Dita Masih Bisa Komunikasi Saat Datangi Polsek Jatinegara dan Mukanya Lebam
"Yang jelas dia bisa komunikasi dan merasa dianiaya,"
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolsek Jatinegara Kompol Suwanda membenarkan jika Dita Aditia Ismawati staf politisi PDIP, Masinton Pasaribu mendatangi kantornya pada Jumat dini hari pekan lalu (22/1/2016).
Suwanda mengatakan berdasarkan laporan bawahannya yang bertugas piket saat itu, Dita datang sendiri sekitar pukul 00.30 Wib dengan muka lebam dan memar.
"Informasi dari anggota yang diterima, ada lebam dan memar gitu," ujar Suwanda, Minggu (31/1/2016).
Kata Suwanda, petugas piket saat itu menyarankan Dita untuk melakukan visum.
Dita pun dibuatkan terlebih dahulu surat pengantar oleh petugas dan kemudian mengantarnya ke Rumah Sakit Budi Asih.
"Kita antarakan ke sana (rumah sakit) setelah membuat surat pengantar," katanya.
Dita tidak lama di rumah sakit tersebut, setelah dilakukan visum ia kemudian pulang karena merasa letih.
Karena merasa kecapean Dita tidak jadi membuat laporan dan berjanji akan kembali keesokan hari, Sabtu (23/1/2016).
"Dia merasa dianiaya diantar ke rumah sakit untuk visum. Kita buatkan surat pelaporan polisi untuk kita periksa," katanya.
Namun kata Suwanda setelah dari Rumah Sakit, Dita tidak pernah kembali ke Polsek Jatinegara.
Suwanda mengatakan ia tidak tahu apakah kondisi Dita saat mendatangi Polsek dalam keadaan mabuk atau tidak.
Hanya saja menurutnya saat mendatangi kantornya, Dita dapat berkomunikasi dengan petugas.
"Yang jelas dia bisa komunikasi dan merasa dianiaya," ucapnya.
Sebelumnya Dita melaporkan atasannya, Masinton Pasaribu ke Bareskrim Polri Sabtu (30/1/2016).
Dita melaporkan kasus penganiayaan yang terjadi pada Kamis malam (21/1/2016).
Dita melaporkan kejadian yang menimpanya tersebut 9 hari setelah kejadian.
Motif Politis
Politikus PDIP Masinton Pasaribu membantah telah melakukan penganiayaan terhadap staf ahlinya Dita Aditia (27).
Ia menduga ada motif politis dibalik pelaporan dirinya ke Bareskrim Polri oleh staf tersebut.
"Ini berarti kita sudah tahu motifnya politis. Aku dituduh memukul dia. Ini pembunuhan karakter," kata Masinton ketika dihubungi, Minggu (31/1/2016).
Ia mempertanyakan pelaporan yang berselang 10 hari dari peristiwa tersebut.
Dimana dugaan penganiayaan itu terjadi pada 21 Januari 2016.
Masinton mengira Dita tidak masuk kerja karena sedang pemulihan.
"Dia enggak masuk saya kira pemulihan, enggak ada apa-apa kok tiba-tiba saja (laporan)," ujar Anggota Komisi III DPR itu.
Masinton membantah melakukan pemukulan.
Ia mengaku saat kejadian sedang pulang bersama sopir dan staf ahli lainnya dari sebuah acara.
Ternyata, Dita menelpon staf ahlinya meminta dijemput di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
Sedangkan mobil Dita berada di Kantor NasDem.
"Lagi mabuk berat. Karena sudah malam saya antarkan saja. Datang, jalan sudah dipapah," imbuh Masinton.
Dita duduk di depan, sedangkan Masinton duduk dibelakang saat itu.
Ia menceritakan Dita berteriak histeris saat di mobilnya.
Saat melintas di Jalan Matraman, Dita sempat muntah.
"Sekitaran Jalan Otista, mobil oleng ke kiri, setir ditarik sama dia, ngerem, mendadak, tanganya ditepis terpental kena wajahnya. Dia turun teriak-teriak," imbuhnya.