ke Purwakarta," kenangnya saat berpidato di hadapan seribuan masyarakat di Kabupaten Pangandaran ditemani KH Maruf Amin, Kamis, (28/2/2019).
Kiai yang dimaksud Dedi ialah Ketum MUI Maruf Amin.
Kehadiran Kiai Maruf ke Purwakarta ternyata bukan untuk mengkritiknya.
Ia malah terkesima karena didukung Kiai Maruf.
Baca: Momen Seorang Banser 76 Tahun Naiki Panggung demi Dukung Maruf Amin di Pangandaran
"Pak Maruf Amin datang beri dukungan dan bilang bahwa saya ini aset bangsa, karena saya ajarkan kitab kuning di SD," kata ketua TKD Jokowi-Maruf Amin Jawa Barat itu.
Dedi memanfaatkan secara maksimal momen pertemuan dengan Kiai Maruf saat itu.
Keduanya banyak berbincang. Dari situ, Dedi mengetahui Kiai Maruf punya keturunan langsung dari kerajaan Padjajaran.
"Pak Dedi, saya ini turunan Sunda, saya ini turunan Padjajaran, ayah saya dari Cirebon, ibu Sumedang," tuturnya menirukan ucapan Kiai Maruf.
Dari percakapan itu, Dedi menaruh hormat pada Kiai Maruf.
Rasa hormat Dedi berubah menjadi dukungan saat Kiai Maruf dideklarasikan sebagai Cawapres mendampingi Jokowi.
"Karena saya dirangkul abah (Maruf Amin) kayak anaknya. Beliau akan lanjutkan cita-cita tanah Galuh untuk bangun kebersamaan. Dan beliau punya martabat. Ini suatu kewajiban asasi jaga Galuh Padjajaran," tegasnya.