Senin, 6 Oktober 2025

Pemilu 2014

PPATK Didesak Telusuri Transaksi Investor 'Tanoesudibjo Prabowo Hatta'

PPATK didesak menelusuri transaksi keuangan mencurigakan di bursa saham yang sempat mengatasnamakan investor bernama 'Tanoesudibjo Prabowo Hatta'.

Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM/Bian Harnansa
Tim Pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Poempida Hidayatulah 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) didesak menelusuri transaksi keuangan mencurigakan di bursa saham yang sempat mengatasnamakan investor bernama 'Tanoesudibjo Prabowo Hatta'.

"PPATK harus proaktif untuk menelusuri asal-usul dan transaksi yang bisa jadi sangat bernilai politis tersebut. Jangan sampai transaksi itu sebagai awal penggelontoran dana untuk pemenangan pilpres," kata Anggota Tim Pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), Poempida Hidayatulloh, di Jakarta, Jumat (20/6).

"Jangan sampai ada dana-dana yang 'dicucikan' melalui pasar modal, namun sebenarnya dana haram yang digunakan secara tidak benar. Publik pun berhak curiga, apakah dana itu berasal dari mafia minyak yang diduga sedang menjalankan politik balas budi," katanya.

Dalam pernyataannya yang diterima Tribunnews.com, Poempida menanggapi data soal adanya transaksi investasi di Bursa yang tercatat sebagai "Tanoesudibjo Prabowo Hatta" sebesar Rp869,8 miliar untuk membeli saham empat perusahaan grup MNC baru-baru ini.

Grup MNC dimiliki oleh Pengusaha Hary Tanoesudibjo yang menjadi salah satu Tim Pemenangan Prabowo-Hatta.

Dari total dana itu, dana sebesar Rp712,7 miliar dibelikan 6,13 persen saham berkode BHIT di Bursa Efek Indonesia. Rp 113 Miliar dibelikan 1,38 persen saham berkode KPIG, Rp33 miliar untuk 0,11 persen saham BMTR, dan Rp 11,8 miliar untuk 0,03 persen saham MNCN.

Nama yang muncul di transaksi itu pas dengan nama pasangan calon presiden-calon wapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Yang lebih mencurigakan, lanjut Poempida, setelah transaksi berjalan 20 menit, secara mendadak dan seakan ada 'sim salabim' nama investor berubah menjadi 'Tanoesoedibjo Harry'.

Dan momentum transaksi itu bersamaan dengan Prabowo Subianto yang tidak melakukan kegiatan kampanye.

Tentu saja kesamaan nama investor di bursa dengan nama pasangan capres-cawapres nomor urut satu membuat Poempida menilai perlunya kewaspadaan. Apalagi hasil survei sering menempatkan Prabowo-Hatta berada jauh di bawah Jokowi-JK.

"Apakah ini sebagai strategi untuk mendapatkan dana politik?" kata Poempida.

Dia menilai Prabowo-Hatta dan Hary Tanoesudibjo harus memberikan penjelasan atas dugaan mendapatkan dana untuk kepentingan pilpres. Semua pihak wajib mengedepankan transparansi dalam penggunaan dana kampanye sesuai perintah UU.

Dia melanjutkan publik juga berhak untuk mengetahui ada apa dibalik transaksi itu, dan apa kaitannya dengan pilpres yang tinggal beberapa hari.

Dan yang pasti, negara tidak boleh dikendalikan oleh kekuatan uang di dalam menentukan pemimpin nasionalnya.

"Melihat apa yang terjadi dengan transaksi tersebut, terasa betul bedanya, bahwa Jokowi jauh lebih mandiri. Sebab rakyatlah sumber kekuatan Jokowi," ucap politisi Partai Golkar itu.

Hingga sejauh ini, rekening gotong royong rakyat untuk Jokowi-JK memang sudah mencapai nilai lebih dari Rp50 miliar, sejak dibuka di akhir Mei lalu.

Dikutip dari Kompas.com, pengusaha Sandiaga S Uno ikut angkat bicara perihal kegiatan jual beli saham grup perusahaan MNC oleh investor bernama "Tanoesoedibjo Prabowo-Hatta".

Sandiaga merupakan anggota dari tim sukses dari capres dan cawapres Prabowo-Hatta dalam bidang ekonomi.

Menurut Sandiaga, pembelian saham Grup MNC secara besar-besaran hingga Rp 869,81 miliar itu tidak benar. Sandiaga menegaskan, terdapat kesalahan informasi dalam kabar pembelian saham tersebut.

"Saya perlu klarifikasi mungkin murni kesalahan dari informasi. Kami klarifikasi tak ada pembelian tersebut," kata Sandiaga seusai acara Pemaparan Visi-Misi Ekonomi dan Pasar Modal Prabowo-Hatta, Jumat (20/6/2014).

Lebih lanjut, Sandiaga mengungkapkan, indikasi kesalahan tersebut bisa merupakan ulah para hacker yang menyerang sistem informasi saham Bloomberg.

"Mungkin di-hack, itu salah satu indikasi. Saya lagi mau minta klarifikasi dari Bloomberg machine. Keluarnya dari Bloomberg machine. Bukan dari Bloomberg TV, bukan dari Bloomberg Bussineweek," ujar Sandiaga.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved