Jumat, 3 Oktober 2025

Gerakan 30 September

Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, Saksi Bisu Eksekusi Keji G30S yang Simpan Sejarah Kelam

Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, saksi bisu eksekusi Keji G30S yang simpan sejarah kelam. Monumen ini terdiri dari sumur tua hingga museum.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur. 

TRIBUNNEWS.COM - Peristiwa Gerakan 30 September alias G30S merupakan peristiwa sejarah kelam yang pernah dialami bangsa Indonesia.

Peristiwa itu adalah tragedi penculikan dan pembunuhan enam jenderal dan satu kapten yang dilakukan oleh kelompok yang menamakan diri Gerakan 30 September.

Para jenderal tersebut difitnah telah melakukan makar terhadap Presiden Soekarno dan menggabungkan diri sebagai Dewan Jenderal.

Jenazah mereka ditemukan di dalam sumur di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur, pada tanggal 4 Oktober 1965.

Baca juga: KRONOLOGI Gerakan 30 September 1965 (G30S) Beserta Daftar Nama Pahlawan Revolusi

Tragedi nasional itu mengawali serentetan peristiwa besar di Indonesia, termasuk tumbangnya pemerintahan orde lama yang dipimpin oleh Ir Soekarno.

Kemudian, Presiden Soeharto selaku pemerintah pada masa orde baru, memerintahkan pembangunan Monumen Pancasila Sakti untuk memperingati peristiwa G30S yang tidak dapat memecah kesaktian Pancasila.

Monumen tersebut mulai dikerjakan pada pertengahan Agustus 1967 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1 Oktober 1973, bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila.

Perlu diketahui, kawasan Monumen tersebut dibangun dekat dengan tempat eksekusi korban G30S, yaitu sumur tua di Lubang Buaya.

Untuk mengetahui informasi tentang seluruh kawasan di Monumen Pancasila Sakti, simak informasi berikut ini.

Baca juga: Sinopsis Film G30S: Peristiwa Sejarah Pembunuhan Pahlawan Revolusi, Tayang Malam ini di MNCTV

Mengenal Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Tempat Eksekusi Keji G30S

Suasana pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun 1989. Monumen Pancasila Sakti dibangun di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur
Suasana pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun 1989. Monumen Pancasila Sakti dibangun di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur (KOMPAS.com)

Monumen Pancasila Sakti atau yang dikenal dengan lubang buaya ini terdiri dari dua area yaitu area outdoor dan area indoor.

Area outdoor terdiri dari pameran taman sedangkan area indoor berupa museum dan paseban, dikutip dari kemdikbud.go.id.

Sedangkan, di area outdoor, tempat yang pertama yang dapat dikunjungi adalah sebuah cungkup yang didalamnya terdapat Sumur tua yang dikenal dengan nama Sumur Maut.

Di sumur inilah tempat Jenazah para Pahlawan Revolusi disembunyikan oleh G30S.

Sebelum menjadi sebuah museum sejarah, tempat ini merupakan tanah atau kebun kosong.

Monumen terdiri dari beberapa tempat yang bersejarah, yaitu Sumur Tua Tempat Pembuangan Jenazah 7 Pahlawan Revolusi, Rumah Penyiksaan, Pos Komando, Dapur Umum, Mobil-Mobil tua peninggalan Pahlawan Revolusi, Monumen Pancasila Sakti, Museum Paseban, dan Museum Pengkhianatan PKI (Partai Komunis Indonesia).

Baca juga: KRONOLOGI Tragedi Pemberontakan G30S 1965, Upaya Penumpasan G30S, hingga Fakta Sejarah

Pembagian Kompleks Monumen Pancasila Sakti

a. Sumur Tua Tempat Pembuangan Jenazah

Sumur tua ini memiliki kedalaman 12 meter (M) dan berdiameter 75 Centimeter (Cm).

Tempat inilah yang menjadi saksi bisu dari kekejaman gerombolan G30S.

Tepat di atas sumur terdapat sebuah plakat yang bertuliskan "Tjita-tjita dan perdjuangan kami untuk menegakkan kemurnian pantja-sila tidak mungkin dipatahkan hanja dengan mengubur kami dalam sumur ini".

Jenazah tujuh Pahlawan Revolusi ditemukan di dalam sumur ini.

Pengangkatan jenazah mereka dilakukan pada 4 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

b. Rumah Penyiksaan

Bersebelahan dengan sumur maut terdapat sebuah rumah kecil yang dikenal dengan nama "Rumah Penyiksaan".

Saat pemberontakan berlangsung, serambi rumah ini digunakan oleh gerombolan G30S sebagai tempat menawan dan menyiksa para perwira TNI sebelum akhirnya dibunuh dan dimasukan kedalam sumur maut.

Rumah penyiksaan ini sebelumnya merupakan rumah milik bapak Bambang Harjono yang sebelumnya berfungsi sebagai Sekolah Rakyat (sekarang sekolah SD).

Namun, karena bapak Bambang Harjono adalah seorang simpatisan PKI, rumahnya pun diserahkan kepada PKI dan digunakan oleh para pasukan PKI.

Di dalam rumah ini, terdapat diorama penyiksaan yang menggambarkan penyiksaan para korban perwira TNI yang diculik masih dalam keadaan hidup.

Mereka adalah Mayor Jendral TNI R. Soeprapto, Mayor Jendral TNI S. Parman, Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo, dan Lettu Czi Pierre Andreas Tendean.

Diorama ini dibuat berdasarkan keterangan dari hasil cerita Berita Acara Pemeriksaan (BAP) para pelaku penyiksaan dan pembunuhan dalam sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub), serta kesaksian dari Agen Polisi II Sukitman, seorang korban yang selamat dari G30S.

c. Pos Komando

Pos komando ini adalah sebuah rumah kecil.

Rumah ini sebelumnya adalah rumah milik seorang penduduk daerah Lubang Buaya yang bernama Bapak Sueb.

Saat terjadi pemberontakan G30S tahun 1965, rumah ini dipakai oleh pimpinan gerakan yaitu Letkol Untung dalam rangka mempersiapkan penculikan terhadap tujuh Jendral TNI AD.

Pos Komando ini masih dipertahankan keasliannya sampai isi rumahnya pun sebagian besar masih asli seperti meja, kursi, almari, tempat tidur, mesin jahit, bufet dan balai (kamar depan).

Baca juga: Daftar 7 Pahlawan Revolusi Korban Pengkhianatan G30S, Profil Singkat hingga Karier

d. Dapur Umum

Tempat selanjutnya adalah sebuah rumah kecil yang merupakan Rumah Dapur Umum.

Rumah ini digunakan sebagai dapur umum bagi para anggota pasukan pemberontakan.

Semua isi di dalam rumah ini juga dipertahankan keasliannya mulai dari bentuk sampai beberapa perabotan yang ada di dalamnya masih terletak di tempat yang sama.

e. Mobil-mobil Tua Peninggalan Pahlawan Revolusi

Area kompleks selanjutnya adalah tempat peninggalan mobil-mobil tua.

Ada sebuah truk besar dengan tulisan "PN. Artha Yasa".

Truk model Dodge tahun 61 ini adalah replika kendaraan jemputan PN. Artha Yasa yang sekarang menjadi Divisi Cetak Uang Logam Perum Perur.

Mobil tersebut dirampas oleh pemberontak G30S di sekitar Jalan Iskandarsyah, Daerah Blok-M, kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Setelah dicuri, truk tersebut digunakan untuk menculik dan mengangkut Jenazah Brigjen D.I Panjaitan dari kediamannya menuju daerah Lubang Buaya, Jakarta timur.

Kemudian, terdapat dua mobil tua, yaitu Mobil Dinas yang pernah digunakan oleh Jendral TNI Ahmad Yani sewaktu menjabat menteri/panglima Angkatan Darat (1962-1965).

Mobil kedua adalah sebuah Jip milik Pangkostrad Mayjen TNI Soeharto.

Mobil ini digunakan Mayjen TNI Soeharto dalam memimpin operasi penumpasan pemberontakan G30S pada tahun 1965 di Jakarta.

Selan itu, di luar Museum Paseban terdapat sebuah kendaraan militer yang bernama Panser Saraceen.

Panser dengan tipe PCMK-2 buatan inggris ini adalah panser yang mengangkut jenazah para Pahlawan Revolusi dari Markas Besar Angkatan Darat ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Panser ini pernah digunakan oleh Organik Batalyon Kavaleri 7 Kodam V/Jaya.

Mobil Panser ini kemudian dipindahkan ke Batalyon Kavaleri 3 Kodam VIII/Brawijaya dan dipakai untuk mendukung penugasan operasi militer di Timor Timur (sekarang Timor Leste) pada tahun 1976.

Kemudian, Panser ini dikembalikan dan diabadikan di Monumen Pancasila Sakti sejak Juli 1985.

Baca juga: Jelang G30S, Gatot Sebut Tubuh TNI Disusupi PKI, Letjen Dudung Jelaskan Patung Soeharto Hilang

f. Monumen Pancasila Sakti

Monumen ini terletak 45 m sebelah utara dari cungkup sumur maut.

Jarak 45 m tersebut melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia.

Patung para Pahlawan Revolusi berdiri dengan latar belakang sebuah dinding setinggi 17 m (melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia) dengan hiasan patung Garuda Pancasila.

Ketujuh Patung Pahlawan Revolusi berdiri berderet dalam setengah lingkaran dari barat ke timur yaitu Mayjen TNI Anumerta Soetojo Siswomihardjo, Mayjen TNI Anumerta D.I Panjaitan, Letjen TNI Anumerta R. Soeprapto, Jendral TNI Anumerta Ahmad Yani, Letjen TNI Anumerta M.T. Harjono, Letjen TNI Anumerta S. Parman, dan Kapten Czi Anumerta P.A. Tendean.

Di bawah patung tersebut terdapat sebuah relief yang menggambarkan peristiwa prolog, kejadian, dan penumpasan G 30 S/PKI oleh ABRI dan Rakyat.

Selain itu, di bawah relief juga terdapat tulisan "Waspada......Dan Mawas Diri Agar Peristiwa Sematjam Ini Tidak Terulang Lagi."

g. Museum Pengkhianatan PKI

Museum ini berisi diorama yang menceritakan sejarah pemberontakan PKI yang terjadi di wilayah Indonesia.

Sebelum masuk kedalam museum, pengunjung akan melihat sebuah peta relief yang menggambarkan lokasi Monumen pancasila Sakti sebelum 1 Oktober 1965.

Di dalam gedung terdapat tiga buah foto Mozaik.

Foto pertama adalah foto korban keganasan PKI di Madiun (1948), foto kedua adalah foto penggalian dan pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi (1965).

Sedangkan foto ketiga adalah foto sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) terhadap tokoh-tokoh G30S (1966-1967).

Di lantai pertama, terdapat Diorama pemberontakkan PKI di setiap daerah di Indonesia.

Mulai dari Peristiwa 3 daerah, peristiwa revolusi sosial di langkat, pengacauan surakarta, pemberontakkan PKI di madiun, musso (pimpinanan PKI) tertembak mati, pembunuhan massal di Tirtomoyo dan lain-lainnya.

Di lantai dua terdapat diorama pengadilan D.N Aidit (Ketua PKI ), kampanye budaya PKI, peristiwa kanigoro, lahirnya MKTBP (Metode Kombinasi Tiga Bentuk perjuangan) PKI, Pawai ofensif revolusioner PKI di Jakarta, penyerbuan gubernuran Jawa Timur, peristiwa kentungan yogyakarta dan lain-lainnya.

