Kasus Bongkar Muat Kapal
Istri Partogi Pernah Bertengkar dengan Tetangga Gara-gara Portal
Tak hanya memiliki garasi pribadi yang besar, tapi Partogi juga memiliki portal rumah sendiri.
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Penyidik Direktorat Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menggeledah rumah Direktur Jendral Perdagangan Luar Negeri nonaktif Kementerian Perdagangan (Kemendag), Partogi Pangaribuan, terkait kasus korupsi dwelling time (bongkar muatan peti kemas) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Puluhan penyidik berseragam itu lalu masuk ke rumah Partogi yang terletak di Jalan Gunung Gede II RT 09/12, Bintara Jaya, Bekasi Barat pada Jumat (31/7/2015) pagi.
Di mata tetangga, Partogi dikenal sebagai sosok yang sopan. Bila berpapasan dengan tetangga sekitar, dia selalu melempar senyum. Meski demikian, dia tidak pernah bergaul karena sibuk dengan pekerjaannya.
Partogi memiliki empat mobil mewah dan setiap malam diparkir di sebuah halaman kosong, yang berada di sisi barat rumahnya. Garasi mobil miliknya itu cukup luas berkisar 100 meter persegi dan selalu dikunci gembok.
Tak hanya memiliki garasi pribadi yang besar, tapi Partogi juga memiliki portal rumah sendiri. Di sisi timur dan barat rumahnya, ia pasangi portal dan pagar.
Keberadaan pagar ini sempat memicu konflik antara Partogi dengan warga perumahan. Warga berdalih, keberadaan pagar bisa menghambat mereka untuk melintas di jalan tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh Desy Mardiastuti (40) yang tinggal di sebelah kanan rumah Partogi. Desy mengaku, harus mengambil jalur lain untuk keluar perumahan marena Partogi memasang pagar setinggi dua meter di dekat rumahnya. Namun Desy tak berani mengeluhkan hal ini, karena ia tak ingin mencari keributan dengan tetangga sekitar.
"Dia sudah tinggal di sini sejak tahun 1998 sedangkan saya tahun 2004. Saya nggak berani negur dia, saya hanya mau tinggal damai di sini," ujar Desy pada Jumat (31/7).
Desy mengatakan, dia tak berani menegur Partogi karena istri pejabat itu yang bernama Artauli sebagai sosok yang sombong. Desy bercerita, kakak iparnya bernama Susanti (46) pernah ribut dengan Artauli terkait keberadaan pagar tersebut.
Sang kakak ipar yang jengkel dengan adanya pagar ini, lalu menggoyang-goyangkan hingga menimbulkan suara gaduh. Tak terima pagar pribadinya diusik, Artauli lalu menghardik warga. "Dasar orang miskin, iri aja kalian dengan pagar milik saya," ujar Desi menirukan ucapan Artauli.
Menurut Desy, kekesalan sang kakak bukan tanpa alasan. Sebab keberadaan pagar ini menyulitkan warga yang tinggal sejajar dengan rumah Partogi untuk sekadar melintas. "Warga kalau mau lewat harus memutar jalan, kan kunci pagar dia yang pegang. Jadi semau dia saja memakai pagar itu," ucap Desy.
Galih Wicaksono (48) tetangga lainnya menuding, pagar itu dibuat karena Partogi tak ingin kehilangan mobil mewah miliknya. Selain itu, kata Galih, karena merasa sebagai pejabat tinggi, Partogi berbuat seenaknya tanpa memperdulikan hak warga sekitar. "Kalau dia memikirkan hak tetangga nggak mungkin bikin pagar pribadi. Kita ini warga perumahan dan memiliki hak yang sama," kata Galih.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri