Piala Dunia 2010
"Tangan Tuhan" dari Bangku Cadangan
Tahun lalu, menyebut Pelatih Argentina Diego Maradona, dengan figur yang kontroversial, sekaligus mampu membawa timnya merebut gelar Piala Dunia, bisa menjadi tertawaan.
Akan tetapi, tanda-tanda yang muncul dari home base Argentina, yang dijaga ketat di Universitas Pretoria kini, adalah tim yang tak terlalu mengandalkan pertahanan—seperti saat menang pada uji coba melawan Jerman, Maret lalu—dengan potensi mencetak gol luar biasa. ”Sekarang kami melihat logika, apa yang kita semua bayangkan dengan semua pemain yang ia miliki,” kata Ruben Capria, mantan pemain Racing Club dan Newell’s Old Boys yang sekarang menjadi pengamat sepak bola.
Perubahan itu, menurut Capria dan sejumlah pengamat tim Argentina, adalah bahwa Maradona ternyata tidak kaku dan cukup pintar untuk mengetahui bagaimana mencapai apa yang diinginkannya dengan pemain yang dimilikinya. ”Ia mengubah cara mengekspresikan dirinya di media. Ia lebih kalem, lebih bijaksana, dan lebih hati-hati,” kata Capria, mantan gelandang serang yang mendapat julukan El Mago (Tukang Sulap), kepada Reuters.
Sementara penulis sepak bola Argentina, Sergio Levinsky, mengungkapkan, perubahan dimulai setelah Maradona berbicara empat mata dengan Lionel Messi, kartu truf Argentina, di Madrid, April lalu. ”Setelah pembicaraan yang dilakukannya dengan Messi, segalanya berubah. Ia bertanya kepada Messi formasi apa yang terbaik untuknya, Messi mengatakannya dan Maradona mendasarkan taktiknya akan hal itu,” kata Levinsky.
Messi sering kali mendapat kritik karena gagal mengulang performa briliannya di klub Barcelona saat memperkuat Argentina sepanjang babak kualifikasi Piala Dunia. Pembicaraan empat mata itu ternyata juga memiliki efek psikologis luar biasa pada Messi, yang terwujud dengan penampilan yang kian gemilang.
Lebih tenang
Capria menambahkan, Maradona kini mengadopsi pendekatan yang lebih tenang. Kumis dan janggut yang ditumbuhkannya, setelah anjing peliharannya menggigit bibirnya, masih ada dan itu menambah citra kalem Maradona selama memimpin pasukannya di Afrika Selatan.
Maradona juga disebut terus berusaha belajar selama mengasuh para pemainnya. Faktor kunci bagi Maradona adalah bagaimana menyatukan skuad yang berisi talenta terbaik, yang Messi sendiri mengklaim sebagai terbaik dunia, menjadi tim dengan mental juara.
”Perbandingan pemain dengan pemain, tidak ada tim nasional lain yang lebih baik daripada kami,” kata Messi. ”Di ajang ini, saya tidak harus membuktikan apa pun. Saya datang ke sini untuk melakukan yang terbaik bagi saya dan rekan-rekan saya.”
Dengan temperamen yang sering tidak terduga, masih perlu ditunggu bagaimana Maradona bereaksi terhadap tekanan pertandingan besar dari bangku cadangan. (Kompas Cetak)