Marsinah Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Labor Institute Indonesia atau Institut Pengembangan Kebijakan Alternatif Perburuhan menegaskan bahwa Marsinah, aktvis buruh PT Catur Putra Surya Porong Sidoarjo pantas diangkat sebagai Pahlawan Nasional.

Marsinah yang pada saat itu berusia 24 tahun, diculik selama 3 hari dan mayatnya ditemukan di hutan Jegong Wilangan,Nganjuk, Jawa Timur (8 Mei 1993) dengan tanda-tanda penyiksaan berat, yang diduga dilakukan oknum militer saat itu.

Menurut Koordinator Kampanye Labor Institute Indonesia William Sinaga, layak dikategorikan sebagai pahlawan Nasional. Hal ini berdasarkan, Marsinah sebagai aktivis buruh perempuan sangat vokal dan berani untuk merubah nasib dan kesejahteraan buruh pada masa Presiden Soeharto. "Pada zaman Soeharto, buruh mengalami nasib yang kurang baik, dengan upah murah, tidak ada kebebasan berserikat dan berunding," tegas William Sinaga.

Dengan perjuangan Marsinah itu, saat ini buruh Indonesia mendapatkan kebebasan berorganisasi melalui UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, dan UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

"Selain itu atas keberanian Marsinah tersebut Yap Thiam Hien, organisasi hak azasi internasional menganurahkan penghargaan sebagai pejuang hak azasi manusia, dan saat ini kasus Marsinah masih terdaftar di organisasi organisasi buruh Internasional (ILO) dengan kasus 1713 dan pemerintah Indonesia sampai saat ini belum mengklarifikasi kasus tersebut. Labor Institute Indonesia juga mendesak agar pemerintah membuka kasus tersebut," tambah William.

Labor Institute Indonesia juga mengkritik keberadaan organisasi serikat pekerja/serikat buruh yang hanya sibuk untuk memperjuangkan upah minimum, dengan melupakan jasa Marsinah yang cukup besar, sehingga kebebasan buruh berserikat dan berkespresi merupakan perjuangan Marsinah. Seharusnya Serikat Pekerja/Serikat Buruh mengusulkan kepada pemerintah agar Marsinah dapat diusulkan sebagai Pahlawan Nasional