Ada 11 Ribu Manuskrip yang Akan Diubah Jadi Versi Digital
Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpustakaan Nasional, Ofy Sofiana mengaku cuma perlu tiga hari untuk membuat situs
Penulis:
Danang Triatmojo
Editor:
Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpustakaan Nasional, Ofy Sofiana mengaku cuma perlu tiga hari untuk membuat situs khastara (khasanah nusantara).
Namun proses penginputan data menjadi persoalan utama yang lebih memakan waktu. Pasalnya diperlukan kehati-hatian ketika menyalin sebuah naskah kuno berumur puluhan bahkan ratusan tahun.
Ditambah, ada sekitar 11.000 naskah kuno yang menjadi koleksi Perpusnas.
"Pembuatannya (situs web) cuma 3 hari tapi kontennya butuh waktu karena kita ambil mendigitalkan yang kondisi fisiknya bisa saja rapuh. terus ditangani dengan sebaiknya oleh ahli. Yang lama proses digitalisasi," kata Ofy di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta Pusat, Kamis (3/1/2019).
Di hari pertama launching, situs web yang berisikan koleksi pustaka nusantara ini baru terisi 837 konten naskah kuno atau manuskrip.
Baca: Deretan Pemain Sepakbola Usia di Atas 35 Tahun yang Kemungkinan Bertanding di Liga 1 2019
Sementara targetnya, Ofy berharap 11.000 koleksi manuskrip Perpusnas bisa diubah seluruhnya ke digital dan kemudian di input ke dalam situs web tersebut.
Koleksi manuskrip Indonesia yang ada di Negeri Kincir Angin, Belanda juga menjadi sasaran. Nantinya, koleksi di Belanda akan diproses dan dikirim dalam bentuk digitalnya ke Indonesia.
"Kita lengkapi isinya senantiasa akan kita update, kita memiliki naskah 11 ribuan, yang baru masuk baru 837 di konten Khastara. Kami berharap nanti seluruh naskah bisa masuk termasuk konten belanda yang dikirim ke Indonesia. Jadi kita punya naskah asli juga bentuk digital," sebutnya.
Namun terkait berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menginput itu semua, Ofy tidak bisa memastikan. Pasalnya memproses manuskrip menjadi versi digital tidak sama dengan buku. Disamping itu setiap manuskrip juga perlu di review dan diterjemahkan oleh para ahli.
"Kalau berbicara waktu agak susah karena naskah itu tidak sama dengan buku kondisi fisiknya. Setiap naskah itu juga dilengkapi dengan reviewnya, karena naskah yang ada itu berbagai bahasa daerah," ujar Ofy.
Kendati demikian Ofy dan pihak Perpusnas akan terus berusaha semaksimal mungkin agar mengebut proses pengalihan digital itu sehingga masyarakat yang mengaksesnya juga bisa menikmati sesegera mungkin.
"Kami akan berusaha keras supaya bisa terakses masyarakat," pungkasnya.
Sebelumnya, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia meluncurkan portal web berisikan hasil alih digital koleksi tercetak pustaka nusantara. Portal itu diberi nama Khastara alias Khasanah Pustaka Nusantara.
Situs websitenya bisa diakses lewat laman http://khastara.perpusnas.go.id baik melalui smartphone ataupun perangkat komputer.