Kabinet Jokowi
Pengamat: Memang Lebih Baik, Lebih Banyak Menteri dari Non Parpol
Menurut dia, profesional harus mengisi pos-pos Kementerian yang terkait langsung dengan eksekusi agenda prioritas seperti infrastruktur, pembangunan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Paramadina Djayadi Hanan menilai positif komposisi kabinet Presiden terpilih 2019-2024 Joko Widodo (Jokowi) akan banyak diisi kalangan profesional ketimbang partai politik.
"Memang lebih baik lebih banyak non parpol daripada lebih banyak parpol," ujar Direktur Eksekutif LSI (Lembaga Survei Indonesia) ini kepada Tribunnews.com, Jumat (16/8/2019).
Menurut dia, profesional harus mengisi pos-pos Kementerian yang terkait langsung dengan eksekusi agenda prioritas seperti infrastruktur, pembangunan manusia, ekonomi, reformasi birokrasi, pemberantasan korupsi, dan hubungan internasional.
"Dengan menyerahkan pos-pos tersebut kepada figur yang kompeten dan cepat dalam mengambil keputusan serta berintegritas dan tidak berasal dari parpol, maka Jokowi akan terbantu untuk bergerak cepat dan fokus selama lima tahun ke depan," ujar jelas Djayadi Hanan.
Baca: Indonesia Masuk 10 Negara dengan Indeks Kesetaraan Digital Terendah di Dunia
Bahkan, Jokowi bisa bekerja tanpa dibebani agenda politik jangka pendek parpol.
Lebih jauh ia menilai Jokowi harus lebih menunjukkan kepemimpinan dan sikap tegasnya di periode kedua. Karena itu parpol harus tunduk pada keputusan itu.
"Saya kira publik secara luas akan mendukung presiden, karena tingkat kepercayaan masyarakat kepada presiden jauh lebih tinggi dibanding tingkat kepercayaan masyarakat kepada parpol," tegasnya.
Golkar: Jokowi Tahu Kebutuhan Bangsa Ini
Partai Golkar menyatakan dukungan terkait komposisi kabinet Jokowi-Maruf Amin yang akan lebih banyak diisu kalangan profesional ketimbang dari partai politik.
Jokowi menyebut porsi untuk menteri dari kalangan profesional sebanyak 55 persen, dan parpol sebanyak 45 persen.
"Penyusunan komposisi kabinet itu merupakan hak preogratif Pak Jokowi sebagai Presiden terpilih," ujar Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Syadzily kepada Tribunnews.com, Kamis (15/8/2019).
Baca: Kasus Misteri Hilangnya Perempuan Indonesia di Brisbane Mulai Disidangkan
Golkar yakin Jokowi mengetahui kebutuhan bangsa ini terkait figur yang tepat untuk membantunya dalam merealisasikan janji-janji politiknya.
"Apapun yang diputuskan Pak Jokowi tentu kami mendukungnya. Pak Jokowi dalam menjalankan pemerintahan ke depan membutuhkan tim yang solid dan kuat," tegasnya.
NasDem Terima
Partai NasDem menegaskan akan mendukung kebijakan Jokowi tersebut.
"Kalau NasDem pasti dukung," ujar Ketua DPP Partai NasDem Irma Suryani Chaniago kepada Tribunnews.com, Kamis (15/8/2019).
Karena bagi NasDem, imbuh anggota DPR RI ini, berapa pun yang diberikan Jokowi, maka itu akan diterima.
"Kami tidak ingin membebani presiden dengan masalah ini," tegas mantan Juru bicara TKN Jokowi-Maruf Amin ini.
Pun kata dia, angka 45 persen itu berarti parpol masih mendapat alokasi sekitar 15-17 kursi Menteri.
Jumlah itu menurut dia, relatif cukup bagi parpol yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK).
"Setahu saya 45 persen atau kurang lebih 15-17 orang dari kader partai dan sisanya profesional," jelas Irma.
Baca: Harry Aveling Profesor Penerjemah dari Australia Yang Cinta Sastra Indonesia
Hanya saja dia memberikan catatan, bahwa banyak juga profesional yang terafiliasi ke parpol tertentu.
"Jangan salah, sekarag ini banyak juga loh para profesional yang kader partai," ucapnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi memastikan komposisi menteri sudah terpenuhi. Kalangan profesional diberikan ruang lebih ketimbang partai politik di kabinet 2019-2024.
"Kabinet sudah final. Komposisi 45 persen parpol, 55 profesional," ujar Jokowi saat bertemu pemimpin redaksi media massa di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, kemarin.