Kamis, 2 Oktober 2025

Pilpres 2019

Pengamat: Tak Lazim Gaya Politik Jokowi Menyerang

Alasan menggunakan strategi menyerang yang kedua adalah kebutuhan citra tegas yang hingga saat ini belum dimiliki Jokowi.

Editor: Johnson Simanjuntak
ist
Hendri Satrio 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai gaya komunikasi politik Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) tidak lazim ketika menyerang.

"Jokowi menyerang saja sudah merupakan Jokowi yang berbeda dari 2014. He is a different Jokowi," ujar pendiri lembaga survei KedaiKOPI ini kepada Tribunnews.com, Senin (4/2/2019).

Bila menurut teori kampanye politik, Hendri Satrio menjelaskan, yang dilakukan Jokowi sebagai petahana ini tidak lazim dilakukan.

Karena, imbuh Hendri Satrio, biasanya Petahana akan defense dan acclaim, bertahan dan melakukan klaim pada prestasi yang dilakukan.

"Tidak attack atau menyerang," jelas Hendri Satrio.

Lebih lanjut ia menjelaskan, bila Jokowi menyerang maka bisa diterjemahkan menjadi dua hal.

Yakni pertama, menurut Hendri Satrio, saat ini Jokowi dalam keadaan tertekan sehingga harus menyerang keluar sebagai cara bertahan terbaik.

Mengapa tertekan? Ia menjelaskan, saat ini Jokowi harus melawan tren yang dicitrakan sedang tidak berpihak pada dirinya.

"Apa saja tren yang sedang tidak berpihak pada Jokowi, ada 2, kondisi ekonomi akar rumput yang belum ada perbaikan signifikan dan elektabilitas dirinya yang mentok bahkan cenderung turun," jelas Hendri Satrio.

Alasan menggunakan strategi menyerang yang kedua adalah kebutuhan citra tegas yang hingga saat ini belum dimiliki Jokowi.

"Karena menurut hasil survei KedaiKOPI 2018 lalu, citra tegas masih dimiliki oleh Prabowo," papar Hendri Satrio.

Sebetulnya, dia menjelaskan, Jokowi harus ingat bahwa saat 2014 lalu dia dipilih karena citra sederhana yang dekat dengan rakyat.

Tapi saat ini, kata dia, citra yang melekat kepada Jokowi terlalu beragam, mulai dari peternak kambing hingga sebagai pengendara motor besar.

"Bahkan saat ini, Jokowi nampak ingin juga ada citra tegas di dirinya," jelas Hendri Satrio.

Sebelumnya dalam beberapa kali kesempatan Capres nomor urut 01 Jokowi terlihat tampil menyerang.

Terakhir Jokowi menyebut pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menggunakan konsultan asing dalam menghadapi pemilihan presiden 2019.

Akibat menggunakan konsultan asing itu, menurut Jokowi, strategi kampanye yang digunakan kubu oposisi berpotensi memecah belah masyarakat.

"Yang dipakai konsultan asing. Enggak mikir ini memecah belah rakyat atau tidak, enggak mikir mengganggu ketenangan rakyat atau tidak, ini membuat rakyat khawatir atau tidak. Membuat rakyat takut, enggak peduli," kata Jokowi saat bertemu sedulur kayu dan mebel di Solo, Minggu (3/2/2019).

Jokowi tak menyebut konsultan asing apa yang digunakan kubu Prabowo-Sandi. Namun, ia sempat menyinggung soal propaganda Rusia.

"Seperti yang saya sampaikan, teori propaganda Rusia seperti itu. Semburkan dusta sebanyak-banyaknya, semburkan kebohongan sebanyak-banyaknya, semburkan hoaks sebanyak-banyaknya sehingga rakyat menjadi ragu. Memang teorinya seperti itu," kata Jokowi.

Jokowi mencontohkan soal hoaks mengenai tujuh kontainer surat suara tercoblos. Juga mengenai hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet, yang saat itu masih bergabung dalam Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi.

Jokowi juga sempat menyinggung soal dirinya yang selama ini disebut sebagai antek asing. Namun, pada kenyataannya, kubu Prabowo-Sandi-lah yang menggunakan konsultan asing dalam menghadapi Pilpres 2019.

"Konsultannya konsultan asing. Terus yang antek asing siapa? Jangan sampai kita disuguhi kebohongan yang terus-menerus. Rakyat kita sudah pintar, baik yang di kota atau di desa," kata dia.(*)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved