Pilpres 2019
Ma'ruf dan Rais Aam PBNU Akan Aktifkan Sel-sel Tidur Nahdlatul Ulama di Pilpres
Ma'ruf meyakini seluruh kiai sepuh se-Jawa Timur akan berpengaruh dalam mengaktifkan sel-sel NU.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA -- Calon wakil presiden nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin bersama Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar akan mengaktifkan jaringan NU kultural dan struktural untuk pemenangan pemilihan presiden 2019.
Kesepakatan untuk mengaktifkan sel-sel NU yang 'tidur' dicetuskan usai pertemuan antara Ma'ruf, Miftachul dan 20-an kiai khos atau sepuh se-Jawa Timur. Pertemuan, ucap Ma'ruf, membahas untuk mengkonsolidasikan jaringan NU di Jawa Timur.
"Ada jaringan NU struktural, NU kultural, jaringan Ponpes dan lainnya," ujar Ma'ruf di satu hotel di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (24/1/2019).
Ma'ruf meyakini seluruh kiai sepuh se-Jawa Timur akan berpengaruh dalam mengaktifkan sel-sel NU. Terutama untuk pemenangan pasangan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf.
"Ini semua kita sinkronisasi jangan sampai ada jaringan yang, artinya yang tidak on, kita on kan' semua supaya hasilnya optimal. Ini sudah disepakati untuk melakukan gerakan meng-on-kan semua jaringan itu," imbuh Ma'ruf.
Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar berujar, NU menjadi bagian dari hajatan pemilihan presiden 2019. Sebab, menurut Miftachul, Ma'ruf merupakan kader terbaik NU.
"Karena masalahnya menyangkut masa depan NU dan kader NU, apalagi beliau ini kader terbaik," kata Miftachul.
"Untuk menunjukkan beliau sebagai kader terbaik tunjukkan jangan sampai beliau gagal. Itu artikan sendiri," tutur Miftachul.
Ia meyakini NU akan tegak lurus untuk mendukung Ma'ruf. NU menganut sistem satu komando. Instruksi PBNU akan diikuti oleh semua tataran dan lapisan.
Baca: Ternyata Baasyir Tolak Deradikalisasi Selama di Penjara
"Tingkatan dari jajaran PB sampai anak ranting. Kapan lagi kalau kita tidak mulai hidupkan kembali yang selama ini sistem komando sudah mulai menipis, bukan hilang ya, sudah mulai mengeropos," imbuh Miftachul.
Apalagi, ucap Miftachul, terhitung sejak berdiri pada 16 Rajab 1344 hijrah, usia NU mendekati satu abad dan lebih tua dari kemerdekaan Indonesia pada 1945.
"Lima enam tahun lagi kita akan usia seratus tahun, ini sebuah momentum, dan juga momentum yang penting yaitu kita harus betul-betul bisa mengoptimalkan," kata Miftachul.