Selasa, 30 September 2025

Konvensi Demokrat

Ali Masykur Musa: Pertumbuhan Ekonomi Masih Berpusat di Jawa

Pertumbuhan ekonomi masih memusat di Jawa dan Sumatera yang menguasai total 82 persen PDB Indonesia sebesar Rp 9.084 triliun pada 2013

Tribun Timur/Alim Ocha/Alim Ocha
CAPRES DEMOKRAT - Peserta Konvensi Capres Partai Demokrat, Ali Masykur Musa bertandang ke redaksi Tribun Timur Jl Cenderawasih, Makassar, Selasa (4/3). Ali Masykur dan peserta konvensi lainnya rencananya akan mengikuti debat konvensi yang akan diikuti 11 peserta konvensi di Hotel Clarion, Makassar, Rabu (5/3). 

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Pertumbuhan ekonomi yang dinikmati dalam satu dekade terakhir telah menempatkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar ke-16 di dunia dengan PDB mencapai Rp 9.084 triliun pada 2013.

Namun, sayangnya, pertumbuhan ekonomi masih memusat di Jawa dan Sumatera yang menguasai total 82 persen PDB Indonesia. Artinya, kue ekonomi membesar, tetapi tidak dinikmati secara merata.

Hal ini menjadi keprihatinan Calon Presiden Konvensi Partai Demokrat Ali Masykur Musa, dalam lawatan ke Makassar dalam rangka Debat Bernegara Konvensi Partai Demokrat putaran ke-8 di Makassar, Rabu (5/3/2014).

Ali menegaskan, selama ini Indonesia belum menjelma sebagai kekuatan ekonomi raksasa karena postur geografi Nusantara yang terdiri dari pulau-pulau belum sepenuhnya berhasil dijembatani dengan ketersediaan infrastruktur penghubung yang andal.

"Pembangunan masih memusat di Kawasan Indonesia Barat (KIB). Kue lebih banyak dinikmati Jawa dan Sumatera. Infrastruktur demikian juga. Subsidi BBM, 81 persen, juga dinikmati oleh masyarakat Jawa-Bali dan Sumatera, padahal produksi migas sekarang ini disumbang lebih besar oleh daerah lepas pantai dan laut dalam Kawasan Indonesia Timur (KIT). Produsen gas KIT, tetapi konsumennya KIB. Ini kurang adil, karena itu Indonesia Timur harus diperhatikan untuk memperkokoh NKRI. Sulawesi Selatan harus dijadikan gerbang ekonomi Indonesia Timur untuk memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kawasan," tegas Ketua Ikatan Sarjana NU ini.

Lebih lanjut, Ali menyatakan dukungan penuh percepatan pembangunan jalur Trans-Sulawesi untuk memperkuat keterhubungan antarprovinsi.

"Jika Sulawesi yang dilihat Sulawesi Selatan, pembangunan cukup progresif. Tetapi jika kita tengok Sulbar, Sultra, dan Gorontalo, kondisinya belum menjanjikan. Karena itu, Sulawesi Selatan harus mampu menghasilkan snowball effect pembangunan ekonomi di kawasan," harapnya.

Dalam rancangan MP3EI, Koridor Ekonomi Sulawesi ditetapkan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, migas dan pertambangan nasional. Ali yang juga menjabat Anggota BPK RI ini menyatakan bahwa disain ini tidak boleh dirancang sekadar untuk membesarkan kue dengan menciptakan jalan tol (debottlenecking) terhadap masuknya investasi tanpa peduli siapa pelaku utamanya.

Disain ini harus mampu membangun jembatan-jembatan penghubung antarorang, antarkelompok, antarkawasan, dan antarsektor sehingga semua orang dan semua sektor terlibat sebagai pelaku dan penikmat. Sektor tradable dan nontradable harus tumbuh seiring.

Sektor pertanian dan perkebunan bergandengan dengan sektor industri dalam rantai hulu hilir. Sektor pertambangan menopang sektor industri dan pertanian. Sektor maritim dan kelautan dibangun sama penting dengan pembangunan daratan.

Kawasan barat terhubung dengan kawasan timur, kota dengan desa, dst. Sektor perbankan, sebagai pendukung pendanaan, harus benar-benar menjalankan fungsi kelembagaan intermediasi, bukan hanya mendanai industri-industri besar, tetapi berkomitmen penuh membiayai sektor usaha kecil dan menengah (UMKM).

"Jika ini dijalankan, KIT berdiri sama tinggi dengan KIB. Inilah cita-cita para founding fathers menyatukan NKRI," pungkas Capres yang mengusung slogan Indonesia Adil, Makmur, ber-Martabat ini.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved