Pilpres 2019
Jokowi Agresif Menyerang, BPN: Tanda-tanda Kekalahan 01
Menurutnya, serangan yang dilontarkan Jokowi justru memposisikan capres petahana itu sebagai oposisi.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Ahmad Riza Patria menilai kurang tepat jika capres Joko Widodo (Jokowi) agresif menyerang kubu 02.
Menurutnya, serangan yang dilontarkan Jokowi justru memposisikan capres petahana itu sebagai oposisi.
Serta, membuktikan kegagalan selama empat tahun kepimimpinannya.
"Dimana-mana kalau petahana itu harusnya defensif bukan menyerang. Di mana-mana itu penantang yang menyerang karena petahana itu sudah bekerja diberi kesempatan, amanat dan kekuasaan," katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/2/2019).
"Harusnya petahana itu mempertahankan dan membuktikan bahwa selama periodenya itu sudah bekerja berhasil. Tapi kalau petahana menyerang itu berarti ada tanda-tanda bahwa apa yang dikerjakan selama ini tidak berhasil," imbuhnya.
Baca: Shakira Aurum Dikunjungi Annisa Yudhoyono, Jerry Ungkap Kondisi Terkini Sang Anak Lawan Leukimia
Lebih lanjut, Ketua DPP Gerindra itu menduga elektabilitas yang stagnan menjadi alasan kenapa paslon 01 itu lebih agresif menyerang belakangan ini.
Oleh karena itu, Riza menyarankan agar Jokowi bekerja lebih baik di sisa waktu kepemimpinannya ketimbang menyerang dan menyindir kompetitor.
"Pak Jokowi enggak usah nyerang-nyerang, nyindir-nyindir, kerja saja yang baik, itu tidak menghasilkan simpati bahkan masyarakat baru tahu siapa sebetulnya Pak Jokowi. Ini tanda-tanda kekalahan Pak Jokowi Kiai Maruf," tutup Riza.
Sebelumnya, saat berkampanye di Surabaya dan Semarang pada Sabtu kemarin, (2/2/2019), Jokowi menyinggung soal Pidato Prabowo Indonesia akan bubar dan ekonomi Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan Haiti.
Menurut Jokowi bila ingin bubar jangan mengajak masyarakat Indonesia yang memiliki sifat optimisme.