Pilpres 2024
Pengamat Kritik Hasto: Serangan ke Jokowi Bisa Picu Antipati Publik hingga Rugikan PDIP
Pernyataan Hasto membuat publik menjadi antipati terhadap PDIP, kata Haidar Alwi, tindakan Hasto ini dapat merugikan PDIP
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat yang juga pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R. Haidar Alwi, mengkritik serangan-serangan Sekjen PDI-Perjuangan Hasto Kristianto terhadap Presiden Jokowi (Jokowi).
Selain membuat publik menjadi antipati terhadap PDIP, kata Haidar Alwi, tindakan Hasto ini dapat merugikan partai berlambang banteng itu.
Penilaian itu disampaikan Haidar Alwi untuk menanggapi pernyataan Hasto mengenai ketidakhadiran Jokowi saat acara open house Megawati.
"Akhir-akhir ini Hasto memang gencar sekali menyerang pribadi Presiden Jokowi dan keluarga, sadar atau tidak, omongan Hasto dapat merugikan PDIP."
"Publik justru akan semakin simpati terhadap Presiden Jokowi dan semakin antipati terhadap PDIP," kata Haidar Alwi, Kamis (11/4/2024).
Pasalnya, Jokowi memiliki magnet yang lebih kuat daripada Ketua Umum PDIP Megawati.
Karena itu, keberadaan Presiden Jokowi menjadi salah satu alasan terbesar masyarakat memilih PDI Perjuangan.
Menilik ke belakang, pada Pemilu 1999, PDIP sebagai partai pendatang baru berhasil menempati posisi pertama perolehan suara terbanyak sebesar 33,75 persen.
Namun, pada Pemilu 2004 dan 2009, perolehan suara PDIP anjlok.
Pada Pemilu 2004 PDIP berada pada posisi dua dengan perolehan suara 18,53 persen.
Partai berlatar merah ini kalah oleh Partai Golkar di posisi pertama yang meraih suara 21,57 persen.
Baca juga: Jokowi Tak Bisa Langsung Bertemu Megawati, Hasto Ungkap Syarat, Sebut soal Abuse of Power
Pada Pemilu 2009, PDIP turun ke posisi tiga dengan perolehan suara 14,01 persen.
Posisi pertama adalag Partai Demokrat dengan 20,85 persen dan Golkar di posisi dua dengan 14,45 persen.
"Padahal, 2004 dan 2009 Megawati mencalonkan diri sebagai presiden."
"Alih-alih menang pilpres atau menang pemilu, suara PDIP malah anjlok lebih dari setengahnya dibanding tahun 1999," kata Haidar Alwi.
Barulah pada Pemilu 2014 dan 2019 perolehan suara PDIP kembali terdongkrak, terlebih setelah mengusung Jokowi sebagai capres.
Mereka tidak hanya memenangkan pemilu legislatif, tetapi juga pemilu presiden sekaligus dua kali berturut-turut.
Pada Pemilu 2014, PDIP untuk kali pertama sejak tahun 1999, kembali menjadi partai dengan perolehan suara terbanyak mencapai 18,96 persen.
Kesuksesan tersebut berlanjut pada Pemilu 2019 dengan perolehan suara naik menjadi 19,33 persen.
Namun, pada Pemilu 2024, meskipun masih menjadi partai pemenang pemilu dengan 16,72 persen, perolehan suara PDIP justru berkurang 2,61 persen atau mengalami penurunan 13,5 persen dibanding Pemilu 2019.
Bahkan, capres-cawapres yang diusung PDIP juga kalah telak oleh pesaingnya yang tak lain adalah anak Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
"Dan itu terjadi ketika PDIP tidak lagi bersama Presiden Jokowi."
"Sementara partai yang dekat maupun yang terafiliasi dengan Presiden Jokowi seperti Golkar dan Gerindra mengalami kenaikan perolehan suara bahkan koalisinya berhasil memenangkan Pilpres."
"Ini menjadi bukti bahwa 'Jokowi Effect' itu nyata dan berdampak signifikan terhadap elektabilitas partai dan paslon," kata Haidar Alwi.
