Anak Perlu Tahu, Pentingnya Ajarkan Soal Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan
Bicara soal kesehatan seksual dan reproduksi perempuan masih sering dianggap tabu. Ini pentingnya pengetahuan soal kesehatan seksual pada anak.
Parapuan.co - Bicara soal kesehatan seksual dan reproduksi perempuan terkadang masih sering dianggap tabu.
Terlebih jika membicarakan hal terkait kesehatan seksual dan reproduksi dengan anak-anak.
Padahal sama seperti orang dewasa, anak juga perlu tahu akan kesehatan seksual dan reproduksi perempuan.
Pengetahuan soal kesehatan seksual dan reproduksi perempuan penting untuk diajarkan sejak dini.
Padahal seharusnya anak mendapatkan pengetahuan soal ini dari orang tuanya.
Baca Juga: Demi Kesehatan Seksual, Begini Cara Mengobati dan Mencegah Klamidia
Dengan tahu soal kesehatan seksual dan reproduksi perempuan bisa mencegah anak terhindar dari infeksi menular seksual, termasuk juga HIV/AIDS.
Tak hanya jadi tanggung jawab orang tua, pendidikan soal kesehatan seksual dan reproduksi juga bisa diberikan dari sekolah.
Tak ada kata terlalu dini untuk membahas seks dan kesehatan reproduksi.
Anak-anak secara alami punya ketertarikan pada tubuhnya dan orang lain.
Karenanya, dengan menjawab pertanyaan mereka, kamumembantunya memahami tubuhnya, perasaannya, dan perasaan orang lain.
Ini adalah kebiasaan baik untuk menjalin komunikasi terbuka pada anak, termasuk membantunya menghadapi masa pubertas.
Berdasarkan hasil riset dari DKT Indonesia, pendidikan seksual dan reproduksi penting untuk didiskusikan oleh orang tua kepada remaja dengan pendekatan secara informal.
Namun, para remaja merasa tidak nyaman untuk membicarakannya kepada orang tua dan sebaliknya, orang tua pun mungkin merasa tidak tahu pendekatan yang tepat untuk memulai membicarakannya.
Hal ini menyebabkan para remaja sangat rentan terhadap informasi yang kurang tepat mengenai masalah seksual reproduksi ataupun terjebak dalam pertanyaan maupun mitos yang tidak benar.
Dikutip dari Kompas.com, dalam hal kesehatan seksual dan reproduksi, ada beberapa hal yang sebaiknya diketahui anak:
- Ajarkan anak bagian tubuh mana yang privat dan tidak boleh diperlihatkan atau disentuh orang lain, selain ibu dan dokter dengan pendampingan ibu.
- Anak perlu tahu tentang pubertas sebelum mereka memasuki periode ini agar mereka tidak kaget dan takut dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
- Anak perempuan sebaiknya tahu kapan menstruasi dimulai, yaitu sekitar usia 10 tahun, dan anak laki-laki tahu perubahan yang terjadi di usia pubertas dimulai di usia 12 tahun.
Baca Juga: Sambut Hari Anak Nasional dengan 4 Cara Kreatif Ini, Bisa Dilakukan di Rumah
- Bila anak yang mulai pra remaja tidak ada tanda-tanda ingin bertanya, gunakan situasi sehari-sehari sebagai pemancing diskusi. Misalnya, tentang acara di televisi atau saat melihat iklan pembalut. Katakan pada anak bahwa mereka akan tumbuh besar dan mengalami perubahan yang dialami setiap orang.
- Bila anak bertanya tentang dari mana bayi berasal, jelaskan dengan jujur dan sederhana sesuai tingkat usia anak. Misalnya, bayi tumbuh di perut ibu dan saat mereka sudah siap mereka akan lahir. Jawaban ini kemungkinan cukup untuk anak usia prasekolah.
Mengutip Kompas.com, dr. Sandeep Nanwani MMSc dari United Nations Population Fund (UNFPA), dalam diskusi daring Webinar 1: Let's Talk About Sex dalam rangkain series #HarusDibahas oleh Reprodukasi, Jumat (20/11/2020), mengatakan, bahwa sebenarnya, banyak pemahaman yang keliru tentang pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi, dan harusnya dipahami oleh semua orang tidak hanya kalangan medis saja.
Berdasarkan catatan BKKBN (2014) dan Survei Demografis dan Kesehatan (DHS Program -2017), 94 persen pria tidak tahu ke mana harus mencari informasi atau diskusi mengenai Kespro (kesehatan seksual dan reproduksi).
Baca Juga: Apa Itu Klamidia, Gangguan pada Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan
Berikutnya data terkait kesehatan seksual reproduksi menunjukkan 14,87 persen dilaporkan kebutuhan untuk mendapatkan kontrasepsi tidak terpenuhi, 12 persen kelahiran tidak diinginkan atau tidak pada waktunya, dan bahkan 53 persen masyarakat tidak mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS di bangku sekolah menengah.
Umumnya ada banyak hal yang menjadikan pembelajaran atau pemberian materi tentang Kespro ini dianggap menjadi hal yang tabu atau tidak layak diperbincangkan.
Masalah utama yang mendasari banyaknya polemik persepsi tentang Kespro ini adalah penyalahgunaan materi seksual dan reproduksi yang berujung pada seks bebas oleh remaja dan pemuda.
Namun, sebenarnya pemuda dan remaja memiliki peran yang sangat krusial dalam meluruskan pemahaman-pemahaman yang keliru seperti ini.
Peran pemuda dan remaja untuk menyuarakan betapa pentingnya edukasi atau pendidikan kesehatan reproduksi ini bisa dilakukan dengan banyak hal.
Bahkan, seperti dikutip dari Kompas.com, studi terbaru mengungkapkan pentingnya memenuhi layanan kesehatan seksual dan reproduksi perempuan dan anak perempuan selama masa pandemi Covid-19 dan setelahnya.
Dalam studi bernama "Adding It Up", Guttmacher Institute mendokumentasikan kebutuhan kesehatan seksual dan reproduksi dari 1,6 miliar perempuan berusia reproduktif (15-49) di 132 negara pada tahun 2019.
Mereka menemukan bahwa sebanyak 218 juta perempuan memiliki kebutuhan akan kontrasepsi modern yang tidak terpenuhi.
Selain itu, terjadi 111 juta kehamilan tak diinginkan (KTD) setiap tahunnya di negara-negara berpendapatan rendah hingga menengah.
Lebih buruknya, ada jutaan perempuan yang tidak mendapatkan layanan kehamilan dan pasca melahirkan yang memadai, dengan 16 juta di antaranya tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya untuk komplikasi obstetri serius.
Lebih dari 35 juta perempuan juga didapati pernah menjalani aborsi yang tidak aman.
Sedangkan 133 juta perempuan tidak mendapatkan perawatan untuk penyakit seksual menular yang mereka alami.
Padahal, jika seluruh kebutuhan layanan kesehatan seksual dan reproduksi ini dapat terpenuhi; maka kehamilan tak diinginkan (KTD), aborsi tidak aman dan angka kematian ibu (AKI) akan berkurang hingga dua per tiga.
Baca Juga: Susahnya Berburu Plasma Konvalesen, Ini Kisah Para Pencari Donor
Guttmacher Institute memaparkan:
1. Jika seluruh perempuan di negara berpendapatan rendah hingga menengah bisa menggunakan kontrasepsi modern dan mendapatkan layanan kesehatan yang memenuhi standar internasional; maka akan terjadi pengurangan KTD hingga 76 juta, pengurangan aborsi tidak aman hingga 26 juta dan pengurangan AKI hingga 186.000.
2. Pemenuhan kebutuhan layanan bagi ibu dan bayi baru lahir akan mengurangi angka kematian bayi hingga 1,7 juta setiap tahunnya.
3. Jika seluruh wanita di negara berpendapat rendah hingga menengah bisa mendapatkan perawatan penyakit seksual menular yang efektif dan tepat, maka 3,5 juta kasus infertilitas yang disebabkan oleh kencing nanah atau gonore dan klamidia setiap tahunnya akan bisa dihindari.
(*)