Abdul Khak: Literasi Telah Menjadi Program Bersama, tapi Tidak Pernah Bersama-sama
Program literasi belum berdampak signifikan untuk peningkatan literasi dan hasil pembelajaran lainnya.
TRIBUNNEWS.COM, Bekasi - Program literasi belum berdampak signifikan untuk peningkatan literasi dan hasil pembelajaran lainnya.
Banyak pihak telah melaksanakan program literasi. Begitu juga literasi telah menjadi program bersama, tapi tidak pernah bersama-sama.
“Buku-buku bahan pengayaan literasi, di sekolah dan di masyarakat, sangat tidak cukup Isi buku bacaan literasi tidak selalu sesuai dengan yang diminati siswa, tidak sesuai dengan usia dan kematangan siswa (pembaca), tetapi lebih berisi materi yang diinginkan orang dewasa/penulis (adult perspectives not child perspectives),” papar Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Kemendikbud, Muh. Abdul Khak.
Abdul Khan mengatakan hal itu ketika membuka kegiatan Bimtek Peningkatan Kompetensi Tenaga Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Literasi yang berlangsung selama lima hari (22-26 Maret 2021) di Hotel Horison, Bekasi.
Adapun tujuan kegiatan ini agar peserta memiliki pengetahuan yang sama pada level awal atau pemula.
Selain dilaksanakan secara langsung di Hotel Horison, kegiatan yang diikuti sekitar 85 peserta ini juga dilakukan bersamaan dengan zoom dengan peserta dari berbagai daerah.
Mengutip hasil diskusi Mendikbud Nadiem Makarim dengan para pegiat literasi, Abdul Khak mengatakan, tidak ada ukuran dan kepastian tentang kompleksitas bacaan dilihat dari jumlah kata yang sebenarnya sudah dikuasai pembaca, struktur kalimat, dan model wacananya .
Diungkapkan Abdul Khak, tidak ada kesepahaman di antara komunitas sekolah dan pemerintah daerah tentang pembelajaran literasi, akibatnya praktik pendidikan literasi sangat beragam antarsekolah Catatan dari diskusi Mendikbud bersama para pakar dan praktisi literasi.
“Program literasi belum berdampak signifikan untuk peningkatan literasi dan hasil pembelajaran lainnya. Banyak pihak telah melaksanakan program literasi; literasi telah menjadi program bersama, tapi tidak pernah bersama-sama,” paparnya.
Selain itu lanjut Abdul Khak, buku-buku bahan pengayaan literasi, di sekolah dan di masyarakat, sangat tidak cukup/Isi buku bacaan literasi tidak selalu sesuai dengan yang diminati siswa, tidak sesuai dengan usia dan kematangan siswa (pembaca), tetapi lebih berisi materi yang diinginkan orang dewasa/penulis (adult perspectives not child perspectives).
Karena itu Abdul Khak mengajak para pegiat literasi dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk bersama-sama menyatukan langkah dan program sehingga kegiatan literasi berjalan sesuai dengan harapan kita bersama.
Sementara praktisi perbukuan nasional, Bambang Trim, mengatakan kompetensi guru yang tidak selalu memenuhi kualifikasi untuk mengajarkan pendidikan literasi. Di samping itu, fasilitas perpustakaan dan pustakawan yang tidak selalu memadai. Dan yang belum beranjak, minat baca siswa khususnya dan masyarakat umumnya masih tergolong rendah
Karena itu lanjut Bambang, bacaan literasi atau buku berbasis literasi adalah bacaan yang dapat membangkitkan minat seseorang untuk membacanya dan menimbulkan rasa senang. Pegiat literasi harus memahami bacaan-bacaan yang menimbulkan kesenangan pembaca kanak-kanak dan pembaca anak-anak.
“Pembaca kategori inilah yang berpotensi ‘menyelamatkan’ keliterasian kita,” kata Bambang Trims.
Sedangkan Dewi Nastiti Lestariningsih dari Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, memberikan informasi link buku yang sangat penting untuk kegiatan literasi yakni https://budi.kemdikbud.go.id/# dan juga link informasi model lisan untuk kegiatan litrasi yang sangat bemanfaat.