Penjaga Pintu Air Manggarai tak Libur di Hari Lebaran
Sampah terlihat menggunung di Pintu Air Manggarai. Beberapa eskakavator yang bertugas untuk mengeruk sampah di permukaan air itu terdiam kaku.
Editor:
Gusti Sawabi

Laporan Wisnu Nugroho
Tribunnews.com,Jakarta-Sampah terlihat menggunung di Pintu Air Manggarai,Jakarta Selatan. Beberapa eskakavator yang bertugas untuk mengeruk sampah di permukaan air itu terdiam kaku. Di sekitarnya terlihat sedang ada beberapa pembenahan.
Menurut petugas setempat, sedang ada proyek penambahan pintu di pintu air Manggarai ini. Pintu Air Manggarai adalah pintu air yang paling sering mendapatkan perhatian, terutama di kala musim penghujan, dibanding dua pemantau ketinggian air lainnya yaitu Jembatan Panus, Depok dan Pintu Air Katulampa, Bogor.
Ketiga lokasi tadi merupakan lokasi-lokasi yang vital untuk memantau ketinggian air di Sungai Ciliwung. Petugas-petugas di pintu-pintu air ini berjaga 24 jam untuk memonitor ketinggian air dan menetapkan status siaga bilamana Bogor, yang merupakan hulu Ciliwung diguyur hujan.
Menurut Ibnu, salah seorang petugas pintu air, batas normal di Pintu Air Manggarai adalah 750 cm. Status Siaga 3 dipasang ketika ketinggian diantara 750-850 cm dan akan meningkat menjadi Siaga 2 ketika permukaan air menyentuh 850-950 cm. Saat air mengganas dan melebihi angka 950, itu berarti Status Siaga 1 disebarluaskan, agar warga di bantaran Ciliwung yang berpotensi terkena dampak, seperti Kampung Pulo dan Bidara Cina, segera mengungsi. Meski demikian, jika status sudah siaga 1, otomatis daerah-daerah tersebut sudah terendam.
"Waktu banjir Jakarta Januari kemarin sampai menyentuh angka 1030 cm. Cuma beda 60 cm dari banjir Jakarta 2007."ungkap Ibnu, Petugas Pintu Air Manggarai, saat ditemui di Kantor Pintu Air Manggarai, Kamis 18 Juli 2013.
Menurutnya, jebolnya Kanal Banjir Barat di Jalan Latuharhari sedikit banyak membantu distribusi air yang berlebihan. Jika Latuharhari tidak jebol, Ibnu menuturkan bahwa dampak banjir bisa lebih parah dari banjir tahun 2007.
"Bayangkan berapa juta meter kubik itu air yang menjebol Kanal di Latuharhari, sampai bisa membuat bencana di Plaza UOB dan membuat Bundaran HI lumpuh," kata pria yang sudah enam tahun bekerja memantau ketinggian air di Pintu Air Manggarai ini.
Ibnu menambahkan, jika Siaga 1 di Katulampa adalah 80 cm dan Depok adalah 200 cm. Saat keadaan sudah demikian, maka petugas pintu air akan berkomunikasi menggunakan radio dan segera menyebarluaskannya ke masyarakat.
Petugas di pintu air Manggarai sendiri, yang langsung dibawah Dinas Pekerjaan Umum (DPU), bekerja selama 24 jam dan hal ini tetap berlaku meski Ramadan atau bahkan Lebaran sekalipun.
"kalau di Manggarai shift nya sehari sekali. Jadi sehari kerja, sehari libur. Nanti gantiannya pukul 9 pagi," kata pria yang sebelumnya pernah bekerja di Pintu Air Minangkabau ini.
Mengenai peran penjaga pintu dalam penanganan banjir, Ibnu hanya berujar singkat bahwa dirinya atau teman-temannya bukanlah malaikat yang bisa mengatur debit air.
"kami bukan malaikat. Tugas kami cuma membuka dan menutup pintu untuk melancarkan jalannya air dari atas (Bogor). Jadi kami ya kadang terima-terima saja kalau disalahkan. Cuma kami ya mohon pengertian juga dari warga, untuk memaklumi hal ini serta meningkatkan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya," tambahnya.
Ibnu mengaku dirinya sudah tiga kali lebaran mendapatkan tugas piket jaga. Namun dia menambahkan, bukan sesuatu yang berat bekerja di hari raya.
"Awalnya berat, tetapi ya akhirnya semua baik-baik saja karena saya juga ikut membantu menjaga keamanan mereka yang sedang merayakan lebaran," katanya.