Inovasi dan Ide Gila Buwas dari Sipir Buaya hingga Runing Teks dan Mesin ATM
Dalam paparannya, Buwas kembali membahas soal ide gilanya tentang sipir buaya, ikan piranha, harimau, spanduk dan running teks di tempat hiburan malam
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Walaupun hari sudah larut malam, Jumat (18/12/2015) selama hampir dua jam, Kepala BNN Komjen Budi Waseso hadir sebagai pembicara di acara Gathering Jurnalis Trunojoyo di Bogor, Jawa Barat.
Tampak Budi Waseso atau Buwas berapi-api memaparkan masalah narkoba di hadapan para peserta Gathering. Sangking semangatnya, selama dua jam memberi pemaparan, Buwas hanya minum air mineral satu kali yakni saat sesi tanya jawab.
Lagi-lagi, mantan Kabareskrim ini tidak pernah lepas dari ide-ide gila yang dilontarkannya ke publik. Dalam paparannya, Buwas kembali membahas soal ide gilanya tentang sipir buaya, ikan piranha, harimau, spanduk dan running teks di tempat hiburan malam hingga imbauan jangan membeli narkoba di mesin ATM.
Malam itu, sambil tertawa jenderal bintang tiga ini bercerita bagaimana Menteri Hukum dan Ham Yasona Laoly mengeluhkan kinerjanya. Hanya lantaran tiga minggu setelah menjabat sebagai Kepala BNN, Buwas sudah menyumbang ribuan tersangka narkoba.
"Pak Yasona bilang saya terlalu bersemangat bekerja, karena tiga minggu setelah menjabat sebagai Kepala BNN, saya menangkap 1.523 tersangka dan penjara akan penuh oleh narapidana kasus narkotika," ujar Buwas.
Lantaran penjara yang kian terbatas dan bisnis barang haram masih bisa dikendalikan oleh para terpidana di dalam Lapas, akhirnya munculnya ide gila Buwas dengan membuat Lapas khusus narkoba di pulau terluar.
Dimana nantinya sipir-sipir ini akan digantikan dengan buaya, ikan pirahma hingga harimau. Dia pun menjamin, jika begitu tidak ada terjadi lagi pengendalian narkoba dari balik jeruji besi.
"Di Lapas masih ada peredaran narkotik, bandar bisa hidup disana karena sistem yang salah, situasi yang buat. Di Lapas Cipinang saya cek, disana ada 813 napi dijaga 8 sipir. Satu banding 100, masa yang mengawasi seperti ini, kan tidak efektif. Makanya mereka terkontaminasi dengan jaringan, ini perlu segera dibenahi," ucapnya.
Fakta-fakta di lapangan temuan Buwas itu pun diteruskan ke Menteri Hukum dan HAM, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan serta Presiden. Pada mereka Buwas memaparkan ide-ide gilanya.
"Saya punya pikiran nyeleneh, selama manusia bisa disogok ya narkoba di Lapas masih ada. Kecuali buaya yang jaga, kan tidak bisa disogok. Termasuk mereka para bandar diisolasi di pulau terluar jadi mereka berfikir bagaimana bertahan hidup, bukan bagaimana mendapatkan narkoba," kata Buwas.
Lebih lanjut, Buwas juga bercerita bagaimana tanggapan para menteri terkait termasuk presiden ketika mengetahui ide gilanya itu. Kala itu, Menteri Yasona tertawa mendengar ide Buwas, dia pun balik bertanya pada Buwas apakah benar idenya bisa terlaksana?
"waktu itu Presiden dan beberapa menteri bicara soal narkoba yang masih beredar di lapas. Lalu saya katakan selama yang berjaga masih manusia maka pasti seperti itu, jadi harus dijaga oleh buaya. Buaya kan tidak bisa disuap pak," terang Buwas.
Mendengar pernyataan itu, sontak presiden dan beberapa menteri tertawa. Kemudian Menteri Yasona berujar pada Buwas apakah hal itu mungkin dilakukan. Dengan tegas, Buwas menjawab semuanya mungkin dilakukan.
Sampai akhirnya ia bersama tim dari Menkum HAM melakukan peninjauan mana lokasi untuk mendirikan lapas khusus bagi bandar narkoba. Tidak tanggung-tanggung, Buwas juga mencari sendiri buaya terganas dari sebuah penangkaran buaya di Medan, Sumut.
"Saya bilang ke Pak Yasona, di dunia ini semua mungkin. Lalu beliau bilang : coba dijajaki. Saya semangat dan langsung bergerak cari lokasi pulau terluar dan cari buaya. Kalau tidak buaya ya ikan piranha atau harimau. Jangan main-main para Bandar nanti diemut buaya dan piranha, atau dicakar harimau," tutur mantan Kapolda Gorontalo itu.
Selain soal sipir buaya, baru-baru ini bahkan Buwas berencana untuk menemui Gubernur Bank Indonesia dan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk bisa menyampaikan ide barunya menekan pembelian narkotika.
"Saya mau di mesin ATM, ketika orang mau tarik uang, ada imbauan agar itu jangan dipakai untuk beli narkotika. Jadi uangnya dimasukan kantong, bukan dikasih ke pengedar," pungkas Buwas.
Ide Buwas lainnya juga dipaparkan saat seluruh pengusaha hiburan malam di wilayah Jakarta pada Jumat (18/12/2015) kemarin dikumpulkan olehnya. Dan dalam pertemuan itu hadir pula Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat.
Dalam pertemuan itu, Buwas meminta para pengusaha tempat hiburan malam untuk memasang spanduk berisi slogan "daerah bebas narkoba" lalu spanduk itu dipasang di depan pintu masuk ke tempat hiburan malam.
Selain itu di dalam tempat hiburan malam, meskipun gelap, Buwas meminta para pengusaha hiburan malam untuk membuat runing teks di layar bertuliskan "daerah bebas narkoba" dan "narkoba dilarang".
"mesti di dalam gelap, harus ada runing teks narkoba dilarang. Disitulah peran nyata para pengusaha hiburan malam untuk ikut memerangi narkoba," tambah Buwas.
Buwas memberi waktu seminggu pada para pengusaha hiburan malam untuk memasang spanduk dan runing teks di masing-masing tempat usaha.
Nantinya Buwas sendiri yang akan melakukan pengecekan langsung ke beberapa tempat hiburan untuk melihat apakah para pengusaha itu memenuhi permintaannya atau tidak.
"Saya kasih waktu seminggu, nanti saya cek. Kalau masih ditemukan narkotika dan mereka tidak memasang imbauan spanduk dan runing teks saya tidak segan untuk memproses hukum," pungkasnya.