Dirut PAM Jaya: Tempat Pengolahan Lumpur Ramah Lingkungan dan Bermanfaat untuk Warga
selain ramah lingkungan juga bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif, seperti penambahan air baku dan minum di kota Jakarta
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Teknologi pengolahan limbah hasil produksi air bersih berupa alat untuk memisahkan air dan lumpur yang diresmikan PT Aetra Air Jakarta sangat ramah lingkungan.
"Pembangunan instalasi ini sebagai prasyarat lingkungan, smart green, program ramah lingkungan," ujar Dirut PAM Jaya Sriwidayanto Kaderi saat berbincang dengan Tribunnews.com, Selasa(12/5/2015).
Menurut Sriwidayanto decanter atau tempat pengolahan lumpur yang dimiliki Aetra bekerjasama dengan PAM Jaya sudah ada dua, yakni di Buaran dan Pulogadung.
Dengan adanya tempat pengolahan lumpur ini kata Sriwidayanto selain ramah lingkungan juga bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif, seperti penambahan air baku dan minum di kota Jakarta.
"Kan kita olah limbah air bersih yang campur lumpur dan air, ada airnya kita peras lumpurnya lalu air keluar balik ke instalasi kita olah lagi. Tambahan air baku kita memang kecil hanya 50 sampai 75 liter per detik atau 3 sampai 5 persen dari total rata-rata 4000 liter per detik," ujarnya.
Selain menambah air baku lanjut Sriwidayanto, warga sekitar juga bisa memanfaatkan lumpur padat hasil olahan menjadi bahan-bahan bangunan seperti con block, genteng dan bata.
"Jadi tadi berbicara dengan pak Camat, bahwa warga sudah dibina agar bisa memanfaatkan lumpur padat untuk jadi usaha bahan bangunan," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut Sriwidayanto juga menjelaskan bahwa instalasi pengolahan lumpur di Buaran dan Pulogadung belum dibangun oleh PT Palyja.
Palyja katanya meminta biaya yang mahal saat hendak membangun tempat pengolahan lumpur tersebut.
Karena mahal lanjutnya, PAM Jaya akhirnya memilih Aetra.
"Awalnya minta belasan miliar kita tolak," ujarnya.
Sebelumnya, PT Aetra Air Jakarta memiliki teknologi pengolahan limbah hasil produksi air bersih berupa alat untuk memisahkan air dan lumpur.
Selama ini di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Buaran dan Pulo Gadung, Aetra mengelola lumpur limbah produksi air bersih tersebut dengan metode konvensional berupa sludge drying bed atau bak pengering lumpur yang mengandalkan sinar matahari.
Setelah bertahun-tahun menggunakan cara konvensional, kemudian Aetra melalui Direktorat Planning dan Development menciptakan sistem pengolah lumpur decanter. Dengan memakan dana Rp 22 miliar lebih teknologi tersebut akhirnya bisa dirasakan manfaatnya baik di IPA Buaran maupun Pulo Gadung.
"Perlu kita ketahui decanter ini awalnya tidak dipakai untuk PDAM, umumnya digunakan pengolahan perminyakan sawit untuk memisahkan minyak bagus dan jelek menggunakan sistem ini," ungkap Presiden Direktur Aetra Mohamad Selim dalam peresmian Gedung Pengolahan Lumpur (Decanter) di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulo Gadung, Jakarta Timur, Selasa (12/5/2015).
Kemudian sistem yang biasa digunakan untuk pengolahan minyak sawit tersebut dikembangkan sehingga bisa mengolah lumpur tanpa memakan lahan yang besar.
"Akhirnya kita nekat, bisa, pertama kali kita pasang dibuaran dan ternyata bisa," ungkapnya