Selasa, 30 September 2025

Mengaji 'Perdamaian' dengan Mantan Napi Teroris di Rumah Daulat Buku

Tidak ada yang akan menyangka bahwa para peserta pengajian tersebut adalah mantan napi pidana terorisme.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-inlihat foto Mengaji 'Perdamaian' dengan Mantan Napi Teroris di Rumah Daulat Buku
TRIBUNNEWS.COM/FAHDI FAHLEVI
Pengajian bersama para napiter yang diselenggarakan oleh Lembaga Daulat Bangsa dan Rumah Daulat Buku (rudalku) di Komplek Jatiadang Baru Blok G Nomore 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 11 orang pria duduk melingkar di ruang depan rumah yang berada di bilangan Jatipadang, Jakarta Selatan tersebut.

Mereka tampak serius mendengarkan tausiyah dari Ustadz Mukti Ali. Sesekali mereka melontarkan pertanyaan kepada ustadz lulusan Universitas Al Azhar Kairo tersebut.

Terselip sedikit canda para peserta dan ustadz di tengah pengajian tersebut. Suasana cair tersebut, merupakan pemandangan dari pengajian rutin bulanan Rumah Daulat Buku (Rudalku).

Tidak ada yang akan menyangka bahwa para peserta pengajian tersebut adalah mantan napi pidana terorisme.

Mereka tidak tampil garang seperti yang selama ini dicitrakan, malah sesekali mereka membuat suasana cair dengan celetukan lucu.

Pengajian tersebut diisi oleh mantan napi teroris yang pernah terlibat di beberapa kasus terorisme diantaranya bom JW Marriot hingga Bom Markas Brimob Kwitang.

Bahkan salah satu mantan "pengantin" bom Kwitang, Muhamad Thorik, ikut dalam pengajian santai tersebut.

Pengajian yang digelar mulai pukul 10.00 WIB tersebut, sedang membahas tema belajar Islam, cinta dari teladan Nabi Muhammad SAW dengan kitab Al-Uzwah Lil Alamin.

Menurut Ustadz Mukti dalam Al-Quran kata salam (damai) dalam Alquran terulang sebanyak 146 kali. Sementara Harb (perang) hanya 11 kali.

"Ini menunjukan bahwa Allah SWT mengajarkan bahwa kita untuk lebih menebarkan perdamaian dibanding perang atau menyerang," tutur Mukti dalam tausiyahnya.

Konten dari ceramah yang disampaikan memang menekankan pada perdamaian. Menurut Direktur Rudalku, Soffa Ihsan, pihaknya sengaja menanamkan pesan perdamaian kepada para mantan napi teroris.

Dirinya berharap agar para mantan napi teroris bisa mendapatkan ilmu dari pengajian tersebut. Soffa menilai hal ini dilakukan agar para mantan napi teroris ini mendapatkan ilmu agar tidak kembali terpapar radikalisme.

"Intinya kita mengajak mereka untuk mencintai ilmu. Jadi kalau mau berjihad harus pakai Ilmu biar gak tersesat," kata Soffa.

Pengajian ini rutin dilaksanakan tiap bulannya di sekretariat Rudalku. Pengajian kali ini merupakan ketiga kalinya dilaksanakan.

Pengajian pertama diisi oleh mantan napi teroris Ustadz Sufyan Tsauri, sementara pengajuan kedua oleh Ustadz Imam Nakhoi.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved