Selasa, 30 September 2025

Menguatkan Toleransi, Hari Lahir Pancasil Dirayakan dengan Buka Puasa Sambil Berwisata di Gereja

Acara dan gerakan tersebut berikhtiar untuk menjalin toleransi, persaudaraan, dan solidaritas demi Indonesia yang damai.

Penulis: Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM/GITA IRAWAN
Masyarakat berfoto di depan pintu Gereja Katedral saat Wisata Gereja Katedral ketika menghadiri acara Buka Bersama di Gereja Katedral. Acara ini diadakan Komunitas Kerja Bakti Demi Negeri dengan tema Menguatkan Toleransi, Persaudaraan, dan Solidaritas Kemanusiaan pada Jumat (1/6/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada yang berbeda pada sore hari yang cerah pada Jumat (1/6/2018) di Gereja Katedral Jakarta Pusat.

Beberapa orang yang mengenakan kopiah dan kerudung bertanya di pos penjagaan gereja umat Katolik yang didirikan sejak tahun 1901 itu.

Mereka bertanya kepada petugas keamanan jalan menuju aula Gereja Katedral untuk memenuhi undangan Komunitas Kerja Bakti Demi Negeri yang mengadakan acara Buka Bersama di Gereja Katedral dengan tema "Menguatkan Toleransi, Persaudaraan, dan Solidaritas Kemanusiaan".

Acara dan gerakan tersebut berikhtiar untuk menjalin toleransi, persaudaraan, dan solidaritas demi Indonesia yang damai.

Baca: Pilunya Kisah Cinta Lia Siahaan, Nyawanya Berakhir di Tangan Pendeta, Rencana Menikah Tak Terwujud

Bertepatan dengan Peringatan Hari Lahir Pancasila ke-73, sekira dua ratusan orang dari beragam komunitas akar rumput masyarakat dari berbagai lapisan berdatangan ke Gereja Katedral yang berada tepat di seberang Masjid Istiqlal sekitar pukul 16.00 WIB.

Gerakan tersebut didukung oleh beberapa organisasi seperti Jaringan Gusdurian, Tempo Institute, Pustaka Bergerak, Gerakan Kebaikan Indonesia, serta individu lain yang memiliki satu visi yang sama.

Tokoh toleransi dari Jaringan Gus durian yang juga merupakan putri dari Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid, Alissa Wahid mengatakan bahwa acara tersebut dibentuk secara spontan sekira satu minggu sebelum diselenggarakan.

Baca: Daya Ledak Bom yang Dirakit di Gelanggang Mahasiswa Universitas Riau Setara dengan Bom di Surabaya

Katedral dipilih menjadi tempat diadakannya acara tersebut karena sebagai bentuk ungkapan solidaritas terhadap umat kristiani atas teror bom yang terjadi beberapa waktu lalu.

Alissa melihat terorisme sendiri kadang tidak berkaitan dengan intoleransi di Indonesia.

Dari penelitian yang dikerjakan oleh Jaringan Gusdurian dengan International NGO Forum on Indonesian Development (Infid) di enam kota di Indonesia ditemukan bahwa intoleransi tumbuh di masyarakat usia muda.

Namun ia sepakat bahwa kedua hal tersebut merupakan hal yang berbahaya bagi persatuan.

"Kalau intoleransi itu bagi saya sendiri dua-duanya sama-sama berbahaya. Kalo terorisme itu kan menimbulkan paranoia yang besar yang menimbukkan kita tidak percaya dengan kelompok lain. Tapi kalo intoleransi itu bahayanya karena dia merobek-robek prinsip demokrasinya. Karena pasti diskriminasi," kata Alissa di depan Aula Gereja Katedral pada Jumat (1/6/2018).

Alissa berharap kedepannya suara kebaikan untuk perdamaian dan kerukunan semakin kuat untuk mengalahkan suara-suara kebencian yang juga tumbuh beriringan di masyarakat.

"Tetep melakukan kerjanya di ruang masing-masing tapi saling terhunung kita mau suara kebencian itu kalah dibandingkan suara kebaikan," kata Alissa.

Selain buka puasa bersama, acara yang didanai secara swadaya tersebut juga diramaikan dengan berbagai kegiatan seperti penampilan paduan suara Aning Katamsi dan Paragita UI serta penampilan video dari komunitas anak-anak diaspora yang tersebar dari seluruh belahan dunia.

Dalam video berdurasi sekitar 15 menit tersebut anak-anak berusia empat sampai empat belas tahunan membacakan seluruh sila dari Pancasila.

Meski terbata-bata, belasan anak yang tampil dalam video tersebut tamapak berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menyelesaikan seluruh sila dari Pancasila.

Hal itu pun sesekali menuai tawa dan tepuk tangan dari para hadirin yang datang dari berbagai usia.

Pengusaha sekaligus motivator Dewi Motik juga terlihat hadir sebagai peserta dalam acara tersebut.

Di sela-sela acara ia mengatakan bahwa dirinya datang ke acara tersebut karena melihat siaran dari aplikasi Whats App.

Ia mengaku bahagia, senang, dan bersyukur bisa datang ke acara tersebut.

"Saya senang, bahagia, dan bersyukur bisa hadir di acara yang sangat bagus ini. Buat saya perbedaan itu baik. Nggak ada orang yang cocok satu sama lain, yang ada dicocok-cocokin," kata Dewi.

Selain kegiatan tersebut terdapat pula Wisata Keliling Gereja Katedral yang dipandu langsung oleh Romo Hani Rudi Hartoko.

Ratusan masyarakat tersebut dengan khidmat mendengarkan cerita dari Romo Hani di dalam Gereja Katedral sambil mengabadikan gambar lewat ponselnya masing-masing.

"Kenapa Gereja ini dinamakan Gereja Katedral? Karena ada kursi Uskup atau gampangnya Imam Besar. Kursi itu dinamakan katedral, kursi tempat Uskup mengajarkan ajaran agamanya kepada umat Katolik," kata Romo sambil menunjuk ke arah sebuah kursi kayu altar Gereja.

Usai menjelaskan bagian-bagian gereja lainnya, Romo pun mengajak masyarakat kembali ke aula karena Gereja Katedral akan digunakan oleh umat Katolik untuk ibadah pada pukul 18.00 WIB.

Sekitar pukul 17.48 WIB, masyarakat yang berpuasa pun berbuka puasa bersama dengan makanan dan minuman yang sudah disediakan seperti teh manis, air putih, kolak, buah-buahan, kurma, nasi, ikan asam manis serta hidangan lainnya.

Di sela-sela bersantap buka puasa Aning Katamsi dan Paduan Suara Paragita dari Universitas Indonesia pun menyanyikan lagu Garuda Pancasila dan lagu karya Guruh Soekarnoputra berjudul Indonesia Jiwaku.

Acara tersebut berlangsung tertib dan khidmat hingga akhir acara.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved