Kamis, 2 Oktober 2025

Gempa Berpusat di Cianjur

Deretan Kisah Pilu Gempa Cianjur: Pengungsi Tidur dengan 11 Jenazah hingga Drama Evakuasi Guru TK

Deretan kisah pilu akibat gempa di Cianjur pada Senin (21/11/2022) lalu menyisakan kisah pilu yang dialami oleh korban. Berikut ceritanya.

Tribunnews/Rahmat W Nugraha
Adah Rosidah bersama Shakila Hafsah, bayinya yang selamat dari reruntuhan gempa Cianjur yang terjadi Senin (21/11/2022) lalu. Deretan kisah pilu akibat gempa di Cianjur pada Senin (21/11/2022) lalu menyisakan kisah pilu yang dialami oleh korban. Berikut ceritanya. 

TRIBUNNEWS.COM - Gempa yang mengguncan Cianjur pada Senin (21/11/2022) menyisakan kisah pilu yang dialami oleh korban.

Di antaranya adalah saat para pengungsi di Desa Cibulakan harus tidur bersama dengan belasan jenazah korban meninggal dunia korban Cianjur.

Hal tersebut harus dirasakan para pengungsi karena akses jalan ke lokasi pengungsian tertutup longsoran akibat gempa.

Awal terpaksanya pengungsi harus tidur dengan belasan jenazah tersebut karena kebingungan warga mengurusnya.

Kisah lain yang tak kalah pilunya adalah drama evakuasi terhadap tujuh guru TK dari sekolah Islam Al-Azhar 18 Cianjur dengan seorang anak yang tertimbun longsor di Jalan Raya Cipanas-Puncak, Kecamatan Cugenang.

Bahkan ada korban bernama Yayah, guru di TK Islam Al-Azhar yang ditemukan Tim SAR tengah mendekap anaknya.

Baca juga: Pesan Mulia Sopir Ambulans di Gempa Bumi Cianjur: Anggap Korban yang Ditangani adalah Keluarga

Para korban ini disebut telah tertimbun longsor sejak Senin (21/11/2022).

Selain itu, adapula kisah bayi yang tertimbun reruntuhan rumah akibat gempa masih selamat saat diangkat oleh kedua orangtuanya.

Selengkapnya, berikut deretan kisah pilu yang terjadi usai gempa berskala 5,6 M mengguncang Cianjur pada Senin lalu.

Pengungsi Tidur dengan 11 Jenazah

Pengungsi Tidur dengan Jenazah
Tangkap layar video jenazah di tenda pengungsian. Para pengungsi di RT 4 RW 2 Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terpaksa tidur bersama 11 jenazah korban gempa di tenda pengungsian.(Ist)

Kisah pilu pertama yang dialami warga terdampak gempa di Cianjur adalah ketika para pengungsi di Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang harus tidur dengan 11 jenazah di tenda pengungsian.

Dikutip dari Tribun Jabar, alasan para pengungsi terpaksa tidur dengan jenazah lantaran lokasi mereka terisolir sehingga mobil ambulans tidak bisa membawa jenazah ke rumah sakit.

Selain akses yang sulit, salah seorang pengungsi, Rosidah menceritakan tenda pengungsi yang dibuat secara swadaya itu terpaksa harus menjadi tempat jenazah karena warga bingung mengurusnya.

Rosidah mengatakan sebenarnya jenazah berada di tenda pengungsian hanya untuk sementara.

Baca juga: Suami Istri Ini Lolos dari Maut saat Gempa Cianjur Hancurkan Rumah Mereka: Satu Jam Kami Tertimbun

Namun karena akses jalan yang sulit maka mobil jenazah tidak dapat masuk ke lokasi pengungsian tersebut.

Singkat cerita, Rosidah mengatakan belasan jenazah itu akhirnya dikuburkan setelah diputuskan oleh para pengungsi.

Mirisnya, belasan jenazah itu dimandikan menggunakan air dari parit yang digunakan untuk irigasi.

Hal tersebut lantaran air bersih dari PDAM dan listrik di lokasi mati.

"Karena kalau tidak dikubur bagaimana, kasihan anak-anak trauma melihatnya. Menunggu bantuan tidak tahu kapan tiba," ujarnya.

Sehari berselang yaitu Selasa (22/11/2022), Rosidah mengatakan bantuan baru datang dari relawan dan komunitas.

Bayi Selamat dari Reruntuhan, Mata Sempat Tertutup Debu

Rahmat bercerita saat kejadian Senin (21/11/2022) 13.20 WIB dirinya tengah berada di luar rumah bersama anak pertama dan istri tercinta Adah Rosidah.
Rahmat bercerita saat kejadian Senin (21/11/2022) 13.20 WIB dirinya tengah berada di luar rumah bersama anak pertama dan istri tercinta Adah Rosidah. (Tribunnews.com/Rahmat)

Keajaiban menyambangi seorang bayi bernama Shakila Hafsah yang selamat meski tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa.