Selain diorama, pengunjung museum dapat melihat replika kunci martir yang digunakan PKI untuk membunuh Letnan Kolonel Soegijono dan Kolonel katamso dalam peristiwa di Desa Kentungan, Sten gun milik Brigjen D.I Panjaitan.

Selain itu, juga terdapat beberapa senjata rampasan G30S.

Kemudian, di ujung ruangan terdapat 2 mozaik foto pemberangkatan 7 Jenazah Pahlawan Revolusi dan pemakaman 7 Jenazah Pahlawan Revolusi di Taman Makam Pahlawan kalibata.

Baca juga: Daftar Hari Besar Bulan September 2021: Hari PMI, Hari Tani Nasional hingga Hari Peringatan G30S PKI

h. Museum Paseban

Museum ini sendiri diresmikan oleh Presiden Ke-2 RI, Bapak H.M. Soeharto tanggal 1 Oktober 1981 bertepatan dengan dwi windu Hari Kesaktian pancasila.

Kemudian, diadakan renovasi atas ide dari Presiden ke-6 RI, Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono yang bertepatan dengan Hari Kesaktian pancasila tahun 2007.

Presiden saat itu menunjuk Kapusjarah TNI, Brigjen TNI Agus Gunaedi Pribadi untuk merenovasi gedung paseban.

Setelah selesai di renovasi, gedung ini diresmikan secara simbolis oleh Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, SE pada tanggal 25 Agustus 2013.

Museum ini sendiri berisikan hal-hal yang berhubungan dengan G30S.

Pada lantai 2 terdapat Diorama tentang peristiwa G30S mulai dari Rapat persiapan pemberontakan, latihan sukarelawan PKI di Lubang Buaya, penculikan para Jendral, tertembaknya Inspektur polisi tingkat I.K.S Tubun, dan tertembaknya Ade Irma Suryani Nasution (putri dari Jendral A.H Nasution).

Terdapat juga diorama tentang dimasukkannya jenazah tujuh korban ke dalam sumur maut, pengamanan bandara Halim Perdanakusuma, pengangkatan jenazah dari sumur maut, dan upacara pemberangkatan jenazah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

i. Ruang Relik

Di dalam Museum Paseban terdapat Ruang Relik yang berisi berbagai macam barang-barang peninggalan para Pahlawan Revolusi terutama pakaian yang dikenakan pada saat mereka diculik.

Selain pakaian dan barang-barang pribadi juga terdapat hasil visum dari para korban, peluru yang ditemukan pada tubuh mereka, foto-foto pribadi dan foto jenazah setelah dikeluarkan dari Sumur Maut.

Di ruangan ini juga ada sepeda patroli milik Agen Polisi II Sukitman, Aqualung (tabung penyelam) yang digunakan oleh Kipam KKO TNI Angkatan Laut, dan Radio lapangan yang digunakan Mayjen Soeharto pada waktu memimpin penumpasan pemberontakkan G30S.

Terdapat juga pakaian serta benda-benda peninggalan milik Ade Irma Suryani Nasution, putri dari Jendral Nasution yang menjadi korban G30S.

Baca juga: Daftar Hari Besar September 2021: Ada Hari PMI dan Peringatan G30S, Tanpa Hari Libur Nasional

Monumen Pansacila Sakti merupakan monumen yang dibangun pada masa orde baru untuk memperingati peristiwa keji G30S.

Hingga kini, Monumen Pancasila Sakti menjadi Cagar Budaya Nasional yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor 475 tahun 1993 pada 29 Febuari 1993.

Keenam Jenderal dan satu kapten yang menjadi korban kemudian diberi gelar Pahlawan Revolusi.

Sejak peristiwa keji itu, Presiden Soeharto beserta jajarannya mengadakan upacara peringatan gugurnya Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya setiap tanggal 30 September.

Para Pahlawan Revolusi telah mempertaruhkan nyawa untuk membela negeri kita ini.

Jadi, sudah sepatutnya kita mengingat perjuangan mereka serta mengamalkan sikap dan sifat baik mereka untuk kemajuan bangsa serta negara.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait G30S

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved