Warga Tuding Proyek Kali Angke Yang Tak Kunjung Selesai Penyebab Banjir di Kampung Pondok Cabe
Total ada 2 RW di Kampung Pondok Cabe Kelurahan Kembangan Utara yang jadi korban banjir. Yakni di RW 1 dan RW 4.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ipung (32) lagi-lagi pusing gara-gara banjir di tempat tinggalnya, akhir pekan kemarin. Selama 3 hari mengungsi, dia menghabiskan uang Rp 1,5 juta.
Belum lagi televisi dan kulkas miliknya rusak. Dua barang itu terlambat diangkut saat air mulai masuk ke tempat tinggalnya di Kampung Pondok Cabe, RT 7/1, Kelurahan Kembanganutara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, Sabtu (12/11/2016).
Dia kemudian mengungsi selama 3 hari di Mushola. Baru kembali ke rumahnya, Senin (14/11/2016) pagi. Membersihkan lumpur dan membawa kulkasnya ke bengkel.
"Kalau televisi belum saya perbaiki tuh," kata Ipung ketika ditemui Wartakotalive.com di rumahnya, Selasa (15/11/2016) sore tadi.
Uang 1,5 juta itu habis untuk macam-macam. Mulai dari menyewa orang untuk mengeluarkan dan mengembalikan barang ke rumah, biaya makan anak-anaknya dan lainnya.
"Repot kalau banjir. Pasti keluar biaya sendiri juga walau ada bantuan. Ini sudah kali ketiga kami mengungsi dalam sebulan ini," kata Ipung.
Siti Nasiyah (34), mengeluhkan hal serupa. Dia kesal lantaran hasil usahanya lagi-lagi terpakai gara-gara banjir.
"Waktu banjir datang, saya baru dapat dua ratus lima puluh ribu dari dagang tahu. Eh jadi terpakai semua deh saat ngungsi tiga hari," kata Siti yang rumahnya tak jauh dari Ipung.
Total ada 2 RW di Kampung Pondok Cabe Kelurahan Kembangan Utara yang jadi korban banjir. Yakni di RW 1 dan RW 4.
Lokasi paling parah yang terdampak banjir ada dua RT di kedua RW tersebut. Antara lain di RT 7 RW 1 dan RT 11 RW 4. Banjir sampai di ketinggian 110 meter - 150 meter dan bertahan sampai 3 hari.
Selama tiga hari kemarin, sebanyak 217 jiwa warga kedua RT itu tercatat masuk ke pengungsian di mushola. Mulai dari orang dewasa sampai anak-anak.
Dapur umum dibangun oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Barat. Selama tiga hari, dapur itu menyuplai 300 bungkus makanan untuk pengungsi, setiap harinya.
Ketua Kampung Siaga Bencana di Kelurahan Kembangan Utara, Durahim, mengatakan, memang hanya dua RT itu saja yang butuh waktu 3 hari untuk benar-benar kering.
"Kalau RT lainnya, setelah hujan berhenti, tak lama airnya surut. Sehingga tak ada ," ujar Durahim
Tak Rampung
Kampung Pondokcabe di dua RW itu seharusnya sudah bebas banjir dari tahun 2014 lalu. Saat proyek normalisasi Kali Angke dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Normalisasi kali angke dilakukan dengan cara memasang sheet pile di tepian kali sepanjang 7 kilometer. Mulai dari Kali Angke Hulu sampai di ujung Cengkareng Drain yang melintas di wilayah itu. Kali ini berbentuk berkelok-kelok.
Tapi proyek ternyata tak benar-benar rampung. Proyek menggantung lantaran ada sebuah lahan yang gagal dibebaskan. Sehingga sheet pile tak bisa dipancang disana.
Total panjang yang bermasalah dan tak bisa dipancang sheet pile adalah 50 meter.
Lokasi itu berupa sebuah tanah yang berada di luar tepi kali. Berupa daratan yang ditumbuhi semak belukar dan pepohonan. Tapi apabila air mencapai titik maksimum, lokasinya berubah jadi aliran kali. Menghubungkan ruas satu dengan lainnya yang dibatasi kelokan.
Lurah Kembangan Utara, Febriandy Suhartono, mengatakan, ketika itu pemilik lahannya, seorang lelaki tua bernama Lucas Don Simon enggan melepas tanahnya.
"Makanya jadi terpaksa tak dipasangi sheet pile yang di atas tanah dia," kata Febriandy kepada wartawan, termasuk Wartakotalive.com di posko banjir Kampung Pondokcabe, sore tadi.
Dirampungkan
Tapi urusan itu sudah selesai. Awal Oktober 2016 lalu, anak Lucas Don Simon, Andreas sudah setuju mengurus permohonan pembebasan lahannya ke Dinas Tata Air Pemprov DKI Jakarta. Setelah dibujuk berulang-ulang oleh pihak kelurahan.
Kasudin Tata Air Jakarta Barat, Imron, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, saat ini tengah diurus perpanjang SK penunjukan lokasi (SK Penlok) oleh pihak Pemprov DKI Jakarta.
Setelah SK Penlok selesai diperpanjang, selanjutnya diturunkan tim appraisal untuk menaksir harga tanah dengan melihat kelengkapan surat dan pengukuran.
"Nanti baru dibayar setelah tim appraisal turun," kata Imron ketika dihubungi Wartakotalive.com, Selasa (15/11/2016) petang.
Baru selanjutnya akan dikerjakan oleh Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane (BWSCC) Kementerian Pekerjaan umum.
"Soalnya dulu kan yang mengerjakan BWSCC. Atau paling nanti apabila BWSCV sudah tak ada anggaran, ya dillahkan ke Dinas Tata Air Pemprov DKI proyek pengerjaannya," kata Imron. (Theo Yonathan Simon Laturiuw)