Piala Dunia 2022
Pepesan Kosong Ala Luis Enrique: Spanyol Rasa Barca, Ngoper Doang Bikin Gol Kagak, Efek De Gea?
Pada laga itu Spanyol asuhan Luis Enrique melakukan sebanyak 1.019 kali operan. Bandingkan dengan Maroko yang hanya melakukan 304 kali.
Pepesan Kosong Ala Luis Enrique: Spanyol Rasa Barca, Ngoper Doang Bikin Gol Kagak, Karma David De Gea?
TRIBUNNEWS.COM - Kejutan belum mereda di Piala Dunia 2022. Di babak 16 besar, tim unggulan berstatus favorit juara, Spanyol harus pulang kampung seusai ditekuk Maroko, di Stadion Education City, Selasa (6/12/2022).
Kegagalan Spanyol di Piala Dunia 2022 membuat sang pelatih, Luis Enrique jadi kambing hitam.
Sejumlah kebijakan yang dibuat Luis Enrique dianggap sebagai biang keladi melorotnya peforma Timnas Spanyol, mulai soal pemilihan pemain hingga pola permainan La Furia Roja yang dinilai cuma pepesan kosong.
Baca juga: Kronologi Diego Michiels Pukul Michael Krmencik di Laga Persija vs Borneo FC: Ludah Dibalas Ludah
Mimpi Buruk Adu Penalti
La Furia Roja tersingkir lewat adu penalti setelah kedua tim gagal mencetak satu pun gol selama 120 menit.
Di babak adu algojo, timnas Spanyol menjadi pesakitan karena tiga penalti mereka gagal, masing-masing dari Pablo Sarabia, Carlos Soler, dan Sergio Busquets.
Pada sisi lain, trio eksekutor timnas Maroko sukses menyarangkan bola ke gawang Unai Simon, yaitu Abdelhamid Sabiri, Hakim Ziyech, dan Achraf Hakimi.
Soal adu penalti, pepesan kosong Luis Enrique yang jadi sorotan adalah bagaimana sang pelatih sejatinya sudah memerintahkan skuad Spanyol untuk berlatih ribuan kali tendangan penalti.
Hasilnya, dari ketiga penendang, Spanyol tak mencetak satu gol pun saat adu penalti melawan Maroko di babak 16 besar Piala Dunia 2022.
Soal adu penalti, Spanyol memang punya trauma buruk akan hal ini. La Furia Roja cenderung tersingkir jika harus menjalani laga dengan fase adu penalti.
Pada tiga edisi Piala Dunia sebelumnya, pada 1986, 2022, dan 2018, Spanyol selalu tersingkir dari turnamen saat menjalani babak adu penalti.
Tak ada negara lain di dunia selain Spanyol yang tersingkir lebih banyak saat menjalani babak adu penalti.
Ngoper Doang Bikin Gol Kagak
Hal lain yang menjadi sorotan adalah pola permainan Spanyol dengan filosofi ala Luis Enrique yang lebih mengutamakan penguasaan bola.
Mengutip eurosport, Spanyol di atas kertas, unggul segalanya dari Maroko. Pedri Cs menguasai 77 persen penguasaan bola berbanding 23 persen milik Maroko.
Hal yang lebih mencengangkan, Spanyol sangat luar biasa dalam hal operan. Tercatat, pada laga itu skuad asuhan Luis Enrique melakukan sebanyak 1.019 kali operan. Bandingkan dengan Maroko yang hanya melakukan 304 kali.
Sayangnya, dominasi ini tak mampu dimanfaatkan Spanyol untuk mencetak satu gol pun ke gawang Maroko selama 120 menit.
Mereka bahkan kalah dari Maroko soal shot on target. Maroko yang inferior, mampu menorehkan 2 kali shot on target. Spanyol? Dari dominasi luar biasa itu cuma mampu menembak satu kali ke gawang Maroko.
Anti-Klimaks, Spanyol Rasa Barcelona

Ini adalah antiklimaks dari kiprah timnas Spanyol di Piala Dunia 2022 setelah memulai dengan ledakan karena menggunduli Kosta Rika 7-0.
Makin ke sini, permainan Sergio Busquets dkk makin amburadul dengan secara bertahap ditahan Jerman 1-1, dikalahkan Jepang 1-2, dan kini dipaksa pulang Maroko.
Luis Enrique sebagai pelatih menjadi target utama kebobrokan Tim Matador.
Warganet banyak yang menilai kegagalan ini efek arogansi Enrique dalam memilih anggota skuad untuk dibawa ke Piala Dunia 2022.
Enrique dianggap terlalu Barcelona-sentris karena ada 8 pemain dari mantan klub asuhannya itu yang dia bawa ke Qatar.
Tak heran kalau timnas Spanyol di Piala Dunia 2022 kerap dilabeli sebagai miniaturnya Barcelona dengan adanya Busquets, Pedri, Gavi, Jordi Alba, Eric Garcia, Alejandro Balde, Ferran Torres, dan Ansu Fati.
Faktanya, skuad "Barcelona FC" ini gagal membawa timnas Spanyol masuk perempat final dan cuma memetik satu kemenangan.
Efek Tak Dipanggilnya David de Gea?

Luis Enrique juga dianggap melakukan blunder fatal yang berkontribusi atas kehancuran Tim Matador dengan tak memanggil David de Gea serta Sergio Ramos.
De Gea sama sekali tak dilirik karena kemampuan distribusi bolanya dinilai buruk dan tak sesuai gaya bermain Enrique.
Namun, Unai Simon selaku kiper utama pilihannya justru melakukan blunder beberapa kali dari operan-operan nyasar selama Piala Dunia 2022.
Kiper Athletic Bilbao tersebut juga tak berkutik menghadapi algojo-algojo penalti Maroko.
Dampak Tak Adanya Sergio Ramos

Ketiadaan Sergio Ramos ikut menjadi sorotan karena Enrique dinilai menyingkirkan sosok pemimpin karismatik di lini belakang.
Selain itu, absennya Ramos membuat tim kehilangan eksekutor bola mati yang andal.
Ramos dikenal punya kemampuan nomor wahid dalam tendangan penalti yang berguna jika timnas Spanyol menghadapi situasi krusial seperti itu.
Buktinya, semua eksekutor Tim Matador gagal menjalankan tugas menjebol gawang timnas Maroko ketika dalam tekanan.
Andai Sergio Ramos menjadi salah satu penendang awal di partai tersebut, siapa tahu hasilnya akan beda?
"Spanyol tak pernah belajar dari pengalaman. Sergio Ramos tak tergantikan," cuit seorang pengguna Twitter.
Pengakuan Dosa Enrique

Soal pemilihan algojo penalti, Luis Enrique mengakui bahwa keputusannya terbukti buruk.
"Tanggung jawab sepenuhnya ada di saya karena memilih tiga penembak awal, yang saya anggap sebagai spesialis penalti," ujarnya.
"Namun, kami bahkan belum mencapai penendang yang keempat."
"Bono (kiper Maroko) adalah kiper spektakuler dalam tendangan penalti," ucapnya, dikutip dari Sport.es.
Di luar itu, mengemuka pula kritik soal keputusan Enrique tak memanggil pemain lain yang digadang-gadang bisa membantu Spanyol tampil lebih baik.
Sebut saja Thiago Alcantara, Nacho Fernandez, sampai dua striker on-fire, Borja Iglesias dan Iago Aspas, di saat Alvaro Morata dkk terbukti gagal menajamkan lini depan Sang Matador.
(oln/*/Beri Bagja/BolaSport)