Ki Gandhang Gondo Waskitho Dalang Cilik Bikin Terpesona Penonton Anugerah Duta Seni Budaya Jatim
Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur kembali digelar setelah selama bulan suci Ramadan hingga Idul Fitri 2018 diliburkan sementara.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur kembali digelar setelah selama bulan suci Ramadan hingga Idul Fitri 2018 diliburkan sementara.
Apresiasi seni dan budaya yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dalam hal ini Badan Penghubung Daerah (Bapenda), melalui Sub Bidang Pengelolaan Anjungan TMII ini, sudah berlangsung sejak minggu pertama bulan Maret 2018 lalu.
Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur, kembali menampilkan para duta seni dan budaya mewakili 38 Kabupaten-Kota, di Jawa Timur.
Menggelar musik campursari dan kesenian Wayang Kulit dengan lakon Sang Kumbokarno Hangrungkebi Bumi Pertiwi bersama dalang cilik Ki Gandhang Gondo Waskitho dari Pacitan Jawa Timur.
Dalang cilik berusia 12 tahun, merupakan pelajar Kelas VI Sekolah Dasar (SD) Karang Nongko 2 Kecamatan Kebonangung Pacitan ini, tampil memukau dalam pakeliran padat yang berlangsung lebih dari dua jam.
Pergelaran berlangsung di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (24/06/2018).
Diiringi para pengrawit yang notabene-nya angkatan muda, para remaja yang tergabung di Sanggar Ngesti Laras, pimpinan Suharni Putu Wijoyo, menjadikan aksi kesenian ini tampil luar biasa.
Di usianya yang dini, Ki Gandhang Gondo Waskitho, mampu mengakselerasikan solah (tempo permainan), elemen instrumental (musik), dan cepengan (memegang/ menggerakkan wayang) yang mengesankan.
Keunggulan estetik ini kemudian semakin diperkuat dengan profesionalisme para pengrawit yang juga anak-anak dan remaja.
“Mereka merupakan potensi yang membanggakan bagi Pemerintah Daerah, khususnya warga masyarakat Pacitan. Apalagi Ki Gandhang Gondo Waskitho, ini termasuk anak langka. Potensinya mendalang melampaui kemampuan anak-anak seusianya. Bahkan mungkin dalang dewasa,” jelas Wakil Bupati Pacitan, Drs. Yudi Sumbogo, yang ikut menyaksikan jalannya pertunjukan.
Ki Gandhang Gondo Waskitho, saat diwawancarai sejumlah wartawan usai pementasan mengatakan, hobinya mendalang dimulai sejak kelas III Sekolah Dasar (SD). Belajar otodidak tanpa ada yang mengarahkan. Berawal sejak umur dua tahun, kerap diputarkan video rekaman-rekaman pertunjukan wayang oleh orangtuanya.
“Setelah sekolah saya baru banyak belajar dengan dalang-dalang yang ada di Pacitan,” tutur dalang cilik, yang pernah menyabet gelar Juara Umum Festival Dalang Bocah Provinsi Jawa Timur, tahun 2018 ini.
Pacitan memang terbilang gudangnya seniman potensial berbasis tradisi, khususnya Dalang. Selain Ki Gandhang Gondo Waskitho, juga ada Dalang populer, Ki Purbo Asmoro, S.Kar. M.Hum, yang kini menjadi Dosen Senior di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Ki Gandhang Gondo Waskitho, berharap di masa depan ia bisa menjadi dalang profesional dikenal, serta dapat mengharumkan nama bangsa secara internasional.
Penampilannya mendalang semakin meyakinkan banyak pihak, bahwa seni pewayangan akan tetap eksis sebagai warisan budaya Indonesia yang sudah diakui dunia; Intangible Cultural Heritage UNESCO.
Karena potensinya yang terbilang luar biasa, Ki Gandhang Gondo Waskitho, tidak hanya mendalang di kotanya, di Pacitan. Ia sudah mendalang ke berbagai kota, antara lain di Surabaya, Solo, dan Jakarta.
“Di Jakarta sudah beberapa kali, pernah juga pentas di Museum Wayang Fatahillah, Jakarta,” terang putra dari Adrianto Fajar Soesilo, asli warga Pacitan ini.
Lakon Sang Kumbokarno Hangrungkebi Bumi Pertiwi menceritakan Prabu Dasamuka Raja Alengkadiraja yang memiliki sifat angkara murka. Ia mendusta dan membawa lari Dewi Sinta, istri Rama Wijaya, yang pada akhirnya memicu perang.
Rama Wijaya selanjutnya menyerang Alengkadiraja, dibantu pasukan Rewanda; Hanoman dan kawan-kawannya.
Peperangan semakin tak terkendali. Kumbokarno ikut perang membela Raja Prabu Dasamuka dengan tekad membela tanah tumpah darahnya. Ia gugur merelakan jiwa raganya demi tanah air tercinta.
Selain Wakil Bupati Pacitan, Drs. Yudi Sumbogo, ikut menyaksikan pergelaran tersebut, Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo, SS, MM. Para Juri Pengamat, Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni & Budaya), Dra. Nursilah, M. Si. (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta), dan Munarno, SE (Praktisi, Analis Kesenian dan Budaya Daerah Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur), di Jakarta.
Selama bulan Juli 2018 mendatang, pihak penyelenggara telah menyiapkan para duta seni budaya Jawa Timur yang tak kalah menarik. Lima kali pertunjukan akan diisi oleh peserta dari Kabupaten Banyuwangi (1 Juli 2018), Kabupaten Lamongan (8 Juli 2018), Kabupaten Trenggalek (15 Juli 2018), Kabupaten Nganjuk (22 Juli 2018), dan Kabupaten Pamekasan (29 Juli 2018)