Calon Presiden 2014
Konsultan Politik Tentukan Pemenangan Kandidat
Konsultan bisa memproduksi segala strategi dan nasehat pemenangan. Mereka pun bisa merancang strategi serangan udara.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilihan konsultan juga ikut menentukan kemenangan seorang kandidat dalam mengikuti sebuah kontestasi politik. Hal itu disampaikan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago.
Konsultan bisa memproduksi segala strategi dan nasehat pemenangan. Mereka pun bisa merancang strategi serangan udara. Andrinof pun mengaku heran, kenapa konsultan politik Fauzi Bowo justru dipakai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Padahal, katanya, jelas dulu mereka bekerja di pihak lawan.
Kabarnya, konsultan politik di balik strategi "Indonesia Hebat"-nya PDIP adalah Ipang Wahid, pemilik lembaga konsultan politik Fasscom. Lembaga konsultan politik milik Ipang dulu sempat menangani tim pemenangan Fauzi Bowo saat bertarung melawan Jokowi di pemilihan gubernur Jakarta kemarin.
Pemilihan konsultan politik bekas lawan politik, dianggapnya sebuah blunder. "Itu salah satu kesalahan. Konsultan yang dia pakai kenapa yang dulu menjadi musuh dalam Pilgub DKI, aneh," kata Andrinof di Jakarta, Minggu (13/4/2014).
Jejak rekam konsultan, kata Andrinof, mesti diperhatikan. Jangan karena merasa ada kedekatan, langsung asal pakai. Kecermatan memilih konsultan politik sangat penting, tidak asal comot. Karena konsultan politik juga menentukan kemenangan.
Untuk itu, ia menyarankan mesti ditelisik dulu, prestasi, kualitas serta loyalitas konsultan yang akan dipakai.
"Apakah, selama ini prestasinya memang terbukti. Misalnya ketika menangani seorang kandidat atau partai, dia selalu menang. Jika klien yang selama ini ia tangani selalu kalah, sebaiknya ditimang-secara matang sebelum diputuskan untuk digandeng," tegasnya.
Yang dihadapi sekarang, Andrinof mengingatkan, adalah pemilihan presiden. Bukan pemilihan RT. "Konsultan juga menentukan. Tergantung kualitas dan kredibilitas konsultannya. Maka teliti dulu," katanya.
Andrinof juga menyorot tentang Jokowi effect. Menurut dia, efek Jokowi tidak jalan karena disebabkan dua hal. Pertama, tak terasa efeknya karena diredam secara kompak oleh elite-elite partai yang punya stasiun televisi. Kedua, karena pihak internal PDI-P sendiri tidak memanfaatkan potensi Jokowi effect secara optimal.
Salah satu tanda tidak memanfaatkan potensi itu adalah dari iklan yang muncul. Selain secara kualitas iklan itu juga biasa-biasa saja. "Sosok yg ditampilkan bukan sosok Jokowi. Sementara, di televisi selama masa kampanye munculkan Jokowi jelas seperti diblock," pungkasnya.