Ibu dari bayi tersebut, Adah Rosidah (36) berucap syukur atas mukjizat yang dialami anaknya.

Salah satu warga Kampung Pasir Sapi, Cianjur itu bercerita saat gempa terjadi, ia bersama suami dan anak pertamanya berada di rumah.

"Saya lagi bersih di depan rumah, sedangkan ayahnya bikin galian buat buang sampah," ujar Adah. masih dikutip dari Tribun Jabar.

Sementara Shakila tengah tertidur di kamar.

Di saat yang bersamaan, Adah merasa tidak tenang sebelum gempa terjadi.

"Jadi saya kadang nengok di luar jendela aman enggak. Balik lagi ke depan nyapu. Nggak tenang sih, saya bolak-balik terus," ceritanya.

Baca juga: Rombongan Hafiz Cilik Menjadi Korban Gempa Cianjur Tertimpa Longsor, 2 Siswa dan 1 Guru Meninggal

Saat gempa terjadi, Adah langsung menuju ke anak pertamanya dan memeluknya.

Namun tidak sempat untuk menyelamatkan Shakila yang tengah tertidur di dalam kamar.

Usai gempa mereda, Adah pun bergegas berteriak memanggil Shakila dan meninggalkan anaknya yang lain di depan rumah.

"Pas udah mendingan keadaannya langsung saya teriak Syakila. Si bapak [suaminya] langsung lari. Pas udah sampai di kamar dedek bayi, si bapak teriak astaghfirullahaladzim. Saya yang dengar, langsung ninggalin dua anak anak yang di depan," tuturnya.

Sesampainya di kamar Shakila, Adah melihat suaminya tengah menangis dn langsung bergegas mengangkat reruntuhan tembok yang menimpa Shakila.

"Pak, jangan dulu diangkat, pelan-pelan. Takutnya kalau langsung diangkat bagaimana kaki sama tangannya," katanya.

Saat berhasil diangkat, seluruh tubuh Shakila tertutup debu dan membuat matanya terkatup.

Pada saat itu, Adah mengaku pasrah.

Namun saat dibersihkan, mukjizat pun terjadi ketika Shakila membuka matanya dan selamat.

"Dedek bayinya nggak terbuka matan ya. Pas debu dibersihin, matanya baru kebuka. Bersyukur banget, si dedek selamat," tuturnya.

Drama Evakuasi 7 Guru TK yang Tertimbun Longsor akibat Gempa, Ada Jenazah yang Dekap Anaknya

Proses Evakuasi Korban Longsor Gempa Cianjur di Desa Cijedil Dihentikan Sementara Akibat Hujan Deras.
Proses Evakuasi Korban Longsor Gempa Cianjur di Desa Cijedil Dihentikan Sementara Akibat Hujan Deras. (Fahmi Ramadhan)

Kisah pilu lain yang terjadi adalah ketika evakuasi oleh Tim SAR terhadap tujuh guru TK Islam Al-Azhar 18 Cianjur dan seorang anak yang tertimbun di Jalan Raya Cipanas-Puncak, Kecamatan Cugenang pada Jumat (25/11/2022).

Tim SAR pun telah berhasil menemukan kedelapan korban tersebut tetapi dalam keadaan meninggal dunia.

Dari kedelapan korban meninggal itu, Tim SAR baru berhasil mengevakuasi empat korban.

Adapun kedelapan korban tersebut sudah tertimbun longsor sejak Senin (21/11/2022) atau selama lima hari setelah ditemukan Tim SAR.

Saat proses evakuasi, salah satu guru TK Islam Al-Azhar, Hadi Kusmayadi mengaku menyaksikan keempat jenazah yang ditemukan ada yang berdekatan dan posisinya terlempak ke sungai.

"Posisi sudah kelempar dari mobil. Posisinya berdekatan dengan sungai, ada pohon yang rubuh. Di situ titik mereka ditemukan," katanya.

Baca juga: Dalam Satu Hari, Tim SAR Evakuasi 10 Jasad Korban Longsor di Cianjur, 6 di Antaranya Terjepit Mobil

Sementara ada salah satu jenazah yang juga berprofesi sebagai guru bernama Yayah tengah mendekap anaknya.

"Yang pertama ditemukan adalah Bu Yayah sama anaknya lagi mendekap. Yang kedua Bu Tati, ketiga Pak Handika dari bendahara TK Al Azhar, kemudian ibu kami Kepala Sekolah TK Al Azhar 18 Cianjur," terang Hadi.

Sementara itu, untuk sisa jasad guru-guru lainnya sudah berhasil ditemukan dan hanya tinggal menunggu untuk proses evakuasi.

"Yang lain berarti sisa 4 orang. Sudah ditemukan tinggal menunggu diangkat. Untuk bangkai mobilnya masih belum ditemukan," lanjut Hadi

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Jabar/Ravianto)

Artikel lain terkait Gempa di Cianjur

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved