Indonesia Fokus Kembangkan Energi Terbarukan, Wapres JK Pun Beberkan Alasannya
JK pun membahas peran energi dalam kekuatan politik saat meletusnya perang antara koalisi negara Arab dengan Israel pada tahun 1970-an
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia memang tengah mengembangkan sektor energi khususnya untuk energi terbarukan (renewable energy), Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) pun menyebut ada tiga faktor yang menjadi isu penting.
Ketiga faktor tersebut adalah kebutuhan dalam penguatan ketersediaan energi, masalah yang muncul terkait lingkungan dan makin melonjaknya harga energi fosil.
Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam acara seminar 'Geopolitik Transformasi Energi'.
JK pun membahas peran energi dalam kekuatan politik saat meletusnya perang antara koalisi negara Arab dengan Israel pada tahun 1970-an.
Saat itu, kata JK, harga minyak masih berada pada angka di bawah USD 2 atau 2 dolar Amerika Serikat (AS).
"Energi itu menjadi bagian dari kekuatan politik setelah perang Arab-Israel pada Oktober 1974, waktu itu harga minyak baru 1 dolar (AS) 75 sen," ujar JK, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (31/7/2019).
Baca: Polemik Perpanjangan Izin FPI, Hidayat Nur Wahid hingga Jusuf Kalla Beri Tanggapan
Namun kemudian, koalisi negara Arab akhirnya meningkatkan harga minyak beberapa kali lipat hingga mencapai angka USD 10 per barel, karena menyadari betapa pentingnya energi fosil untuk negara mereka.
Keputusan itu pun akhirnya mengejutkan banyak negara di dunia.
"Karena itu, negara-negara Arab bersatu untuk menaikkan harga minyak dari 1 dolar 75 sen menjadi 10 dolar, seluruh dunia (dibuat) terkejut," jelas JK.
Perlu diketahui, energi fosil kini semakin menjadi perhatian dunia karena banyak diperebutkan.
Tidak jarang, ketersediaan energi ini bisa memunculkan gesekan politik antar negara.
Ia kemudian menyebut dalam perkembangannya, harga minyak terus meningkat hingga mencapai harga tiga kali lipat per barel, pada tahun 1980.
"Dalam waktu 20 tahun kemudian, harga minyak naik dari USD 10 menjadi USD 30 per barel pada 1980," kata JK.
Baca: Selain untuk Gerakkan Mobil, Baterai di Outlander PHEV Juga Bisa Jadi Sumber Energi Rumah Tangga
Lalu terus melambung tinggi hingga mencapai harga yang fantastis yakni USD 147 pada 2008.