Oesman Sapta Dorong Generasi Muda Lebih Tertarik Pada Ekonomi
Generasi muda jangan jadi pegawai tapi harus jadi pengusaha.
TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta mendorong generasi muda sekarang untuk lebih tertarik pada ekonomi.
"Saya berharap dengan kegiatan jambore ini bisa mendorong generasi muda tertarik pada ekonomi," kata Wakil Ketua MPR, Oesman Sapta dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (25/4).
Ia mengemukakan, saat ini generasi muda jangan hanya berpikir menjadi pegawai negeri di pemerintahan tetapi harus turun keakar rumput dengan membangun ekonomi rakyat.
Oesman juga mengemukakan bahwa Hipmi memotori munculnya para pengusaha muda baru serta bisa mendorong untuk memenuhi kekurangan pengusaha di Tanah Air.
Sebagaimana yang diberitakan, Himpi memotori munculnya para penguasah baru serta bisa mendorong untuk memenuhi kekuarangan penguasaha di Tanah Air.
Sebagaimana diberitakan, Hipmi menyatakan penyelenggaraan Jambore Hipmi yang bertajuk "Revolusi Mental" di Bandung, Jawa Barat, 22-26 Mei 2016, sehingga bisa membangun jiwa kewirausahaan di antara para pemuda di Indonesia.
"Jambore ini akan mempromosikan semangat kewirausahaan di kalangan generasi muda terdidik dan produktif, yakni mahasiswa," kata Ketum Hipmi Bahlil Lahadalia.
Ia mengatakan tema yang diangkat dalam jambore tersebut, yakni "Revolusi Mental, Jalan Tengah Membangun Entrepreneur Muda Berdaya Saing di Era MEA".
Berdasarkan survei Hipmi, sebanyak 80 persen mahasiswa di pengguruan tinggi Indonesia masih bercita-cita menjadi pekerja, belum mau menjadi pengusaha.
Padahal, lanjutnya, jumlah mahasiswa di Tanah Air terdapat sekitar empat juta orang, "Di sisi lain, lapangan kerja sektro formal dan informal sangat terbatas," katanya.
Ketum Hipmi juga mengatakan, Indonesia perlu menciptakan lebih banyak lagi lapangan kerja, meningkatkan daya beli masyarakat, serta menciptakan kepastian pendapatan.
Dia memaparkan, saat ini Indonesia baru memiliki 1,5 persen pengusaha dari sekitar 252 juta penduduk Tanah Air. Sedangkan Indonesia dinilai masih membutuhkan sekitar 1,7 juta pengusaha untuk mencapai angka dua persen.
Sedangkan di negara ASEAN, seperti Singapura, tercatat sebanyak 7 persen, Malaysia 5 persen, Thailand 4,5 persen, dan Vietnam 3,3 persen.