Langsung dari Afsel
Pedagang Asongan Gigit Jari
Harapan para pedagang musiman, asongan, dan pedagang kaki lima unt
Editor:
Juang Naibaho

TRIBUNNEWS.COM, JOHANNESBURG - Harapan para pedagang musiman, asongan, dan pedagang kaki lima untuk meraih sedikit keuntungan selama turnamen, tampaknya bakal gigit jari. Pasalnya, para pedagang tak resmi dilarang membuka lapak di area seperti stadion, FIFA Fan Fest, dan arena nonton bareng resmi lainnya. Padahal di sanalah bolamania banyak berkumpul.
Memasuki detik-detik akhir jelang pembukaan, di beberapa sudut kota terlihat masih berantakan akibat adanya perbaikan jalan dan infrastruktur lainnya. Masalah penjualan tiket langsung juga masih menggayut.
Namun demikian, menurut beberapa pengamat bola, untuk ukuran negeri yang masih dibelit kemiskinan, pengangguran, dan masalah sosial lainnya, apa yang telah dilakukan oleh panitia setempat adalah sebuah progres yang luar biasa. Sebagai negeri yang baru lepas dari politik perbedaan warna kulit (apartheid), mereka telah melakukan satu langkah maju.
Sabtu pekan lalu, sebuah parade tahunan Pale Ya Rona digelar di Soweto, kota di selatan Johannesburg. Ribuan warga berkulit hitam dan putih tampak akrab dan bergembira bersama di karnaval sepanjang 6 kilometer itu. Tak ada lagi perbedaan ras antara kulit hitam dan kulit putih yang selama ini sering terdengar di Afsel.
Turis asing tak ketinggalan ikut menonton. Inilah sepakbola, menyatukan warga Afsel di tengah segala perbedaan. Football without frontier. Akhirnya, mari lupakan sejenak semua persoalan sehari-hari yang membelit. Selama sebulan penuh, perhatian dunia akan tertuju ke Afrika Selatan, tempat hajatan akbar Piala Dunia 2010 dihelat. Ke Nako! Saatnya telah tiba!(*)