Catatan Sepakbola
Aroma Barcelona di Final
SETAHUN lalu dunia sepakbola dibuat tercengang. Klub raksasa asal Spanyol, Barcelona, muncul ke permukaan dengan sebuah permainan menyerang
SETAHUN lalu dunia sepakbola dibuat tercengang. Klub raksasa asal Spanyol, Barcelona, muncul ke permukaan dengan sebuah permainan menyerang nan menawan. Barcelona di bawah asuhan pelatih muda, Pep Guardiola, tampil dengan umpan-umpan pendek dari kaki ke kaki. Pep mengadopsi gaya total football ala Belanda yang ditanamkan legenda Johan Cruyff. Passing dan passing. Bola terus mengalir di setiap jengkal lapangan. Itulah ciri khasnya.
Penampilan apik Barca mendapat hadiah setimpal. Carles Puyol dkk secara gemilang merebut enam gelar sekaligus sepanjang tahun 2009. Tim-tim lain tanpa malu mengadopsi gaya permainan Barcelona. Terutama Timnas Spanyol, yang dibesut Entrenador Vincente del Bosque. Del Bosque mentransformasi ke dalam skuad Matador untuk persiapan menghadapi Piala Dunia 2010. Untuk memudahkan proses transformasi, Del Bosque menjadikan pemain-pemain pilar Barca sebagai tulang punggung timnya.
Ada tujuh pemain Barca --belum termasuk David Villa-- yang mengisi skuad Spanyol di Piala Dunia 2010. Rekor paling banyak dibanding klub-klub lainnya. Ada pun Real Madrid menyumbang lima pemain. Poros Barca pun menjadi inti kekuatan Spanyol sepanjang perhelatan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Mereka mengisi pos-pos penting.
Duet Carles Puyol dan Gerrad Pique tetap dipertahankan sebagai tembok pertahanan. Dua gelandang brilian, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta, menjadi dirigen permainan orkestra Spanyol. Sementara gelandang muda Sergio Busquets memerankan tugas sebagai tukang angkut air alias holding midfielder.
Ada pun Villa yang bergabung dengan Barca di awal musim ini, selalu mendapat kepercayaan sebagai ujung tombak Matador. Sesekali ia didampingi striker muda Pedro Rodriquez.
Dengan berintikan pemain-pemain Barca, gaya permainan yang disuguhkan Spanyol di Piala Dunia 2010 pun tak beda jauh dengan gaya tim Catalan tersebut. Spanyol menjadi perwujudan mini Barcelona. Dan gaya Barcelona itu sukses membawa Spanyol ke babak final Piala Dunia untuk kali pertama. Setelah secara mengejutkan kalah 0-1 dari Swiss di laga perdana, Tim Matador terus menuai kemenangan hingga mencapai partai puncak.
Pelatih Jerman Joachim Loew pun memuji permainan Spanyol. Jerman menjadi korban Spanyol di babak semifinal setelah menyerah 0-1 lewat gol Puyol.
"Spanyol rajanya permainan. Anda bisa melihatnya dari cara mereka mengoper bola. Mereka sangat tenang dan meyakinkan. Mereka menguasai bola dengan baik, dan sulit untuk menghentikannya, " katanya usai pertandingan di Durban, dini hari kemarin.
Di final, Spanyol akan bertemu dengan Belanda. Menariknya, Belanda juga mengusung gaya permainan ala Barcelona.
Dalam beberapa kesempatan, Pelatih Belanda Bert van Marwijk mengaku bahwa gaya bermain Barcelona adalah patokan Belanda di bawah asuhannya.
Dia mencoba mengaplikasikan permainan El Barca yang tak mudah kehilangan bola dan mengandalkan kecepatan para pemain sayap.
Filosofi total football yang hanya menitikberatkan pada persoalan penyerangan, ia kombinasikan dengan pertahanan yang kuat di lini tengah. Penguasaan bola atau ball possesion yang menjadi inti permainan Barca maupun Spanyol menjadi titik perhatian.
Belanda bermain simpel dengan mengandalkan kedisiplinan, mental kuat, dan tidak memberi kesempatan lawan sehingga selalu bisa meraih kemenangan.
Inilah yang menjadi kunci kesuksesan Belanda lolos ke final Piala Dunia 2010. Sebuah moment emas setelah menunggu 32 tahun.
Skuad Belanda memang tidak ada yang berasal dari Barcelona. Hanya bek kiri Giovanni van Bronckhorst dan gelandang Mark van Bommel yang pernah membela Barca pada era Frank Rijkaard. Namun pemain-pemain Belanda mampu mengaplikasikan permainan satu dua sentuhan. Kerjasama antar-pemain maupun antar lini terjalin dengan baik. Hal ini karena Van Marwijk membangun tim dari para pemain yang sudah lama berkumpul dan bermain bersama. Karenanya mereka sudah saling tahu dan saling mengerti satu sama lain.
Permainan Indah
Spanyol dan Belanda patut berbangga dan berbahagia bisa merasakan partai final Piala Dunia. Setidaknya mereka telah membuktikan sebagai dua tim terbaik di Afrika Selatan.
Hanya, kedua tim sesungguhnya belum menunjukkan kemampuan terbaik. Mereka juga tidak menyajikan sepakbola indah. Spanyol bahkan terlihat kurang agresif. Dengan menurunkan dua gelandang bertahan, Busquets dan Xabi Alonso, serta pergerakan Villa yang lebih sering di sayap kiri, dan hanya menempatkan seorang target man, torehan gol-gol Spanyol terbilang seret.
Total Spanyol baru mencetak tujuh gol dari enam laga di Afsel. Tiga partai terakhir di babak knockout hanya berakhir dengan kemenangan tipis 1-0. Kemenangan terbesar hanya diraih atas Honduras dengan skor 2-0. Belanda mungkin lebih baik dari statistik. Mereka selalu mencatat enam kemenangan dari enam laga dengan menggelontorkan 12 gol.
Namun secara keseluruhan Belanda belum menampilkan permainan memikat. Mereka hanya melakukan apa yang memang harus dilakukan. Tidak ada yang spektakuler dari permainan Wesley Sneijder dkk.
Di partai final yang akan dipanggungkan di Stadion Soccer City, Johannesburg, Senin (12/7) dini hari, pencinta sepakbola berharap kedua tim mampu menyajikan sepakbola indah. Permainan dengan umpan-umpan pendek yang cepat, permainan terbuka, dan saling sering hingga tercipta gol-gol brilian. Seperti kata Xavi, sang jenderal lapangan tengah Spanyol, sebuah kemenangan terasa nikmat jika diraih dengan permainan indah. (*)