Jumat, 3 Oktober 2025

Ujian Nasional 2011

Aris Sirait Temukan Keanehan Kelulusan UN SMA DKI Jakarta

Komnas Perlindungan Anak menilai, tingkat kelulusan SMA di DKI Jakarta tidak sepenuhnya bersih dari kecurangan.

Penulis: Danang Setiaji Prabowo
Editor: Ade Mayasanto
zoom-inlihat foto Aris Sirait Temukan Keanehan Kelulusan UN SMA DKI Jakarta
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Ratusan siswa kelas 12 SMUN 68, Salemba, Jakarta Pusat, berdoa bersama hingga meneteskan air mata di sekolahnya menjelang ujian nasional (UN) yang akan diadakan Senin (18/4/2011) mendatang, Jumat (15/4/2011). Doa bersama dilakukan agar siswa tenang dan fokus dalam mengerjakan soal UN.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Setiaji

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingkat kelulusan SMA di DKI Jakarta yang mencapai 99,52 persen untuk tahun ini dinilai Komnas Perlindungan Anak tidak sepenuhnya bersih dari kecurangan.

Hal ini dikatakan oleh Ketua Komnas Perlindungan Anak, Aris Sirait, dimana menurutnya ada sebuah konspirasi khusus di DKI Jakarta. Aris menuturkan pengumuman kelulusan UN tingkat SMA sebesar 99,52 persen, dimana angka tersebut lebih tinggi dari persentase kelulusan nasional sebesar 99,22 persen, bukan karena sistem pendidikannya yang sudah bagus melainkan karena masih adanya praktek yang berbau kecurangan.

"Pada kasus SDN 06 Petang Pesanggrahan ini, bisa saja pihak sekolah mendapat tekanan dimana semua muridnya harus lulus. Bila tidak terancam ditutup. Ini bisa menjadi masukan untuk Menteri Pendidikan," ujar Aris, Sabtu (28/5/2011) di Kantor Komnas Perlindungan Anak.

Aris menuturkan pada pelaksanaan UN ini sebenarnya pihak pemerintah melakukan pembangkangan terhadap putusan Mahkamah Agung yang menyebutkan UN tidak dapat dilaksanakan bila murid-murid dinilai tidak siap untuk itu. Ketidaksiapan siswa, ujar Aris, terlihat dari tahun ke tahun dimana setiap sekolah selalu mengadakan doa bersama menjelang UN.

"Ini dikarenakan sistem pendidikan nasional yang dipaksakan. Anak menjadi tertekan. Seharusnya UN adalah evaluasi akhir dan bukan yang utama dalam kelulusan. Karena dipaksakan, guru-guru jadi mendidik anak untuk berbohong dan berbuat curang," imbuhnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved