Kamis, 2 Oktober 2025

Pilpres 2019

Janji Stop Impor, Timses Jokowi: Prabowo Ingin Gagah-gagahan

Prabowo berjanji tidak akan impor barang atau kebutuhan apapun dari luar negeri apabila terpilih menjadi presiden

Editor: Johnson Simanjuntak
youtube
Abdul Kadir Karding 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional Jokowi-Mar'uf menyebut janji calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto tidak realistis.

Prabowo berjanji tidak akan impor barang atau kebutuhan apapun dari luar negeri apabila terpilih menjadi presiden pada pemilihan 2019 mendatang. Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding mengatakan, janji Prabowo tidak realistis. Apalagi di era global dengan perdagangan bebas.

"Menghentikan impor secara total sangat tidak realistis, bahwa tidak semua kebutuhan pokok atau kebutuhan-kebutuhan masyarakat dapat diproduksi secara masal dan masif di sebuah negara, itu menjadi salah satu faktor," ujar Karding saat dikonfirmasi Tribunnews, Selasa (6/11/2018).

Abdul Kadir Karding menyontohkan kedelai tidak bisa diproduksi secara masif di Indonesia. Sebab, memperhitungkan kondisi tanah dan cuaca. Kemudian, contoh yang lain adalah bawang putih.

"Itu tidak bisa kita produksi masif, karena tidak semua tempat di Indonesia, bisa ditumbuhi oleh bawang putih. Menghentikan impor itu adalah program yang menurut saya jauh dari kenyataan. Lebih pada bunyi-bunyi bombastis, seakan-seakan ini gagah, kita tidak ada impor," ucap Abdul Kadir Karding.

Sebetulnya, ucap Karding, yang dibutuhkan oleh Indonesia dalah bagaimana potensi-potensi yang dimaksimalkan. Semisal, beras yang bisa didorong menjadi surplus.

Baca: Keponakan Setya Novanto dan Pengusaha Made Oka Dituntut 12 Tahun Penjara dan Denda Rp 1 Miliar

"Seperti hari ini kan data BPS, beras itu surplus sekitar 2 jutaan ton. Tetapi memang tidak mencukupi untuk stok beberapa bulan ke depan, tentu kita harus memperhitungkan musim panen, keadaan, iklim, dan sebagainya," kata Abdul Kadir Karding.

Namun, menurut Karding, ke depan mengenai beras harus didorong dengan teknologi dengan pembukaan lahan yang lebih besar, dan dengan bibit yang bagus. Sehingga surplus beras di Indonesia semakin besar, dan kemandirian atau kedaulatan pangan bisa terwujud.

"Begitu pula misalnya jagung. Jagung sekarang ini kita ekspor, tetapi juga impor karena penyebaran dan biaya logistik di antar daerah lebih mahal. Jadi orang cenderung mengambil langsung dari negara tertentu yang kira-kira biaya logistiknya lebih murah," tutur Abdul Kadir Karding.

Saat ini yang terpenting adalah mendorong satu kebijakan dan punya komitmen bahwa komoditas-komoditas yang tumbuhnya bagus di Indonesia, potensinya ada di Indonesia, iklimnya sesuai Indonesia, dan memiliki tekonologi yang memadai didorong agar surplus.

"Kalau perlu kita ekspor, ini visi kedaulatan dan kemandirian pangan kita ke depan harus seperti itu. Jadi tidak boleh asal sembarangan ngomong tidak boleh impor, itu tidak mungkin," tutur Abdul Kadir Karding.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved