Selasa, 30 September 2025

Perayaan HUT 70 RI di Pyongyang Korut

Tamu Istimewa dari Suriah di KBRI Pyongyang Saat Perayaan Kemerdekaan

17 Agustus 2015 punya arti yang sangat istimewa bagi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Pyongyang, Korea Utara. Mereka kedatangan tamu khusus

ISTIMEWA
Mansyur dan Syarif ikut berfoto dengan Dubes RI untuk Korea Utara Bambang Hiendrasto (tengah -berpeci dan berdasi merah putih ) setelah upacara HUT Ke-70 Kemerdekaan RI di KBRI di Pyongyang, Senin (17/8) 

PADA 13 Agustus– 18 Agustus 2015, Teguh Santosa dan AM Putut Prabantoro dari Perhimpunan Persahabatan Indonesia – Korea Utara (PPIK) mengunjungi Pyongyang, Korea Utara. Dari kunjungan itu, ada beberapa cerita ringan yang dikumpulkan Putut Prabantoro, yang juga Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa).

PERAYAAN ulang tahun ke-70 Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2015 memiliki arti yang sangat istimewa bagi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Pyongyang, Korea Utara. Sekalipun upacara bendera diikuti oleh seluruh seluruh staf KBRI beserta keluarganya yang hanya berjumlah 34 orang, keistimewaan pesta itu sangat terasa.

Kado istimewa yang pertama adalah hadirnya Mansyur (5 tahun) dan Syarif (3 tahun). Keduanya adalah kakak beradik yang menarik perhatian seluruh keluarga KBRI termasuk Dubes RI untuk Korea Utara, Bambang Hiendrasto beserta ibu yang tidak segan-segan melayani kedua anak kecil ini.

Kedua anak kecil itu adalah tamu yang sangat istimewa karena merupakan putra dari Dubes Suriah untuk Korea Utara, Tammam Sulaiman.

Syarif (kiri) dan Mansyur (kanan) duduk di depan KBRI di Pyongyang, Korea Utara, Senin (17/8).

Kehadiran Mansyur dan Syarif tanpa didampingi kedua orangtuanya. Adalah Castini, warga Indonesia, yang menjadi pengasuh selama ini, yang menjadi tokoh sentral buat kedua anak tersebut.

Castini yang aslinya Indramayu ini telah beberapa tahun menjadi pengasuh Mansyur dan Syarif saat mereka masih berada di Suriah.

Menurut penuturan perempuan Indramayu itu, awalnya ia menjadi pembantu di Suriah tahun 2010 dan ikut keluarga Sarona, ibu kandung dari Izis -isteri dari Tammam Sulaiman. Karena merasa cocok, isteri Maksudi ini kemudian dibawa serta ke Korea Utara untuk mengasuh Mansyur dan Syarif.

“Syarif yang sedikit-sedikit bisa berbahasa Indonesia, sementara Mansyur belum bisa. Dalam percakapan sehari-hari, saya menggunakan bahasa Arab dengan keduanya. Kedekatan saya dengan kedua kakak beradik ini memang seperti ini. Mereka selalu ikut kemana saja saya pergi karena sehari-hari saya memang pendamping utama mereka,” ujar Castini bangga.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved