Pilpres 2019
Jokowi Dinilai Andalkan Prestasi dan Janji Politik untuk Menangkan Pilpres
Reno mengatakan kinerja presiden tidak bisa hanya dilihat pada satu lokasi atau suatu waktu tertentu saja.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Calon presiden (petahana) Joko Widodo (Jokowi) mengandalkan prestasi dan janji politiknya sebagai salah satu cara untuk memenangkan Pilpres 2019.
Pengamat politik Reno Ranggi Koconegoro mengatakan pemerintahan Jokowi memiliki sejumlah pencapaian selama empat tahun menjabat sebagai presiden. Data-data menunjukkan di zaman Jokowi ada semacam terobosan.
"Dan transformasi struktural yang dilakukan yang membedakan Pak Jokowi dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya,” ujar Reno saat dikonfirmasi wartawan, Sabtu (26/1/2019).
Reno mengatakan kinerja presiden tidak bisa hanya dilihat pada satu lokasi atau suatu waktu tertentu saja. Ia berujar kinerja presiden harus dilihat secara agregat keseluruhan nasional. Sejak terpilih menjadi Presiden, Jokowi membawa argumen dan gagasan yang baru.
Pertama, ucap Retno, Jokowi ingin menyeimbangkan kondisi di wilayah timur dengan barat Indoensia, serta membangun kawasan pinggiran sebagai kawasan terdepan.
“Selanjutnya Pak Jokowi juga memiliki komitmen yang serius terhadap kesejahteraan orang kecil terutama seperti petani hingga nelayan,” kata Retno.
Baca: Ahok Akui Bakalan Nikah, Ibunda BTP Sempat Tak Yakin dengan Puput dan Kesan Calon Mertua
Untuk angka kemiskinan mencapai satu digit. Ia melihat penurunan angka kemiskinan itu disebabkan oleh kinerja Jokowi dalam sejumlah aspek, baik infrastruktur maupun perekonomian.
“Dari kemiskinan dan pengangguran yang turun itu, indeks gini atau indeks yang menggambarkan ketimpangan antara penduduk itu juga turun. Dari 2014 0,4 sekian sekarang menjadi 0,3 sekian,” ujar Reno.
Jokowi berhasil merealisasikan BBM satu harga, meningkatkan logistik, hingga mengintegrasikan perizinan usaha secara elektronik. “Jadi memang Jokowi serius kerja di semua sektor dan lini,” ujarnya.
Pengamat intelijen UI Nuruddin Lazuardi menilai Jokowi tidak memiliki janji spesifik dalam bidang terorisme. Akan tetapi, ia menilai serangan terorisme di era Jokowi menurun. Terorisme di masa sebelum Jokowi menjabat selalu menggunakan bahan-bahan yang memiliki daya ledak besar.
“Bandingkan dengan bom yang ada sekarang ini, yang kemarin-kemarin meledak. Bahan-bahan apa? Intelejen tidak melihat bagaimana bom itu dibuat, meledak seperti apa dan di mana. Tetapi intelijen melihat bahwa suplai peredaran bahan untuk membuat bom itu seolah mati, hilang,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai tingkat kepuasan public terhadap Jokowi terbilang tinggi di semua sektor, baik di sektor infrastruktur, pertanian, hingga maritim. Ia menyebut tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi sekitar 70 persen.
Meski tinggi, ia berkata hasil survei terkadang tidak sejalan dengan kenyataan. Sebab, ia menemukan adanya ketimpangan antara popularitas dengan elektabilitas Jokowi. Ia bekata elektabilitas Jokowi saat ini berkisar 54 persen.
“Tingkat kepuasan publik terhadap apa yang dilakukan Pak Jokowi seperti infrastruktur dan lainnya ketika dikonversi menjadi elektabilitas itu agak sedikit jomplang,” ujar Adi.
Jomplangnya popularitas dan elektabilitas Jokowi, kata dia, menunjukkan hati masyarakat terbelah. Jika menggunakan perspektif pemilih rasional, Jokowi dinilai akan sangat mudah menang karena puas kepada Jokowi.
“Tapi kenapa jika ditanya 70 persen ini yang muncul hanya 54 persen, itu artinya ada hati yang kemudian menjadi preferensi pilihan. Mungkin yang 20 persen tak memilih Pak Jokowi karena dipengaruhi isu hoaks dan sebagainya. Ini yang kemudian yang menjadi perang bersama,” ujarnya.
Ia menyampaikan Jokowi harus terus melawan hoaks dan fitnah. Sebab, hal itu paling ampuh untuk mengalahkan lawan dalam kontestasi politik.