Baca juga: Alasan Rosan Roeslani 2 Kali ke Rumah Megawati Diungkap Hasto: Belum Sempat Salaman dengan Bu Mega
Serangan Hasto
Diketahui, sebelumnya Hasto menjelaskan sulitnya melakukan pertemuan dia antara dua tokoh besar, Megawati dan Jokowi.
Meski masih dalam suasana Idul Fitri, menurut Hasto, keduanya tidak mudah untuk dipertemukan.
Jokowi, kata Hasto, harus meminta izin terlebih dulu kepada anak ranting sebelum bertemu dengan presiden ke-5 Republik Indonesia itu.
Adapun anak ranting adalah struktur terendah dalam organisasi PDIP.
Hasto menyebut hal itu bukanlah ide Megawati melainkan permintaan langsung dari anak ranting.
"Dalam konteks terkait dengan Pak Jokowi, anak ranting justru mengatakan 'sebentar dulu, biar bertemu dengan anak ranting dulu'. Itu keinginan mereka," kata Hasto di kediaman Megawati, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (12/4/2024) dikutip dari WartaKotalive.com.
Hasto mengatakan, usulan dari anak ranting itu masuk akal karena mereka yang menjadi benteng dari Megawati di PDIP.
Oleh karena itu, jika Jokowi ingin membuka komunikasi, harus melalui anak ranting terlebih dulu.
"Karena mereka juga jadi benteng bagi Ibu Megawati Soekarnoputri," ujar Hasto.
Dalam hal ini, Hasto juga menyinggung soal begitu banyak penyalahgunaan kekuasaan atau abuse of power dalam pelaksaaan pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Hasto juga menyayangkan dugaan penyalahgunaan kekuasasan itu dilakukan oleh Presiden Jokowi.
Padahal, menurut Hasto, PDIP begitu berharap Pilpres 2024 menjadi warisan atau legacy Presiden Jokowi menjelang akhir masa jabatannya.
"Tapi ternyata justru merupakan puncak dari abuse of power dari presiden dan kemudian terjadi akibat nepotisme kepentingan untuk memperpanjang kekuasaan itu."
"Sehingga anak ranting, ranting, justru yang jadi benteng Ibu Mega agar tetap kokoh berdiri di dalam pengabdian mengawal demokrasi itu," kata Hasto.
Baca juga: Ketua TKN Prabowo Bolak-balik ke Rumah Megawati di Hari Lebaran, Hasto Bilangnya Begini
Respons kubu Prabowo
Saat merespons pernyataan Hasto, Ketua Umum organisasi relawan Jokowi Mania (Joman) Immanuel Ebenezer menilai tindakan Hasto jauh dari elegan dan tidak mencerminkan seorang kader partai politik.
Menurutnya, Hasto perlu menjalani pengkaderan ulang partai politik karena tidak mampu menjaga silaturahmi di antara pemimpin bangsa.
“Hasto perlu mendapatkan pengkaderan sebagai seorang kader partai politik."
"Dia perlu memahami bagaimana sikap seorang kader partai politik yang baik, bersikap positif, dan mengutamakan persatuan bangsa," kata Noel, Sabtu (13/4/2024).
Menurut Noel, pertemuan Jokowi dan Megawati merupakan hal penting.
Karena itu, Noel meminta semua pihak harus mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan politik pribadi dan kelompok.
Noel pun menyebut pernyataan Hasto itu ngawur.
“Pernyataan seorang politisi dan kader partai politik harus futuristik untuk kemajuan bangsa dan negara."
"Jangan asal bicara tanpa dipikirkan atau sekedar ngomong tanpa tahu substansinya sehingga ngawur."
“Sudah saatnya, kader partai politik mengedepankan politik positif dan bukan berpikir dan bergerak destruktif untuk kepentingan pribadi dan komunitasnya,” kata Noel.
Sebagian artikel ini telah terbit di WartaKotalive.com dengan judul Hasto Tegaskan, Presiden Jokowi harus Temui Anak Ranting PDIP Dulu sebelum Bertemu Megawati
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Erik S)(WartaKotalive.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.