Selasa, 30 September 2025

Sebelum Tutup Usia, Daniel Dhakidae Ungkap Keinginannya Terbitkan Majalah Prisma Edisi 50 Tahun

Cendikiawan Daniel Dhakidae memiliki keinginan untuk menerbitkan majalah Prisma edisi 50 tahun, sebelum dia wafat pada 6 April 2021 lalu.

Editor: Adi Suhendi
Kompas.com/Wisnu Widiantoro
Daniel Dhakidae 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cendikiawan Daniel Dhakidae memiliki keinginan untuk menerbitkan majalah Prisma edisi 50 tahun, sebelum dia wafat pada 6 April 2021 lalu.

Hal itu diungkapkan Daniel Dhakidae kepada Ketua Dewan Pengurus Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Didik J Rachbini, beberapa hari sebelum cendekiawan yang banyak berkiprah di bidang sosial dan politik itu tutup usia.

Daniel Dhakidae adalah cendekiawan yang banyak berkiprah di bidang sosial dan politik.

Kiprahnya terlihat saat aktif dalam redaksi majalah Prisma, Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), serta divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kompas.

Daniel meninggal dunia akibat serangan jantung.

Baca juga: Ketua Dewan Pengurus LP3ES : Pemikiran Daniel Dhakidae Sangat Ekstrem untuk Dunia Ekonomi

Ia berpulang pada Selasa (6/4/2021) pagi di Rumah Sakit MMC Kuningan, Jakarta.

“Tiga hari sebelumnya (meninggal), dia komunikasi dengan saya tetapi tidak bisa telepon karena suaranya serak dan dia ingin menyampaikan, ingin membuat Prisma edisi 50 tahun. Dia katakan kata-katanya harus out of the box dan harus besar,” kata Didik J Rachbini dalam Webinar Cendikiawan dan Kekuasaan: Mengenang Pemikiran Daniel Dhakidae, di Channel Youtube LP3ES Jakarta, Minggu (11/4/2021).

Didik mengisahkan, saat itu Daniel berencana merealisasikan terbitnya Prisma edisi emas 50 Tahun hanya dalam waktu enam bulan.

“Rencanakan setengah tahun ya dari bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus. Itu empat, lima bulan cukup dia bilangnya,” katanya.

Baca juga: LP3ES: Indonesia Berada Dalam Proses Kemunduran Demokrasi Sejak 2016

Namun, Didik tidak mengetahui persis apakah Daniel Dhakidae sudah memiliki atau belum tulisan-tulisan untuk mengisi Prisma edisi 50 tahun.

“Saya tidak tahu apakah Prisma edisi 50 tahun sudah ada di tangannya, sudah ditulis, seperti apa? Saya tidak tahu,” ucapnya.

“Yang saya baca Daniel ini semangatnya tidak pernah padam,” tegasnya.

“Sebelum itu, dia punya proyek besar yang sedang dikerjakan yaitu menjadikan Prisma menjadi dokumen-dokumen software yang bisa diakses tanpa harus datang ke sana. Karena Prisma edisi pertama tahun 1971 hingga sekarang tahun 2021 itu pemikiran ahli-ahli ilmu sosial, ahli ilmu politik ada di situ dan itu sedikit banyak bahkan bisa menjadi refleksi keilmuan di Indonesia,” jelasnya.

Lebih jauh ia menilai pemikiran Daniel Dhakidae sangat kritis dan ekstrem.

Saking ekstremnya, cara pandang Daniel Dhakidae itu mampu menerjang cendekiawan dan kekuasaan.

"Pemikiran yang kritis bahkan ekstrem dari seorang Daniel Dhakidae mampu menembus batas kekuasaan. Beliau juga praktisi ekonomi yang berkontribusi banyak untuk Indonesia," jelasnya.

Selain itu, Didik melihat dalam beberapa tulisan Daniel terutama terkait nasionalisme ekstrem dan kekuasaan yang terpusat mempunyai diksi yang tajam namun mengena penguasa kala itu.

Daniel berani dan lantang menyuarakan semua itu demi perbaikan carut marut ekonomi saat orde baru.

“Bagaimana mengangkat pemikiran Daniel yang judul-judulnya menerjang cendikiawan dan kekuasaan. Terlebih ia sangat vokal menyuarakan ketimpangan ekonomi yang tak tersiarkan oleh penguasa,” kata Didik.

Baca juga: Cara Mengatasi Keputihan yang Tidak Normal, Konsultasikan ke Dokter dan Segera Ketahui Penyebabnya

Didik menilai setiap tulisan Daniel Dhakidae dalam bukunya berjudul "Cendekiawan dan Kekuasaan" merupakan rekfleksi atau gambaran yang pas untuk mewakili keadaan saat itu.

Secara khusus tentang hubungan cendekiawan dan kekuasaan sebagai relasi yang kompleks baik ditinjau dari politik dan ekonomi.

“Saya melihat dari analisis Daniel, kalau dalam ekonomi itu ada the market, yang diibaratkan supply dan demand. Lalu ada eskpor dan impor, menghasilan modal dan capital dan membuat sistem ekonomi besar. Itu intinya adalah theory of contract, theory of exchange,” ujar Didik.

Mengacu pada pemikiran Daniel, Didik menganggap apa yang dilakukan mantan redaktur pelaksana Majalah Prisma itu merupakan implementasi teori ekonomi politik.

“Diambil dari pemikiran beliau, dalam demokrasi pemikirannya menyerap the market itu sebenarnya untuk teori-teori ekonomi politik yaitu the political market. Ia mengibaratkan sebuah pertukaran antara voters yaitu rakyat dan calon pemimpin, partai-partai. Secara perspektif ekonomi, tulisan Daniel banyak menyentuh permasalahan ekonomi yang erat dipengaruhi tekanan politik penguasa,” kata Didik.

Dalam bukunya itu, menurut Didik, Daniel sangat keras melihat ketidaksinkronan tersebut.

Bahkan Daniel menyebut rezim Presiden Kedua sebagai neofasis.

“Itu yang dicap dalam buku Cendikiawan dan Kekuasaan. Dalam pandangan saya, ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) adalah bagian dari perlengkapan sistem kekuasaan itu. Golkar itu adalah bagian perlengkapan dari sistem kekuasaan yang neofasis menurut dia,” ucap Didik.

Vita Brevis Dignitas Longa

Sosok Daniel Dhakidae (75) yang telah berpulang pada Selasa (6/4/2021), kini terus dikenang para koleganya.

Sebagian kolega itu kerap mengingat kembali kenangan saat masih bersama Daniel pada berbagai kesempatan.

“Kita mengenang tokoh yang namanya identik dengan LP3ES dan majalah Prisma yang diasuhnya puluhan tahun,” ujar Direktur Pusat Studi Meia dan Demokrasi LP3ES, Wijayanto membuka Webinar Cendikiawan dan Kekuasaan: Mengenang Pemikiran Daniel Dhakidae, di Channel Youtube LP3ES Jakarta, Minggu (11/4/2021).

Wija, demikian sapaannya, mengenang satu ungkapan latin yang kerap dikutip Daniel Dhakidae, “Vita Brevis Dignitas Longa.”

Adapun artinya “Hidup Manusia itu Singkat, Namun Nilainya (Harkatnya) Melampaui Umur.”

“Tidak lah berlebihan untuk mengatakan Pimpred legendaris majalah Prisma dengan karya-karyanya adalah representasi dari ungkapan itu,” kenang Wija.

Bagi Wija, tulisan-tulisan Daniel, baik itu narasi singkat seperti pengantar redaksi Prisma atau kolom-kolom di Kompas, misalnya resensi tetralogi Winnetou karya Karl May adalah masterpiece.

Pun pengantarnya dalam “Catatan Seorang Demonstran” yang merupakan buku harian seorang aktivis mahasiswa bernama Soe Hok Gie yang terbit 1983 dan diterbitkan LP3ES.

“Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan. Berikutnya, dilahirkan tapi mati muda, yang tersial adalah berumur tua. Berbahagia lah mereka yang mati muda. Ini adalah penggalan dari Catatan Harian Soe Hok Gie yang oleh generasi saya dihafal di luar kepala,” katanya.

“ Jadi pengantar yang ditulis Daniel Dhakidae, saya jadi paham, seandainya tidak Daniel dan tim redaksi Prisma, mungkin buku harian ini tidak akan pernah sampai di kalangan pembaca, tidak akan pernah dibaca oleh saya dan kawan-kawan segenerasi serta para aktivis setelah Soe Hok Gie,” jelasnya.

Belum lagi buku-buku karyanya sendiri sebut saja beberapa di antaranya yang ditulisnya bersama Vedi Hadiz Social Science and Power in Indonesia (2005), Menerjang Badai Kekuasaan (2015), serta Cendekiawan dan kekuasaan dalam negara Orde Baru.

Kemudian karya disertasinya yang berjudul "The State, the Rise of Capital and the Fall of Political Journalism" yang dipertahankan di Cornell University adalah salah satu magnum opus dalam bidang ini.

Pada bagian akhir dia mengutip tulisan Daniel Dhakidae di Kompas pada 27 November 20014, refleksinya tentang Nietzsche untuk menganalisa Karya Karl May.

“Untuk apa manusia hidup, peduli amat: akan tetapi untuk apa kau hidup, tanyakanlah dirimu sendiri. Kalau tidak berhasil kau dapatkan, nah tetapkan tujuan bagi dirimu sendiri, tujuan yang tinggi dan mulia dan kejarlah itu sampai mampu,” katanya.

“Saya pikir Bang Daniel adalah manifestasi dari tulisan itu, mengejar kemuliaan, mengejar hasrat yang sangat besar, kejarlah itu sampai mampus,” ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan