Selasa, 7 Oktober 2025

Rini Poespoprodjo Sang Peneliti Malaria di Papua Jadi Pemenang Australia Indonesia Awards 2016

Adalah Jeanne Rini Poespoprodjo, seorang dokter asal Indonesia terpilih sebagai pemenang di bidang Kemanusiaan Australia Indonesia Awards 2016,

Editor: Sugiyarto
(ABC Radio Australia/AIA)
dr Jeanne Rini Poespoprodjo, seorang dokter asal Indonesia terpilih sebagai pemenang di bidang Kemanusiaan Australia Indonesia Awards 2016, di Sydney (ABC Radio Australia/AIA) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Adalah Jeanne Rini Poespoprodjo, seorang dokter asal Indonesia terpilih sebagai pemenang di bidang Kemanusiaan Australia Indonesia Awards 2016, di Sydney.

Dokter Rini sudah lama terlibat dalam penelitian dan usaha pemberantasan penyakit malaria di Papua mendapat penghargaan di Australia.

Rini bersama pemenang lain, Emma Larrssen di bidang Komunitas dan Penny Robertson di bidang bisnis didaulat sebagai pemenang penghargaan AIA tahun 2016.

Dalam rekaman yang dipertunjukkan, Rini menjelaskan peran penting yang dilakukan oleh sekolah terdahulunya Menzies bagi penelitiannya di Papua mengenai malaria.

"Tidak saja Menzies memastikan bahwa penelitian kami memenuhi standar penelitian namun Menzies juga memberikan lingkungan penelitian yang bagus." kata Rini, seperti dikutip dari ABC Radio Australia, Selasa (15/3/2016).

Sebagai informasi, Rini mengambil gelar doktornya dari Menzies School of Health Research, Australia di tahun 2011 lalu.

Sebelumnya Rini menjalani pendidikan di Universitas Padjadjaran dan UGM.

Di tahun 2008, Rini menjadi salah seorang penerima penghargaan Allison Sudradjat Scholarships yang diberikan oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) sebagai ilmuwan berprestasi di kawasan Asia dan Pasifik.

Selain Rini di bidang kemanusiaan, adalah Penny Robertson, mendapatkan pemenang di bidang bisnis.

Bila ditilik sejarahnya, Penny Robertson mulai menginjakkan kakinya dengan membangun Australian International School – Indonesia (AIS) di tahun 1996 lalu.

Adapun fokus sekolahnya adalah menerima anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus namun masuk ke sekolah biasa.

AIS masih menjadi satu-satunya sekolah internasional di Indonesia yang menerima murid berkebutuhan khusus.

Robertson mengatakan ia bangga bisa menjadi contoh bagaimana warga Australia menjalankan bisnis di Indonesia.

"Namun penghargaan ini bukan untuk saya saja. Ada banyak orang lain yang membantu ." katanya.

Pertama adalah, imbuhnya enam guru yang setuju untuk bekerja tanpa adanya jaminan akan digaji selama enam bulan, 20 tahun lalu.

Dan juga banyak guru lainnya yang sudah mendedikasikan waktu luiang mereka bagi para siswa selama 20 tahun terakhir.

Selain itu, pejabat Departemen Pendidikan di Indonesia yang membantu kami mendapatkan perijinan, dan setuju dengan pendapat kami mengenai manfaat semua siswa Indonesia dan Australia untuk belajar bersama.

"Dan juga pejabat yang setuju bahwa murid berkebutuhan khusus tidak harus dipisahkan dari murid lainnya." lanjut Penny.

"Dan juga untuk putri saya Shona yang terus memberikan inspirasi bagi saya selama 35 tahun terakhir."

Selain Rini dan Robertson, adalah Emma Larrssen, seorang warga Australia asal New South Wales yang sekarang tinggal di Bali. Ia dinobatkan sebagai pemenang di bidang komunitas.

Dijelaskan Emma Larssen sudah terlibat dalam kegiatan surfing di Australia selama 15 tahun.

Sebelum pindah ke Bali sebagai Duta Muda Australia Bagi Pembangunan untuk bekerja sama dengan Asosiasi Penjaga Pantai Indonesia (Indonesia Surf Life Saving Association).

Emma yang berasal dari Sydney sekarang menjadi pelatih utama. Bahkan sudah melatih lebih dari seribu orang penjaga pantai, staf, pekerja taman hiburan air, dan juga tim SAR di Indonesia.

Di tahun 2014, Emma menjadi finalis Penghargaan Bali Women’s Role Model di bidang kemanusiaan. (ABC Radio Australia)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved