Minggu, 5 Oktober 2025

Pilgub DKI Jakarta

Ketika Seorang Ibu Menangis di Hadapan Anies Mengaku Anaknya Belum Bayar SPP

Suasana riuh kampanye Anies Baswedan di Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu (21/12/2016) ‎berubah menjadi sedih.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Taufik Ismail
Maesaroh (50) menangis dihadapan Anies Baswedan di Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu (21/12/2016). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suasana riuh kampanye Anies Baswedan di Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu (21/12/2016) ‎berubah menjadi sedih.

Dalam sesi tanya jawab, seorang ibu bernama Maesaroh (50) bercerita kepada Anies mengenai kesulitan hidupnya.

Maesaroh yang mengenakan daster hijau pudar mengatakan anaknya selalu terlambat ujian sekolah‎ karena belum bayar uang SPP.

"Pak Anies, Anak saya tidak bisa ikut ujian pak karena belum bayar SPP," kata dia.

Sambil meneteskan air mata Maesaroh mengatakan dirinya memang kesulitan untuk membayar uang SPP sekolah anaknya.

Jangankan uang sekolah, untuk kehidupan sehari-hari saja ia kesulitan untuk memenuhinya.

"Saya ini orang minim pak, untuk kehidupan setiap hari aja sulit‎," katanya.

Maesaroh (50) menangis dihadapan Anies Baswedan di Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu (21/12/2016).
Maesaroh (50) menangis dihadapan Anies Baswedan di Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu (21/12/2016).

Mendengar cerita tersebut, warga yang berada di lokasi kampanye juga ikut meneteskan air mata.

Apalagi saat suara Maesaroh terbata-bata menceritakan kesulitan hidupnya tersebut.

Kepada Tribunnews, Maesaroh mengatakan meski hidup yang dijalaninya sulit, tapi i‎a ingin anaknya sekolah.

Ia ingin anaknya berhasil di kemudian hari karena mendapatkan pendidikan yang baik.

Ternyata menurutnya‎ menyekolahkan anak bukan hal mudah.

Ia harus meminjam uang untuk membayar SPP ke dua anak perempuannya yang sekolah di bangkus SMP dan Madrasah Aliyah .

Mendengar cerita tersebut Anies mengaku sangat prihatin.

Mantan ketua komite etik KPK ini mengaku tidak tega dengan kondisi yang diceritakan ibu beranak dua tersebut.

Anies menekankan bahwa institusi pendidikan seperti sekolah tidak boleh menahan ijazah atau menunda ujian hanya karena permasalahan dana.

Untuk menanggulangi hal tersebut, Anies akan mengupayakan regulasi bagi pihak sekolah agar kejadian yang dialami Maisaroh tidak terjadi lagi.

"Sekolah tidak boleh menghambat ujian atau menahan ijazah, karenanya ke depan saya pastikan hal tersebut tidak akan terjadi lagi," katanya.

Sebabnya menurut Anies, ia bersama Sandiaga Uno merancang program KJP Plus, dimana warga dapat mendapatkan bantuan uang tunai selain dengan fasilitas sarana-prasarana yang berbentuk barang.

"Karena kebutuhan tiap anak berbeda-beda. Ada yang digunakan untuk prakarya, membeli seragam, membayar kebutuhan sekolah lainnya termasuk bisa untuk ujian," kata Anies.

Perlu diketahui, program KJP Plus adalah program yang menggabungkan antara KJP yang berbentuk barang dengan KIP berbentuk tunai.

KJP Plus sendiri direncanakan akan diterima seluruh anak di Jakarta, sehingga anak putus sekolah dapat mengejar paket kelulusan maupun kursus.
Selain itu, terdapat keunggulan lain dari program KJP Plus seperti adanya diskon untuk barang kebutuhan sekolah.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved