Pemilu 2014
Rieke Diah Pitaloka: Pelaku Kampanye Hitam Tiru Pendukung Hitler
Rieke Diah Pitaloka, mengungkapkan berbagi bentuk propaganda dan teror adalah dua metode yang pernah digunakan Hitler dan pendukungnya.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi PDI Perjuangan Rieke Diah Pitaloka, mengungkapkan berbagi bentuk propaganda dan teror adalah dua metode yang pernah digunakan Hitler dan pendukungnya.
Kampanye hitam berbau SARA, menjadi senjata mempengaruhi psikologis massa. Hitler terpilih, kata Rieke, melalui Pemilu yang sah di Jerman. Berkat isi kampanye yang menebar kebencian, permusuhan dan perpecahan jadi metode ampuh menghabisi lawan politik.
"Berkembangnya kampanye hitam pada Pilpres kali ini, bagi saya merupakan kemunduran dalam sejarah demokrasi Indonesia. Berbagai selebaran yang menyudutkan Jokowi dan dibagikan di tempat-tempat publik, tidak bisa dianggap hal yang biasa. Itu tidak biasa, tidak boleh dianggap biasa dan wajar," kata Rieke, Sabtu (31/5/2014).
"Selain pembodohan terhadap publik, juga berbahaya bagi sistem berdemokrasi kita. Pihak-pihak yang menggunakan cara-cara seperti itu harus diusut tuntas, ditangkap dan diadili," tegasnya.
Rieke kemudian mengingatkan, dunia memiliki catatan kelam atas pembantaian terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh Nazi. Sebuah kekuasaan yang lahir dari metode kekerasan bernama propaganda dan teror, bahka di pra kekuasaaan ada di tangan mereka.
Kemenangan politik yang menggunakan cara-cara hitam, Rieke menegaskan, bertendensi melahirkan kekuasaan yang pekat, yang tanpa tedeng aling-aling membungkam suara kritis, melenyapkan hak azasi rakyatnya sendiri atas nama kekuasaan.
Indonesia juga pernah ada pada masa kegelapan itu, pada era Orde Baru. " Akankah kita membiarkan roda kekuasaan diputar ke arah kekuasaan model itu lagi?" tegasnya.
"Saya mengajak semua pihak untuk menunyuarakan lawan penyebar propaganda dan teror". Pemerintah SBY juga tak boleh tinggal diam, karena diamnya pemerintah berarti setuju dan jadi bagian dari cara-cara jahat berdemokrasi," katanya lagi.
"Kalau pemerintah diam, kita semua jangan diam, siapapun yang menemukan siapa saja menebar fitnah keji, kebencian, kampanye SARA dalam bentuk apapun, tangkap, ekspos ke media dan media sosial. Tidak ada artinya sebuah kekuasaan yang diawali dengan kekerasan, apalagi sampai memicu disintegrasi," pungkas Rieke.