Pilgub DKI Jakarta
APWJ Harap Teguh Santosa Pikirkan Buruh dan Warga Miskin Tak Sekedar Bangunkan Rusun
Wartawan senior ini dinilai memiliki komitmen yang besar terhadap persoalan kebangsaan dan perkotaan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kalangan pekerja dan buruh Jakarta mengapresiasi dan mendukung wacana pencalonan Teguh Santosa sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Wartawan senior ini dinilai memiliki komitmen yang besar terhadap persoalan kebangsaan dan perkotaan, khususnya yang terkait dengan kehidupan masyarakat kelas pekerja.
Hal itu disampaikan Kordinator Aliansi Pekerja Warga Jakarta (APWJ) Tri Sasono dalam keterangan yang diterima redaksi Tribunnews.com.
APWJ terdiri dari organisasi pekerja lintas sektor di Jakarta yang berasal dari BUMN, industri, pertokoan, dan pekerja sektor informal.
Tri Sasono mengatakan, bagi pihaknya Teguh Santosa bukanlah sosok yang asing.
Media yang dipimpin Teguh Santosa dikenal sebagai salah satu media nasional yang selama ini memberikan perhatian khusus pada berbagai persoalan yang dialami warga Jakarta, khususnya kaum pekerja.
Juga dikatakan Tri Sasono, pilihan calon gubernur DKI Jakarta semakin terbatas, terutama setelah kasus suap reklamasi pantai Jakarta dan Panama Papers muncul ke permukaan.
Beberapa sosok muda yang tadinya mereka harapkan dapat menjadi motor perubahan Jakarta, ternyata menjadi bagian dari persoalan yang dialami masyarakat Jakarta.
“Sebagai pekerja di sektor media, Teguh sangat mengerti persoalan di Jakarta, khususnya kelas buruh yang tinggal dan menjadi warga Jakarta,” ujar Tri Sasono yang juga merupakan Sekjen Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu.
“Selama Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) memimpin Jakarta, nasib kelas pekerja tidak pernah diperhatikan. Justru daya beli pekerja semakin turun draktis."
"Nilai Upah Minimum Provinsi (UMP) Jakarta masih di bawah tetangga, seperti Bekasi dan Tangerang,” masih kata Tri Sasono lagi.
Masih menurut Tri Sasono, Pemprov DKI Jakarta hingga kini masih lebih memperhatikan warga Jakarta kelas menengah.
Pemprov DKI Jakarta terlihat hanya fokus memperbaiki sarana drainase dan saluran sungai serta waduk untuk membuat pemukiman mewah tidak terkena banjir.
SK Gubenur DKI Jakarta tentang izin reklamasi pantai utara Jakarta tanpa menunggu perda mengenai zonasi juga membuktikan Gubernur Ahok hanya memperhatikan kawasan hunian mewah bagi warga Jakarta kelas atas.
“Sedangkan buruh dan warga miskin Jakarta cukup diberi rumah susun sewa itu pun tidak banyak dibangun semasa Ahok memerintah,” sambungnya.
Walau mendukung Teguh Santosa, Tri Sasono mengatakan pihaknya tidak mau memberikan cek kosong.
Dukungan hanya mereka berikan bila Teguh bersedia melaksanakan beberapa agenda yang berhubungan dengan nasib buruh dan warga Jakarta yaitu, perbaikan upah buruh/pekerja; perbaikan layanan kesehatan; jaminan pedidikkan; jaminan kepemilikan rumah; dan jaminan hari tua warga Jakarta.
“Dalam pertemuan, Teguh mengatakan bahwa hal-hal yang kami minta itu adalah hak dasar yang harus disediakan pemerintah. Ini jawaban yang memuaskan,” ucap Tri Sasono.
Wacana pencalonan Teguh Santosa
Sebelumnya wacana pencalonan diri Teguh Santosa, seorang wartawan senior, dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun depan disambut antusias banyak kalangan.
Ketua bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)itu dinilai memiliki kompetensi dalam memimpin daerah karena pengalamannya memotret sejumlah persoalan dasar masyarakat dan kemampuannya menjalin komunikasi politik yang baik dengan semua lapisan.
Pollster Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Hendri Satrio, dalam keterangan yang diterima redaksi mengatakan, pencalonan Teguh Santosa sangat strategis untuk Jakarta.
“Sepanjang yang saya ketahui, Teguh Santosa bukan wartawan biasa, tidak berlebihan menilai dirinya sekelas dengan duta besar, karena faktanya dia memang memiliki kemampuan berdiplomasi dengan tokoh internasional,” ujar Hendri Satrio berdasar rilis yang diterima redaksi Tribunnews.com.
Selain menjadi wartawan, Teguh juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan berdimensi internasional.
Dia merupakan Sekjen Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara dan Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Maroko.
Teguh juga pernah dua kali menjadi narasumber di Komisi IV PBB yang membidangi masalah politik khusus dan dekolonisasi.
Teguh juga pernah berbicara mengenai isu unifikasi Semenanjung Korea di Seoul, Korea Selatan, juga berbicara mengenai isu HAM di Marrakesh, Maroko.
Setelah menyelesaikan pendidikan S-2 di University of Hawaii at Manoa (UHM), Amerika Serikat, Teguh Santosa memulai karier sebagai dosen di jurusan hubungan internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah dan London School of Public Relations (LSPR) Jakarta.
Kini dia pun tercatat sebagai Wakil Rektor Universitas Bung Karno (UBK).
Dalam perhelatan Hari Pers Nasional (HPN) 2016 yang lalu di Lombok, NTB, Teguh dipercaya komunitas pers nasional menjadi ketua panitia.
Acara berlangsung sukses dihadiri Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri. Sebanyak 12 Dutabesar negara sahabat dan delapan perwakilan dutabesar juga menghadiri kegiatan itu.
“Pengalaman internasional ini salah satu yang dibutuhkan Jakarta.
Sebagai aktivis Teguh juga dekat dengan akar rumput,” masih kata Hendri.
Pencalonan Teguh dalam pilkada Jakarta diketahui hari Selasa (28/3) setelah spanduknya tersebar di sejumlah titik di ibukota.
Di dunia maya, pencalonan Teguh pun disambut antusias oleh kalangan luas yang mengenal dirinya.
Ari Rahman yang mengelola Pojok Bang Teguh di sebuah kafe di Jakarta mengatakan, kini pihaknya tengah melakukan pembicaraan yang jauh lebih serius dengan sejumlah pihak, termasuk partai politik.
“Sambutan dari kawan-kawan di partai politik cukup hangat. Kami akan terus tingkatkan komunikasi,” ujarnya.
Senada dengan Ari Rahman, Hendri Satrio juga mengatakan bahwa salah satu kekuatan Teguh Santosa adalah kemampuannya menjalin hubungan baik dengan berbagai aktivis lintas kelompok.
“Seharusnya tidak sulit bagi sosok Teguh mendapatkan tiket dari partai politik,” pungkas Hendri Satrio.(*)