Pemilu 2014
Survei LKR: Mayoritas Pilih Harga Rp 150 hingga Rp 200 Ribu Satu Suara
Penganut paham money politics di Bolaang Mongondow (Bolmong) Raya paling besar dibandingkan lima daerah pemilihan lainnya di Sulawesi Utara.
Laporan Wartawan Tribun Manado, Edi Sukasah
TRIBUNNEWS.COM, KOTAMOBAGU - Penganut paham money politics di Bolaang Mongondow (Bolmong) Raya paling besar dibandingkan lima daerah pemilihan (Dapil) lainnya di Sulawesi Utara (Sulut). Sebanyak 23,8 persen pemilih yang menganggap politik uang adalah hal wajar berada di Dapil IV ini.
Namun paham politik uang ini tak hanya terjadi di daerah Bolmong Raya saja. Hasil survei Lintas Komunitas Research (LKR), hal tersebut terjadi juga di lima dapil lainya. Berikut persentasenya, Dapil I 15 persen, Dapil II 19,8 persen, Dapil III 7,5 persen, Dapil IV 23,8 persen, Dapil V 15,4 persen dan Dapil VI 18,5 persen.
Dapil Satu meliputi wilayah Manado. Dapil Dua meliputi Minahasa Utara (Minut) dan Bitung. Dapil Tiga merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari Sitaro, Sangihe dan Talaud. Sedangkan Minahasa Selatan (Minsel) dan Minahasa Tenggara (Mitra) masuk Dapil Lima. Terakhir, Dapil Enam meliputi Minahasa dan Tomohon.
"Sebanyak 33,6 persen responden menganggap pemberian dari caleg itu adalah hal wajar. Namun 74,1 persen dari jumlah tersebut akan menerima pemberian tapi tetap akan memilih berdasarkan hati nurani," ujar Direktur LKR Mohammad Jabir, Kamis (3/4/2014).
Dia menambahkan, sebanyak 21,1 persen dari penganut paham money politics ini akan menerima dan memilih caleg yang memberikan pemberian tersebut. Sisanya, yakni 4,8 persen akan memilih calon yang memberikan jumlah yang lebih banyak.
LKR juga 'memotret' nominal yang diinginkan oleh golongan pencari uang tunai (Golput) ini. Sebanyak 30,8 persen ternyata memilih kisaran Rp 50 hingga Rp 100 ribu. Di posisi kedua adalah warga menginginkan uang di atas Rp 250 ribu sebanyak 24,7 persen. Kemudian berturut-turut Rp 100 hingga 150 ribu (16,7 persen), Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu (16,3 persen), Rp 200 hingga Rp 250 ribu (6,2 persen) dan Rp 150 sampai Rp 200 ribu (5,3 persen).
Bagaimana dengan pemilih di Bolmong Raya? Hasil survei LKR, penganut 'Golput' di daerah hampir setengahnya menghargai satu suara di kisaran Rp 50 hingga Rp 150 ribu. Namun ada juga yang meginginkan di atas Rp 250 ribu. Persentasenya capai 25,9 persen. Sementara sisanya mengharapkan Rp 20 hingga Rp 50 ribu (11,1 persen) dan Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu (7,4 persen).
Jabir mengatakan survey tersebut dilaksanakan pada tanggal 12 hingga 20 Februari lalu. Namun dia tak menyebutkan berapa banyak responden pada survei saat itu.
"Jumlah responden hanya jadi perdebatan bagi yang tidak menerima dan memahami survei. Saya memilih menyampaikan margin of error. Jaminan toleransi kesalahan ada pada margin of error," kata Jabir.
Dia mengatakan, toleransi kesalahan kurang lebih 3,7 pada tingkat kepercayaan 95 persen pada survei tersebut. Namun dia menambahkan, "Jika survei tersebut dilakukan sekarang, hasilnya bisa saja berubah. Ada beberapa variabel yang mempengaruhinya."
Sejumlah warga Kotamobagu yang sempat diwawancarai umumnya menyatakan politik uang lumrah terjadi. Sebagian dari mereka juga menyatakan sudah menentukan pilihan dan tidak akan berubah kendati tetap akan menerima pemberian dari para caleg. Namun ada juga yang belum mempunyai pilihan.
"Sampai sekarang, saya belum menentukan siapa yang akan dipilih nanti. Kalau ada yang memberi uang, saya pikir-pikir dulu itu," kata Sukadi Muhammad, sopir bentor yang mengaku asal Kelurahan Matali.