Pilgub DKI Jakarta
Maruarar Sirait: Jakarta Butuh Pemimpin yang Sudah Teruji
Maruarar Sirait mengungkapkan, Jakarta membutuhkan pemimpin yang sudah memiliki rekam jejak yang jelas
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Jurubicara Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Maruarar Sirait mengungkapkan, Jakarta membutuhkan pemimpin yang sudah memiliki rekam jejak yang jelas. Dengan kinerja yang juga sudah teruji.
Oleh karena itu, Jakarta sebagai ibu kota negara perlu pemimpin yang jelas rekam jejaknya.
Hal ini disampaikan Maruarar saat menjadi narasumber rilis hasil survei Poltracking di Menteng, Jakarta (Kamis, 19/2/2017). Selain Maruarar hadir Direktur Eksekutif Poltracking Hanya Yudha; Tim pemenangan Agus-Sylvi?, Roy Suryo; dan Tim Pemenangan Anies-Sandi, A Riza Patria
Maruarar kembali memastikan, pasangan Ahok-Djarot memiliki rekam jejak yang jelas. Ahok sudah teruji dan memiliki pengalaman dari bupati, wakil gubernur hingga jadi gubernur.
Sementara Djarot juga sudah terbukti sukses saat memimpin kota Blitar, dua periode.
"Tentu kita hormati bila ada pihak yang memilih berdasarkan karena emosional, psikologis atau sosiologis. Tapi, jangan pertaruhkan Jakarta pada calon pemimpin yang belum rekam jejak. Jakarta harus dipimpin oleh orang yang punya rekam jejak dan kinerja jelas"kata Maruarar.
Dalam penjelasannya, Hanta Yudha mengatakan,pemilih Ahok-Djarot memang didominasi pemilih rasional. Sementara pemilih psikologis karena alasan emosinal seperti misalnya memilih karena ganteng, banyak berada di pasangan Agus-Sylvi. Pemilih Anis-Sandi dimonasi pemilih sosiologis.
Survei ini, jelas Hanta, dilaksanakan pada tanggal 9-13 Januari 2017 dengan menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah responden sebanyak 800 orang dengan margin off error kurang lebih 3,46 persen. Sementara tingkat kepercayaan berada di angka 95 persen.
Secara umum, kata Hanta, dari periode November ke Januari ini semua calon mengalami trend kenaikan elektabilitas.
Kenaikan Agus-Sylvi sangat lamban dari 27,92 persen ke 30,25 persen. Sementara kenaikan Ahok-Djarot sangat signifikan dari 22 persen menjadi 28,88 persen. Pun demikian dengan Anis-Sandi dari 20,42 persen menjadi 28,63 persen.
"Melihat trend yang ada, belum bisa disimpulkan siapa pemenang Pilkada DKI Jakarta mendatang," kata Hanta Yuda.