Penjual Tahu Pun Tak Tahu Kalau Dagangannya Berformalin
Endang (32) satu dari pedagang di Pasar Jembatan Dua ini juga mengaku tak mengetahui sama sekali soal kandungan zat kimia
Editor:
Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tidak harus pembeli yang berhati - hati dalam berbelanja. Para pedagang juga harus mencermati betul - betul barang jualannya itu mengandung zat berbahaya untuk dikonsumsi atau tidak.
Pasalnya mayoritas pedagang banyak tidak mengetahui terkait kandungan formalin di barang dagangannya. Hal tersebut diungkapkan Kasudin Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan (KPKP) Jakarta Barat, Renova Ida Siahaan.
"Rata - rata para pedagang enggak tahu yang mereka jual mengandung zat berbahaya atau tidak. Makanya kami melakukan pengujian," ujar Renova saat menggelar inspeksi mendadak di Pasar Jembatan Dua, Tambora, Jakarta Barat pada Jumat (18/3/2016).
Endang (32) satu dari pedagang di Pasar Jembatan Dua ini juga mengaku tak mengetahui sama sekali soal kandungan zat kimia atau pengawet.
"Ya mana tahu, kelihatannya kan waktu dibeli barangnya bagus. Enggak tahu juga gimana cari tahunya, biasanya belanjanya langsung dari pemasok langganan," ucap Endang.
Renova menyarankan kepada para pedagang agar berhati - hati dengan bahan - bahan pangan yang telah dijualnya. Ia pun memberikan tips dan trik kepada pedagang mengenai perihal ini
"Kalau bisa mereka mempunyai alat pendingin. Jadi bisa menyimpan bahan pangan lebih lama. Tidak perlu menggunakan zat berbahaya," kata Renova.
Ia menyatakan untuk bahan - bahan yang positif mengandung zat berbahaya, pihaknya akan menyelidiki pemasok bahan itu ke pasar - pasar yang ada di Jakarta Barat. Pihaknya melakukan hal tersebut sebagai wujud melindungi konsumen dari bahan pangan yang mengandung zat kimia sehingga dapat membahayakan warga yang mengkonsumsinya.
"Kami menemukan bahan pangan yang mengandung formalin. Bahan berformalin di pasar - pasar yang ada di Jakarta Barat ini terdapat pada sawi asin dan tahu. Kalau untuk buah - buahan berpestisida pengujiannya butuh waktu sekitar 2 jam," paparnya. (Andika Panduwinata)