Lebaran 2019
THR Jadi Tradisi Tiap Lebaran, Inilah Soekirman Wirjosandjojo, Sosok Pencetusnya
Tunjangan Hari Raya atau THR sudah menjadi tradisi dalam perayaan Idul Fitri, inilah sosok yang mencetuskannya.
TRIBUNNEWS.COM - Tunjangan Hari Raya atau THR sudah menjadi tradisi dalam perayaan Idul Fitri.
THR bisa kita nikmati seperti sekarang ini, ada perjalanan panjang yang membuat kebijakan tersebut ada di Indonesia.
Bagaimana sejarah adanya THR, dan siapa yang mencetuskannya?
Sebelum tahun 1951, tidak ada THR di Indonesia.
Kebijakan THR baru muncul pada era kabinet Soekiman Wirosandjojo.
Pada saat Kabinet Soekiman dilantik, ia memiliki beberapa program yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan pamong pradja, atau yang saat ini sebut sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Meski kebijakan tersebut sempat menuai protes karena hanya diberlakukan untuk PNS saja.
Baca: Tradisi Lebaran Mandra, Tunggu Tamu di Rumah dan Bagi-bagi THR
Baca: Ria Ricis Selalu Beri Parsel dan THR ke Tetangga Sejak Bulan Puasa Sebagai Tradisi Lebaran
Baca: Terima Uang THR dari Ruben Onsu, Adik-adik Julia Perez Kenang Mendiang sang Kakak
Dan juga dianggap sebagai sebuah strategi Kabinet Soekiman untuk merebut hati para PNS untuk memberikan dukungan pada kabinet tersebut,
namun tak dapat dipungkiri bahwa sosok Soekiman Wirosandjojo ini telah memberikan ide yang dampaknya bisa dirasakan oleh semua orang.
Lalu, siapa sih Soekiman Wirosandjojo ini?
Melansir dari jakarta.go.id melalui Bangka.tribunnews.com, Soekiman Wirosandjojo merupakan seorang tokoh politik sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, ia juga dikenal sebagai tokoh Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia).
Lahir di Sewu, Solo pada tahun 1898, dan 54 tahun kemudian ia berhasil menjabat sebagai perdana menteri.
Jabatan perdana menteri ia emban sejak 27 April 1951 hingga 3 April 1952.
Sebelum menjadi perdana menteri, ia mengenyam pendidikan di ELS dan dilanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter) di Jakarta.
Bukan hanya itu saja riwayat pendidikan Soekiman.
Ia juga menempuh pendidikan di Amsterdam.
Selama di negeri Belanda inilah ia mendalami masalah sosial, politik, dan juga kebudayaan.
Bahkan, karena kecakapannya, ia terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia pada tahun 1925.
Lulus dari Universitas Amsterdam pada usia 29 tahun, Soekiman pulang ke tanah air yaitu pada tahun 1926.
Baca: Pihak Kelurahan Petogogan Bantah Soal Ormas Minta THR di Wilayahnya
Baca: Kebahagiaan Tatjana Saphira Bagi bagi THR di Hari Raya
Baca: Curhat Warga soal Tiket Pesawat Mahal, Gaji dan THR Ludes Buat Pulang Kampung
Sepulangnya ke Indonesia, ia membuka praktik dokter di Yogyakarta.
Sembari menjalani profesinya sebagai dokter, ia juga terjun dalam perjuangan dengan masuk ke Partai Sarekat Islam (PSI) yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan H Agus Salim.
Di PSI, ia menjabat sebagai bendahara selama 6 tahun.
Sempat mengubah PSI menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) bersama H Agus Salim, kemudian ia keluar dari partai itu karena timbul perselisihan.
Ia melanjutkan perjuangannya melalui Partai Islam Indonesia (Parii) bersama Surjopranoto, namun tak berumur panjang karena tahun 1935 partai ini pun bubar.
Perjalanannya dilanjutkan melalui Partai islam Indonesia (PH) dan Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI).
Kemudian setelah proklamasi, ia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sambil memajukan Masyumi.
Tentu jabatannya sebagai perdana menteri ke-6 Indonesia tak boleh dilupakan karena melalui jabatan itulah akhirnya Soekiman menerapkan kebijakan Tunjangan Hari raya (THR).
(Suar.ID/Khaerunisa)
Artikel ini telah tayang di Suar.ID dengan judul Mengenal Sosok Soekirman Wirjosandjojo, Pencetus THR Pertama di Indonesia.